08 Prank : Pengakuan

209 34 0
                                    

Perasaan khawatir dan takut lebih mendominasi emosi gue. Khawatir dengan keadaannya. Dan takut jika dia kenapa-napa. Andai tadi siang gue gak cemburu dan masih mau nungguin Baekhyun, mungkin dia gak akan ngilang begini. Karena gak seperti biasanya dia pergi tanpa pamit.

Setelah memastikan candy cafe tutup, gue melajukan motor pelan menelusuri jalan. Pegangan gue ke stang motor semakin erat. Mata gue gak berhenti menelisik tiap tempat.

Gue benar-benar kalut.

"Lo dimana Baek? Sial gue gak punya kontak si kulkas. Siapa temen sekelas Baekhyun yang lain ya? Nyesel gue gak pernah nanya dia deket sama siapa aja di kelas." Monolog gue.

Manik gue gak sengaja menatap ke halte bus. Menghela nafas lega, gue semakin mendekat ke halte. Mematikan motor dan buru-buru berjalan mendekat ke cowok mungil yang menggosok kedua tangannya. Ia memejamkan mata.

"Astaga Baekhyun! Lo kemana aja hah?! Jam segini belum pulang. Dihubungin gak bisa. Terus gak pakai jaket atau hoodie. Lo gak tau seberapa khawatirnya gue saat Renjun ke rumah nanya kalau lo belum pulang? Dimana si Kulkas? Lo tadi sama dia kan?" Bisa gue lihat, dia tersentak kecil sebelum mendongak.

"C-Chanyeol?" Gue mendengus. Gue balik ke motor ambil jaket dan memakaikan ke tubuh dingin Baekhyun.

Tanpa bersuara, gue menarik tangannya dan menyuruh dia berdiri. Memakaikan helm dikepalanya. Gue menyuruh dia agar cepat naik ke atas motor dengan gerakan mata.

Baekhyun menurut. Dia gak banyak bicara langsung memeluk gue dari belakang. Dan tanpa banyak komentar, gue jalanin motor membelah jalan.

.
.
.

"Turun." Singkat gue saat udah ada di depan gerbang rumah Baekhyun.

Dia melepas helm dan menyodorkannya. Gue ambil tanpa banyak kata. Sebelum gue menghidupkan motor lagi, tangan gue di cekal.

Gue menatap Baekhyun yang tengah berkaca-kaca. Apa gue terlalu dingin ke dia?

"C-Chanyeol marah ke Baekhyun?" Tanyanya pelan. Kasihan sebenernya lihat dia yang kek begini. Tapi rasa dongkol masih menguasai gue.

"Enggak. Udah sana masuk. Si Renjun udah khawatir banget pasti." Dia menggeleng ribut. Gue menghela nafas lagi.

"Gak mau. Chanyeol ikut masuk dulu."

Gue usap muka gue kasar. "Denger Baek. Gue masih emosi. Dan gue gak mau bentak lo oke? Kasih waktu biar emosi gue stabil. Masuk. Besok gue jemput."

Perkataan gue mutlak. Baekhyun mengangguk pelan dan mulai memasuki rumah. Gue juga menyebrang pulang.

Sesampainya di kamar, gue melemparkan diri ke atas ranjang. Otak gue mulai berpikir tentang Baekhyun. Rasa sesak menyeruak saat gue sadar kalau Baekhyun mungkin udah jadi milik orang lain.

Pikiran gue kembali flashback ke masa gue lakuin prank tolol ke Baekhyun. Jika waktu bisa diputar, maka saat itu gue gak akan ngucapin kalimat itu sebagai bahan candaan. Lagi-lagi gue merutuki diri sendiri.

Gue sadar sekarang. Gue suka beneran sama Baekhyun. Dan gue sekarang juga baru nyadar kalo kejadian Baekhyun ngejauh itu karena sakit hati.

Gue muak sama rasa sakit gue. Oke gue putusin. Besok gue bakal ngaku ke Baekhyun.

.
.
.

"KAK BAEKHYUN! ADA KAK CHANYEOL DI DEPAN!" Pekik Renjun sembari menaiki tangga.

"RENJUN! GAUSAH TERIAK! MASIH PAGI!" Balas Baekhyun yang ikut berteriak. Gila aja sih ini sekeluarga hobinya pada teriak. Bisa pengang kuping gue lama-lama disini.

PrankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang