" Mengatakan apa yang kupikirkan lebih mudah daripada mengatakan apa yang kurasakan dengan mu." ~ Arayyan Fathee Salim
Bundelan yang sudah penuh coretan angka, garis hingga lingkaran hitam menjadi bacaan Rayyan kali ini. Di sebuah ruangan berukuran 10X8 m yang berlantaikan keramik, berdinding kan warna biru muda menjadi ruangan tes masuk Internasional Scholl of Cities Pekanbaru.
Sudah hampir satu setengah jam Rayyan didalam ruangan ini, berkutat dengan soal-soal berbahasa tiga negara yaitu Arab, Inggris dan tentunya bahasa Indonesia. Tiga bahasa yang menjadi bahasa wajib bagi murid yang lolos disini, bukan terlalu masalah bagi Rayyan. Setidaknya ia sudah menguasai 50% persen dari dua bahasa asing tersebut dan tentunya 100% ia menguasai bahasa Indonesia.
Rayyan melirik arlojinya sebentar, " Aduh, sekarang udah jam 9.30. Ini kapan boleh keluarnya ? Semua soalnya udah siap semua tapi gak ada tanda-tanda untuk boleh keluar jika sudah selesai." desah Rayyan yang sudah tidak fokus didalam ruangan.
" Sebentar lagi jam 10, kata mereka tampil jam 10. Kalau begini adanya, mereka udah mulai duluan tu acaranya, gak jadi aku kasih persembahan buat dia." lirih Rayyan kembali
" Hmmmm apa memang hari ini aku harus ungkapkan itu semua ?" gumam Rayyan kembali memikirkan keputusannya
BAIK PERHATIAN SEMUANYA
Collect your answer sheets on the supervisor's table and please come out in an orderly manner sebuah pengumuman dari pengeras suara yang berada di sudut pintu masuk." Akhirnya yang ditunggu datang juga," ucap Rayyan lega.
Dengan sedikit terburu-buru, Rayyan merapikan lembar jawabannya plus soalnya beserta peralatan ujiannya yang ia masukkan ke dalam tas.
PLUK
Sebuah pena jatuh ke lantai, milik seseorang yang sekarang sedang terburu-buru membereskan perlengkapan nya.
" Yaa akhi, Hadzaa Qolamuk !" sapa laki-laki salah satu peserta yang duduk di belakang Rayyan.
" Ah iya, Syukron akhi." ucap Rayyan.
" Sadzhabu Awla ya, Akhi." sambung Rayyan.
" Tafadhdhol !" jawab laki-laki tersebut.
Rayyan dengan jalan cepat menuju parkiran yang dijanjikan sang ayah untuk menjemputnya lebih awal. Sudah banyak mobil terparkir di tempat yang dijanjikan tadi, namun mobil Nissan CR-V berwarna silver dengan plat BM 1605 RC belum tampak juga di parkiran disini.
" Jangan bilang, Ayah lambat jemput nya nih," desis Rayyan.
Tin.... Tin... Tin....
Sebuah mobil menghampiri Rayyan dari belakang" Ayo naik, Rey. Sebelum pintu gerbang nya macet untuk keluar !" titah Bu Citra didalam mobil.
" B-baik, Ma." sahut Rayyan dengan cepat ia membuka pintu tengah penumpang.
" Rayyan kira ayah bakalan terlambat jemputnya," ucap Rayyan yang sudah masuk dalam mobil.
" Alhamdulillah urusan disana sudah selesai, Rey. Jadi ayah sama mama bisa cepat sampai kesini," jawab Bu Citra yang kali ini seperti sudah menjadi juru bicara Pak Ruslan.
" Untung ayah tidak parkir di tempat yang kita janjikan tadi. Kalau disana, heeeh gak bakalan bisa datang kamu ke acara." sambung Pak Ruslan sambil fokus mengemudikan mobil menuju destinasi berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous to Love [ On Going ]
Teen FictionNEW VERSION [ YUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Arayyan Fathee Salim, Cowok dengan kecerdasan, tutur kata dan gaya bicaranya menjadi magnet bagi orang-orang yang menjadikannya idola baru di tempat dia berada. Dengan kefamous-an nya, Ia bisa saja me...