7

401 112 102
                                    

Fauzan berdecak, setelah sekian kali berusaha menghindar dari pertemuan bisnis yang sering dibicarakan Ayahnya, sekarang Fauzan harus menerima dirinya diseret untuk ikut jamuan makan malam antara keluarganya dengan kenalan dekat sang Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fauzan berdecak, setelah sekian kali berusaha menghindar dari pertemuan bisnis yang sering dibicarakan Ayahnya, sekarang Fauzan harus menerima dirinya diseret untuk ikut jamuan makan malam antara keluarganya dengan kenalan dekat sang Ayah.

Sebelumnya Fauzan tidak pernah sama sekali berniat untuk ikut dalam urusan bisnis mau pun pertemuan yang diadakan oleh Ayahnya. Apalagi ikut untuk makan malam seperti ini, makan malam berdua dengan Ayahnya saja jarang, bagaimana jika ia makan malam bersama orang yang tidak ia kenal?

Fauzan mendapati Ayahnya sudah duduk di kursi khusus dalam ruangan VIP itu, dirinya juga sudah memakai jas -paksaan dari orang suruhan ayahnya. Ia berjalan dalam diam dan duduk di depan sang Ayah.

Canggung, sangat.

"Dirga, gimana sekolah kamu?"

Fauzan berdecih, menatap name tag bertuliskan Seo Johnny di jas milik Ayahnya, matanya kemudian beralih sembari tersenyum remeh. "Ayah baru nanyain soal sekolah Dirga sekarang? Kemana aja Ayah kemarin pas Dirga lagi butuh?"

"Kamu tau Ayah nggak bisa 24 jam menjaga kamu, karena itu Ayah bertanya-"

"Dan sejak kapan Ayah peduli?"

Johnny menghela nafas, tangannya bergerak menuang teh yang sudah disediakan sembari menunggu teman kolega yang lain datang. "Kamu masih berteman dengan anak - anak berandal itu?"

"Anak siapa lagi yang Ayah sebut berandal?"

"Kamu tau maksud Ayah, teman - teman kamu yang membuat kamu jadi pembangkang seperti ini."

"Ayah yang membuat Dirga seperti ini!" Fauzan berdiri, sudah cukup ia menahan emosinya sedari tadi. Duduk berdua dengan Ayahnya memang bukan keputusan yang baik. "Dirga udah turuti permintaan ayah buat ngejauh sari banyak orang, Dirga turuti mau Ayah buat belajar yang giat sampai akhirnya Dirga bisa masuk sekolah favorit di kota ini. Ayah bilang Dirga harus jadi anak berbakat biar tidak memalukan keluarga."

"... Apa belum puas juga Ayah memperalat Dirga?"

Johnny berdeham, menjawab dengan tenang. "Ayah tidak pernah memperalat kamu, kamu yang belum paham maksud dari semua perlakuan Ayah."

"Ayah menyuruh kamu belajar dengan serius biar kamu bisa meneruskan perusahaan Ayah nanti." Johnny meneguk tehnya sekali. "Tapi kamu malah sibuk sendiri mengejar impian kamu untuk bermusik. Ayah jadi merasa salah memasukkan kamu ke sekolah itu."

Fauzan terdiam, menatap sosok di depannya dengan penuh emosi namun perlahan tatapannya melemah. ".. Kenapa harus Dirga?"

"Karena kamu satu - satunya anak yang Ayah punya."

Johnny menatap lurus ke arah mata Fauzan, menandakan ucapannya benar - benar serius kali ini. "Ayah serius kali ini, Dirga. Setelah lulus nanti kamu tidak perlu kuliah di kota ini lagi, Ayah akan mengirim kamu ke Singapura untuk belajar mengurus cabang perusahaan kita disana. Berhenti bermain musik dan jangan lagi membangkang, Ayah maafkan untuk yang kemarin - kemarin kalau kamu mau mendengarkan Ayah sekarang."

Chairmate | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang