Untaian Rasa

109 15 2
                                    

Assalamu'alaikum, Selamat Pagi Readers yang masih setia nunggu cerita aku ini. Setelah sekian purnama yang penuh lika-liku sebagai mahasiswa akhirnya aku bisa update lagi. Maaf sudah membuat kalian menunggu lama ya🙏

Makasih banyak buat yang masih menjadikan cerita aku ini sebagai list bacaan di perpustakaan kamu.🙏🤗

Sebagai ucapan terima kasih, aku mau memberikan 2 part yang spesial di bulan ini 🤗
Part yang belum pernah di publish di platform lain pertama di wattpad, Cusss dibaca ya and Happy Reading

⭕💍⭕💍⭕💍⭕💍

Melihatmu dari atas panggung adalah menjadi cara ku mencintai dalam diam yang membuat hati ini berdebar ~ Adila Adzka Labibah.


Cinta ? Satu kata, sejuta makna dengan berbagai aksi.

Bak berlatih baseball, bola yang dilemparkan mesin bisa ditangkis dan membuat memantul atau menangkapnya tergantung sebagai posisi apa. Begitu juga ketika seseorang berhadapan dengan cinta, bisa ditangkis dan diarahkan kepada tujuan atau menangkap nya tanpa ada niatan untuk dilemparkan.

Itulah yang dikatakan bunda saat aku akan tidur, "Kamu paham kan maksud bunda ?"tanya bunda penuh kelembutan.

"Paham, Bun. Adila gak boleh jatuh cinta kan ?" tanyaku penasaran.

"Bukan begitu, sayang. Jatuh cinta itu fitrah bagi setiap manusia, terlebih lagi seumuran kamu adalah masa-masa mengenal cowok dan mencari serta merasakan hal baru seperti pacaran." jawab bunda sesaat terdiam. "Tapi ingat pacaran itu tidak ada dalam Islam, pacaran itu adalah gerbang dari zina." lanjut bunda menatap manik mataku dalam.

"Terus, Bun ?" tanyaku penasaran.

"Pasti kamu udah ada yang kamu suka kan ?" tanya bunda penuh selidik.

" A.. Aaah gak ada kok, Bun." ucapku terbata-bata lalu memalingkan wajah dari bunda.

Bunda tersenyum melihat tingkahku, " Anak gadis bunda sudah besar. Itu lumrah, Sayang. Namun ingat jangan diungkapkan ke dia yang membuat kamu jatuh hati sampai pipi memerah begitu, ungkapkan ke Dia yang memberikan rasa cinta itu." pesan bunda mengelus puncak kepalaku.

"Sudah sekarang kamu tidur, besok bangun tahajjud. Saat itu kamu bisa ungkapin semuanya, termasuk cowok itu." tutup bunda dengan senyum jahilnya.

"Iiih bunda nih, yang terakhir nya nggak enak," keluhku.

"Sudah, ya. Selamat Malam sayang,"ucap bunda meninggalkan kamarku.

"Selamat malam bunda," sahutku.

Walaupun bunda sudah meninggalkan kamar, kata-katanya masih terngiang dipikiran terutama kata "cowok disukai" yang membuat ku teringat pada kejadian salah paham yang membuat perasaan ini sangat kesal padanya,

"Hei, disini bukan tempat pacaran. Apalagi sampai pegangan tangan gitu. Nggak mahrom woy,"

Kalimat itu menjadi tombol play terputarnya kembali kejadian itu saat awal semester tahun pertama SMP,

"Heh jangan asal nuduh aja ya," seruku geram atas ucapannya.

"Kalau gak pacaran, kalian ngapain berduaan disitu sambil pegangan tangan gitu ? Nangkep tikus berdasi !?" tuduhnya.

"Weee jangan asal nuduh gitu lah, jelas aku cuma bantuin dia nyari kunci rumahnya terselip di lemari. Ni hah kuncinya, " bela kawanku Hendra sambil menunjukkan kunci yang masih berada ditangannya.

"Jadi orang jangan su'udzon, katanya ustadz !" tampiknya kesal.

Walapun pada akhirnya dia meminta maaf atas tuduhannya tak berdasar, tapi dari kejadian itu aku merasa ada yang berbeda dari nya, ada bumbu cemburu di balik ucapannya saat itu.

Yaah dari situlah bermula aku mulai memperhatikan nya dari jauh, Arayyan Fathee Salim cowok famous yang terkenal sebagai juru bicara debat dan acapkali dijuluki ustadz muda yang memiliki banyak fans seantero sekolah.

Dengan melihat nya ketika di atas panggung saja, sudah cukup hati ini berdebar. Bagaimana jika satu kelas di tingkat dua atau tiga ? Apakah aku menahan debaran ini ketika bertemu dengan nya atau utarakan saja rasa ini ? Jika utarakan, apakah perasaan ini berbalas denganku perempuan yang tak tersohor ?

Aku, Adila Adzka Labibah, wanita yang tidak tahu bagaimana rasa dan debaran ini dikemanakan ?

⭕💍⭕💍⭕💍⭕💍

Famous to Love [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang