4. Night City Views

676 100 10
                                    

Jaehyun nyaris tak berkedip ketika pintu utama terbuka lebar, menampakkan sesosok malaikat yang entah datang dari mana lalu menjelma jadi seseorang yang dikenalnya baik. Sedangkan Doyoung mengulas senyum andalannya untuk menyambut si pemuda Jung yang mungkin tengah terpesona dengan penampilannya. Tapi perlu Doyoung akui, ia mengerahkan setengah tenaganya demi mencari pakaian-pakaian yang sekiranya cocok dipadukan untuk acara malam ini.

"Sebenarnya apa tujuanmu memintaku membawa ini?" tanya Doyoung seraya menggerakkan matanya ke arah samping setelah mengunci pintu rumah. Ibunya sedang pergi keluar kota, sedangkan ayah dan neneknya tengah berkunjung ke rumah sang bibi. Begitulah, rumah ini akan selalu terasa sepi meskipun ada banyak penghuni di dalamnya.

Demi mengusir kecanggungan yang mendadak menyergap mereka, Doyoung mencoba memulai percakapan. Pasalnya Jaehyun tak berbicara apa-apa selama lebih dari 15 detik dan Doyoung meletakkan tangannya pada bahu tegap Jaehyun—berusaha menyadarkannya sembari bertanya, apa kau baik-baik saja?

Jaehyun menipiskan bibir saat Doyoung menatapnya dengan tatapan bertanya yang sialnya terlihat begitu polos, kemudian tertawa kecil sebagai awal dari responnya. "Ayahku yang memintanya padaku, jadi aku—"

Ucapannya terhenti ketika menyadari bahwa Doyoung tengah memelototinya horor. "Apa yang kau katakan pada ayahmu sampai beliau memintaku membawa pakaian sebanyak ini?" bisik Doyoung rendah setelah mencengkram lengan Jaehyun, kekuatannya bertambah setelah mendengar apa yang pemuda Jung itu katakan barusan.

Jaehyun meringis di sela tawanya, tak berusaha menghindar ataupun meminta Doyoung untuk setidaknya mengendurkan cengkramannya. "A-aku mengatakan kalau—"

Lagi-lagi kalimat yang hendak diutarakan olehnya terpotong sebab dering ponselnya yang ada di saku celana. Jaehyun berdecak sebal saat mengalihkan pandangannya ke layar ponsel, tertera nama kontak yang membuat Doyoung justru ingin memukul kepala si pemuda Jung. Berani-beraninya dia berdecak sebelum mengangkat panggilan dari tuan Jung, dasar menyebalkan.

"Halo?"

Samar-samar terdengar sahutan Jaehyun untuk ayahnya, bunyi-bunyi bising kendaraan yang begitu ramai menjadi latar belakang yang pas untuk didengarkan secara bersamaan dengan suara berat Jaehyun. Juga dalam angannya, Doyoung menyusun skenario paling apik dengan akhir menyenangkan di penghujung malam ini. Gila, memang, tapi Doyoung mencoba untuk percaya kalau malam ini akan berakhir baik.

Terlihat Jaehyun memutar matanya malas setelah beberapa detik terdiam untuk mendengarkan arahan sang ayah, sesekali mengangguk lalu menjawab dengan setengah hati. Namun sekarang, di sisi lain Doyoung justru sibuk berperang dengan akalnya—tak lagi ingin meladeni Jaehyun yang akan selalu bertingkah menyebalkan.

Apa yang sebenarnya Jaehyun dan tuan Jung lakukan? Apa yang membuat tuan Jung tiba-tiba mengundangnya makan malam? Apakah Doyoung membuat suatu kesalahan dan Jaehyun melaporkannya kepada tuan Jung, lalu sekarang tuan Jung ingin meminta penjelasan darinya?

"Ayo, Doyoung."

Doyoung hanya menurut, berjalan di belakang Jaehyun dengan tangan mereka yang bertaut hangat di antara dekapan semesta bersama dinginnya angin malam. Jantung yang bertalu-talu tak karuan menyertai langkah mereka menuju mobil yang terparkir di halaman rumah Doyoung sedaritadi, pun si pemuda Kim sedikit terkejut sebab ternyata mereka tak hanya berdua—tapi ada seorang pria yang Doyoung duga sebagai supir pribadi keluarga Jung.

"Ayo berangkat, paman Hwang," ujar Jaehyun setelah meletakkan tas milik Doyoung di bagasi dan memakai sabuk mengaman, lantas mendapat anggukan dari pria yang duduk di kursi kemudi itu.

Doyoung melempar pandangan ke luar jendela sesaat sesudah mobil yang ia tumpangi itu melaju. Temaramnya lampu-lampu jalan dan kendaraan yang datang dari arah berlawanan berhasil mengundang senyum lebar si pemuda Kim, sejenak dapat mengusir kegugupan yang tadi sempat menyergapnya kembali.

Amorist ; ᴊᴀᴇᴅᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang