"Lo siapa?"
"Tadi abang gue gak sengaja nabrak lo. Terus bawa lo ke sini. Abang gue ada kuliah, jadi gak nemenin lo. Dia minta maaf dan semua administrasinya udah dibayarin. Jadi lo bisa tidur tenang di sini. Gue belum hubungin keluarga lo karena hape lo dilock. Jadi lo bisa hubungin keluarga lo sendiri. Tugas gue udah selesai. Dan gue pergi." Ucap Lelaki dengan seragam SMA itu datar namun panjang lebar. Dia kemudian langsung segera berbalik badan meninggalkan Aira.
"Cowok aneh. Ngomong panjang lebar tanpa jeda dan datar banget." Ucap Aira sambil memandangi punggung cowok itu.
"Aira!!" Dania meneriakki Aira sambil berlari kecil menuju tempat tidur Aira yang diikuti Fandy yang berjalan tenang di belakangnya.
"Lo gak papa?" Tanya Dania khawatir.
"Heh curut! Lo pasti tadi ngebut kan di jalan? Ngapain coba ngebut-ngebut gitu? Lo pikir lo Rosi?!" Cecar Fandy.
"Ya elah bang. Ucapin gws kek, cepet sembuh kek, apa kek gitu, malah diomelin!" jawab Aira.
"duh masih aja berantem. Heran. Ra. Lo gak papa? Itu tangan sama jidat lo diperban gitu?" Kata Dania sambil melihati perban yang ada di tubuh Aira dengan sedih.
"Gue juga gak tau apa-apa. Kejadiannya cepet banget, gue cuma ngeliat orang ngerubungin gue terus gelap."
"Terus siapa yang bawa lo kesini? Dia tanggung jawab gak?" Tanya Fandy.
"Tadi anak cowok yang pake seragam SMA emang gak ketemu? Gak lama lo dateng dia keluar. Dia juga udah tanggung jawab kok semua administrasinya" Kata Aira menjelaskan.
"Oh yang tadi. Ngeliat sih. Dia yang di depan kita tadi kan?" Kata Fandy sambil melihat Dania sekilas.
"Gatau. Ga liat." Jawab Dania. Matanya masih melihati perban di tangan kiri Aira.
"Oh iya lo kan tadi lari. Mana tau ada orang." Kata Fandy sambil merogoh sakunya untuk mengambil handphone. "Gue telfon mama dulu." Dan berjalan ke arah sofa yang berada di sisi tempat tidur Aira.
"duh. Lo kenapa sih bisa-bisanya sampe kaya gini?" Tanya Dania khawatir sambil mengupas kulit jeruk. Mungkin karena persahabatan mereka yang sejak dari dulu, Dania sangat khawatir, jika terjadi sesuatu pada Aira. Begitupun sebaliknya, Aira juga khawatir, jika terjadi sesuatu pada Dania.
"Ga papa kok gue Dan. Alay lo!" Sahut Aira sambil menyuap jeruk yang tadi dikupas Dania.
***
gws ya;)
cepet sembuhhhh pendekkk:(
Get well soon!! Cepatlah kembali pada kami:(
semoga tenang di sisinya o:)
"anjir lah ini si Gusti! Emangnya gue udah mati!" Kata Aira kesal. "Wait. Wait. Wait. Kok mereka pada tau gue sakit?" Ucap Aira menyipitkan mata pada Dania. "Pasti elo nih. Lo pasti ngapdate di ig, line, wa, bbm, path astagaaaa!"
"Iya lah. Ini tuh momen yang harus di share ke banyak orang!" Bela Dania. Semenjak papa dan mamanya membelikan dia smartphone, Dania menjadi ratu sosmed. Anak jaman sekarang banget.
"miss sosmed dasar!"
"eh gue mah masih wajar kali. Updatenya cuma yang penting-penting aja."
"iya menurut lo itu penting tapi menurut orang, itu gak penting!"
"yaelah. Capek hidup dengerin apa kata orang mulu Ra. Yang ada hidup lo malah sengsara. Karena lo terlalu mikirin apa kata orang yang gatau apa-apa tentang lo."
"hm. Mario Teguhnya keluar."
"Ye dikasih taunya ngeyel."
Tiba-tiba pintu kamar Aira di ketuk.
"Permisi. Saya mau check keadaan nyonya Aira." Ucap seorang perawat.
"Ya ampun Sus. Masa aku dipanggil nyonya berasa tua banget" ucap Aira sambil melihati selang infus yang sedang diperiksa perawat itu.
"oh iya. Baru 16 tahun ya?" Tanya perawat ramah.
"Hehe iya Sus."
"Sus, gimana keadaan adik saya?" Tanya Fandy menghampiri perawat.
"Kondisinya stabil. Hanya saja luka di bagian lengan kiri dan kepalanya lumayan parah. Untung saja tidak sampai patah" kata perawat menjelaskan kondisi Aira.
"Iya untung juga gak amnesia." Jawab Aira asal.
"Emangnya mau?" Ledek perawat itu sambil membenahi peralatannya.
"Engga sih sus." Jawab Aira sambil nyengir lebar.
"Yaudah saya permisi ya"
"makasih Sus."
***
Setelah empat hati kemarin Aira dirawat, hari ini ia sudah diperbolehkan untuk kembali ke sekolah. Setelah Sofia mengetahui Aira kecelakaan akibat kelalaian dirinya sendiri, Aira tidak diizinkan lagi membawa motor sendiri. Ia harus pergi bersama Fandy tiap harinya. Hancurlah reputasi yang Aira bangun selama ini. Tapi kata sudah dikata, tidak bisa menolak. Apalagi Tyo, papanya juga ikut menyetujui. Katanya, demi kebaikan Aira. Makin sulit untuk Aira membantahnya.
"Ciyee Aira! Jadian sama kak Fandy sekarang?"
"Fan, cewek baru? Selamet ya!"
"Ciye Aira.."
"ciyee.."
"Ciyee.."
"yah Fandy gue punya cewek baru"
Astaga. Baru saja Fandy dan Aira memasuki parkiran sekolah. Seluruh siswa sudah menggodanya. Belum lagi, para senior yang melihati Aira dengan tatapan, siapa sih lo?! Berani-beraninya boncengan sama cowok ganteng maksimal kaya Fandy gini. Huft. Ini lah yang Aira tidak mau. Sepertinya, kejadian saat di SMP akan terulang lagi. Rencana yang sudah disiapkan matang-matang oleh Aira akan hancur sedetik lagi. Dulu, Aira dan Fandy sekolah di SMP yang sama. Saat itu, Aira dan Fandy memang sering sekali berangkat atau pulang sekolah bareng. Hingga suatu ketika, teman Fandy, yang juga senior Aira melabraknya dan meminta Aira jangan mendekati Fandy lagi. Saat, dibilang bahwa Aira adalah adiknya, si senior itu malah mencari muka. Yang membuat Aira muak.
"Males nih gue kalo kaya gini ceritanya." Kata Aira sambil membuka helmnya.
"Yaudah terima nasib aja punya abang ganteng yang punya banyak fans. Lagian lo juga mau aja di sekolah yang sama kaya gue."
"Gue kira gak kayak gitu lagi kejadiannya!"
"Yaudah terima nasib aja. Eh, tapi nanti kalo ada yg ngelabrak lo kaya waktu itu lo bilang gue aja. Nanti gue masukin black list calon istri gue"
"Cowok sarap!"
Aira berjalan segera ke lantai dua, kelasnya. Samar ia masih mendengar beberapa kumpulan cewek-cewek sedang menggosipi dirinya dengan Fandy yang berangkat bersama tadi. Hobi kok ngegosip.
"Ra, tadi kamu sama kak Fandy mirip banget loh. Jodoh kali." Ya emang adik-kakak yaa jelas mirip lah.
"iya Ra. Akhirnya lo gak jomblo lagiii"
"Iya lo pake jampe-jampe apaan abis sakit langsung punya pacar"
Aira hanya melihati teman-temannya dengan tatapan datar. Dania hanya melihatnya dengan tatapan bingung.
"Kenapa Ra?" Tanya Dania.
"SMP. Terulang lagi." Jawab Aira sambil merebahkan kepalanya di meja.
"Yaudalah. Lo bilang aja, lo berdua itu adik-kakak kali aja responnya beda. Secara kan udah SMA gak kayak anak SMP yang masih kekanak-kanakan."
"Iya kali ya? Entah kenapa gue tuh bete bangettt Dania!!!" Kata Aira memberenggut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend and Love
JugendliteraturSebuah cerita klise. Aira dan Dania adalah sahabat sejak SD sampai SMA. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Mereka selalu bermain bersama. Mereka selalu berbagi cerita bersama. Mereka selalu bersama. Hingga suatu ketika ada sesuatu yang mengus...