Setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya tiba lah saatnya pengumuman penerimaan siswa baru pada tingkat SMA.
Seluruh calon siswa SMA harap-harap cemas, apakah mereka diterima atau tidak. Namun berbeda dengan Aira, dia sangat optimis bahwa ia pasti masuk ke sekolah itu. Sifat percaya dirinya memang sudah tumbuh subur padanya.
"Ma, hari ini Mama gak bisa nganter aku ke sekolah?" Tanya Aira sambil menekan tombol dispenser dan mengadahkan gelas di bawahnya.
"Iya. Maaf banget ya sayang. Mama harus ke kantor." Jawab Sofia sambil menyisir rambutnya dengan tangan. "Verifikasi aja kan?"
"iya Ma. Yaudah gapapa Ma." Jawab Aira sambil meminum air putih.
"yaudah. Mama berangkat ya." Kata Sofia yang berjalan mendekati Aira dan mengecup keningnya. "Oh ya. Kasih tau Mama ya, kamu diterima atau gak di sekolah itu!" Perintah Sofia sambil berjalan menuju mobil jazz yang berwarna merah yang sudah berada di depan garasi rumahnya.
"Aku pasti diterima Ma!" sahut Aira dari dalam rumah.
Setelah meletakkan gelas di dapur, Aira kembali masuk ke kamarnya untuk mengambil tas miliknya.
"Kertas-kertas, handphone, dompet. Apalagi ya? Udah kali ya " Aira mengecek isi tasnya kembali sebelum akhirnya keluar dari kamar untuk segera pergi ke sekolah itu.
Saat menutup kenop pintu kamarnya, ia melirik pintu kamar Fandy yang memang hanya berjarak semeter dari kamarnya. Sepertinya ada yang ia lupakan. Aira membuka pintu kamar Fandy, dan melihat abangnya itu masih tidur dengan kaki di kepala, kepala di kaki. Loh. Pokoknya semrawut. Bantal dan bed cover yang sudah berhamburan.
"woy! Kebo kerempeng! Udah siang keles! Anterin gue!!" Aira menggucangkan bahu milik Fandy.
"Apaansilu...." jawab Fandy dengan mata yang masih terpejam dan masih bertahan pada posisinya.
"Ih. Kan gue udah bilangin semalem!" Seru Aira sambil memukul bokong Fandy yang tidur sambil memeluk guling.
Fandy-pun bangun akibat pukulan Aira di bokongnya itu.
Fandy menyisir rambutnya dengan tangan. Matanya yang masih terpejam tidak menyurutkan kenarsisan dari seorang Fandy.
"Elah, mulut lo aja bau gitu udah ngerapihin rambut segala! Sok ganteng banget! Udah sana buruan mandi!!!" Ucap Aira kesal dengan kelakuan kakak lelakinya itu.
"Gue emang ganteng Aira. Lo gak usah sirik gitu," jawab Fandy dengan senyum lebarnya yang menjijikan.
"Geli gue bang. Udah buruan! Gue tunggu di bawah!" Aira keluar dari kamar Fandy dan berjalan menuju ruang tv yang berada di lantai satu.
Selagi menunggu Fandy, Aira menonton televisi sambil memakan snack yang ia ambil dari kulkas. Aira bukan lah tipe wanita yang takut gemuk, oleh karenanya, ia memakan apa saja yang menurutnya enak. Dan beruntungnya, walaupun ia memakan segala macam makanan badannya sama sekali tidak berisi. Dengan tinggi badan sekitar 160 cm, dan bobot badan 48 kg, ia terlihat mungil.
"Makan mulu lo! Ayo buruan!" Ucap Fandy dari tangga sambil membawa helm full face nya.
Aira pun, menyangkilkan tasnya dan mematikan televisi. Lalu berjalan mengikuti Fandy di belakangnya. Dan, Ia menaiki motor ninja hitam milik Fandy.
***
Sesampainya di sekolah tujuan, Aira pun berjalan melewati koridor sekolah menuju beberapa orang yang berkumpul di depan mading.
Aira fokus mencari namanya, "Aira Namira Zaldine," gumamnya sambil terus melihati satu per satu nama yang awalannya berabjad A.
"Ini dia!" Ucapnya sambil tersenyum puas. Benar dugaannya, bahwa ia pasti masuk. Aira sangat percaya, bahwa kita adalah apa yang kita pikirkan. Karena kekuatan pikiran itu sangatlah besar dan berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend and Love
Genç KurguSebuah cerita klise. Aira dan Dania adalah sahabat sejak SD sampai SMA. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Mereka selalu bermain bersama. Mereka selalu berbagi cerita bersama. Mereka selalu bersama. Hingga suatu ketika ada sesuatu yang mengus...