10. When we meet again

61 20 68
                                    

Thank you for 200⭐
Happy reading 🌻

"Menghindar dan bersembunyi bukan satu-satunya cara untuk melupakan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menghindar dan bersembunyi bukan satu-satunya cara untuk melupakan"

Aku sedang berbicara ditelepon dengan sahabatku Rose, dia memberitahu lokasi dimana kita akan berkemah, dan diluar dugaan tempat kita camping besok adalah sebuah pantai yang tidak jauh dari kotaku.

Apa dia tidak memikirkan ku, apa dia  tidak dengar dengan jelas aku mengatakan akan melupakan Leo.

Ketika aku ingin menolak, dia lebih dulu memotong ucapan ku. "Aku tahu kau akan menolak karena lokasinya, maaf tapi aku memaksa." Aku memutar bola mataku malas, dia selalu saja seperti itu.

"Irene, sayang. dengar yah, bukannya aku tidak peduli padamu, tapi menghindari dan bersembunyi bukan satu-satunya cara untuk melupakan. Ketika kau membuat keputusan untuk melupakannya, kau harus sudah siap dan memberanikan diri untuk tidak terpengaruh dengan apapun tentangnya." Aku benci ketika sifat idealisnya muncul

"Pergi dan pastikan bahwa dirimu akan baik-baik saja kedepannya, semakin kau bersembunyi kau hanya memperlambat waktu dan menyianyiakan kebahagiaan di sekitarmu. Aku akan menjemputmu besok cantik". Katanya lalu memutuskan telepon.

Dan akhirnya aku berada disini, di dalam sebuah mobil yang melaju dengan pantai menjadi tujuannya.

Ketika sampai kami langsung menyiapkan tenda dan yang lainnya, aku melihat ke sekitar, lokasi pantai ini tidak jauh dari pemukiman dan pasirnya berwarna hitam.

Walaupun tidak seindah pantai saat aku bertemu dengan Leo, tapi cukup untuk melepas penat. Aku langsung memukul kepalaku pelan, aku kesini untuk melepaskannya kenapa malah mengungkitnya, sadar Irene.

Setelah membuat tenda, kami beristirahat sejenak, ku lihat Rose dan temannya sedang sibuk menyiapkan untuk Barbeque malam nanti.

Hari sudah mulai malam, dan aku yang belum bisa mengontrol perasaanku seperti biasa akan terpaku menatap laut yang terpantul cahaya matahari.

Aku mulai berjalan menjauh dari tenda kami, mereka cukup sibuk dan tidak memperhatikanku. Aku  duduk dan memandangi laut, baiklah ini terakhir kalinya aku begini.

Namun tiba-tiba ada suara yang mengejutkanku. "Hai, Irene. Akhirnya kita bertemu lagi"

Aku kaget setengah mati, aku masih ingat suara itu. Suara dari seseorang yang ingin aku lupakan, ketika aku menoleh dia sudah duduk di sampingku. Aku tidak alay, tapi aku meneteskan air mata saat melihat wajahnya, manik matanya yang coklat, hidungnya yang mancung, bibirnya tebal serta rambutnya yang yang agak panjang. Aku masih mengingatnya dengan jelas.

"Kenapa kau menangis?" aku ingin menjawab semua karena dirinya, tapi dia mengusap air mataku lembut. Hatiku masih berdebar untuknya.

Aku akan memperkenalkannya dengan Rose, sudah ku bilang kami akan bertemu kembali. Ketika aku hendak berdiri dan memanggil Rose dia lebih dulu menahan ku.

"Apa kau ingin kabur lagi seperti malam itu?" di bertanya dengan menatap mataku lekat. Aku menggeleng, kali ini aku tidak akan membuat hal bodoh lagi.

"Kenapa yang kau bisa disini, apa lakukan" tanyaku padanya, "aku sedang liburan, rumah nenekku disekitar sini". Aku juga bertanya kenapa dia tidak liburan ke pantai itu lagi, dia hanya menjawab keluarga suka pergi ke tempat yang baru.

Kemudian  tanpa aba-aba, dia memakaikan kalung berbentuk bulan sabit ke leherku, sontak saja aku kaget "aku selalu membawa ini, sudah lama aku ingin memberikan padamu, kau suka?" Ia bertanya. Namun sepertinya dia tidak membutuhkan jawabanku, dia jelas mengetahui dari reaksiku. Pertanyaan model apa itu, tentu saja aku suka, kalaupun cuma batu yang kau kasih, aku akan menyukainya. Semua darimu, semua tentangmu, aku menyukainya tanpa jeda. Kau laki-laki yang mengisi hati dan pikiranku sejak pertama kali manik matamu menatapku. Namun juga yang membuatku uring-uringan selama tiga tahun ini. karena tidak lagi melihatmu sejak malam itu. Aku hampir meneteskan air mataku, namun kutahan.

Selama hidupku aku tidak percaya dengan yang namanya kebetulan, tapi kali ini aku harus mengakuinya. Bagaimana mungkin dia muncul setelah tiga tahun. Tepat setelah aku berjanji untuk melupakannya, berjanji untuk mengubur dalam-dalam semua tentangnya.

Aku ingin memastikan, ada begitu banyak pertanyaan di pikiranku. Aku hendak bertanya tapi lidahku keluh, aku tidak bisa meneruskan pertanyaanku saat kedua manik matanya menatapku seperti itu, seperti dulu. Aku tertegun, dia menunggu kelanjutan pertanyaanku, Namun suara sahabatku Rose mengangkatkan kami. Itu bagus aku akan memperkenalkan Leo padanya.

"Irene, apa yang kau lakukan, Kenapa kau duduk sendirian disini?" Rose sedikit berteriak.

Pertanyaan Rose seperti bola api besar yang menghantam keras dadaku. "Apa maksudmu sendiri, aku bersama....." Aku menggantung ucapanku ketika aku tidak melihat Leo di sampingku. Aku meraba leherku tapi tidak ada kalung di sana.

 
                                 ✨  END

LEO Sama gak dengan yang digambarkan Irene? 🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LEO
Sama gak dengan yang digambarkan Irene? 🤭

LEO Sama gak dengan yang digambarkan Irene? 🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

IRENE

Bagaimana ceritanya, gaje yah?

Castnya sengaja di part terakhir biar kalian bisa membayangkan Leo seperti apa 😂

Btw part ini cukup panjang dibandingkan dengan part-part sebelumnya, sempat berfikir untuk memisahkan tapi ya sudahlah.  

Terima kasih sudah mampir dan membaca ceritaku🌻

✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨🌻

When the Night ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang