Melihatku yang belum ada respon dia mengulang kembali pertanyaannya, "kamu irene bukan?" tanyanya lagi, "oh hai, iya betul namaku Irene," jawabku sedikit gugup tapi mataku tidak lepas menatapnya.
Di pantai ini, ditemani deru ombak dan rembulan yang menggantikan tugas mentari menyinari bumi aku melihatnya dengan jelas. Alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, manik matanya yang kecoklatan, serta rambut hitamnya yang agak panjang itu.
Aku masih melihatnya, seolah merekam sosoknya dalam pikiran dan mungkin hatiku, entahlah.
Ada begitu banyak pertanyaan di kepalaku tapi aku hanya bertanya namanya, sambil menatapku iapun memberi tahu namanya, aku tidak bisa tidak tersenyum.
Setelah itu aku langsung berdiri dan berlari kearah hotel, aku janji pada ibuku untuk cepat kembali, kami akan dinner bersama dimalam terakhir tahun ini.
"Aku akan menemui mu lagi besok Leo," kataku sedikit berteriak sebelum terlalu jauh, senyum tidak pudar dari wajahku malam ini.
✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Jangan lupa like dan komen yah~🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Night Comes
Teen FictionAda yang datang ketika senja pergi Ada yang tetap tinggal ketika warna-warna jingga itu sirna. Ia muncul bersama sang rembulan, yang setia menemani malam.