9

358 97 118
                                    

Petikan gitar terdengar mengalun di ruangan berdinding putih ini, sedikitnya menghilangkan sunyi yang semakin terasa setelah ekskul seni musik berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Petikan gitar terdengar mengalun di ruangan berdinding putih ini, sedikitnya menghilangkan sunyi yang semakin terasa setelah ekskul seni musik berakhir.

Kini tersisa Jisung dan Jeno, dua orang itu sepertinya tidak berkeinginan untuk cepat pulang.

Jisung bergerak melepas seluruh kancing seragamnya, menyisakan kaus dalaman putih yang sedikit basah karena keringat, tubuhnya terduduk dan tangannya bergerak membuka nasi bungkus yang baru saja ia beli dari luar.

Jeno juga mengambil tempat duduk di sofa, kakinya berdentum asal dan tangannya sibuk memetik gitar secara acak, menyesuaikan nada agar terdengar bagus saat dimainkan.

di tengah hening yang tentram itu, seseorang tiba tiba membuka pintu dengan keras membuat keduanya menoleh kaget. Tapi tidak sampai sedetik mereka menyibukkan diri kembali setelah melihat siapa pelakunya.

"Beban masyarakat akhirnya datang, beri hormat."

"Lucu lo."

Jeno mengangkat bahu tidak peduli, membiarkan Fauzan masuk tanpa melepas sepatu, sudah terbiasa dengan kelakuan lelaki itu.

Sedangkan Fauzan sendiri mengambil tempat duduk di sebelah Jisung, memandang bocah kelebihan kalsium itu datar lalu mengalihkan pandangannya, menghela nafas berat. "Baru kali ini gue ngerasa gue pengen jadi anak pungut,"

"Kayak ada yang mau mungut abang aja,"

"Muka lo udah mencerminkan sosok anak pungut, kalo emang itu yang lo khawatirin."

Memang laknat teman - temannya ini.

Fauzan terdiam, tak lama ia kembali berdecak lebih keras membuat kedua temannya langsung menghentikan kegiatan mereka.

"Kenapa sih, Bang?" Jisung yang sedang mengunyah ayam suwir menyaut. "Di kejar cewe lagi? biasa juga abang gak peduli, ribet amat yang kayak mereka di urusin."

Jeno menatap Fauzan yang terlihat frustasi —Entahlah tidak biasanya dirinya melihat Fauzan seperti ini.

"Soal ayah lo?"

Fauzan mangangguk, lalu menggeleng setelahnya membuat mereka menatapnya bingung. "Sebenernya gak cuma itu yang gue pikirin.."

".. Gue baru sadar, ternyata gue emang brengsek banget."

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chairmate | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang