Prelude

113 23 0
                                    

"Yesss akhirnya seorang Rayyan kenak dalam permainan ini, bung." ucap Tri bersemangat.

"Ini akan menjadi momen bersejarah dalam dunia. Mesti dicatat di buku rekor," sahut Imran lebih antusias.

Beginilah penampakan ketika kelas kosong, tanpa kabar dari guru. Waktu dimanfaatkan oleh siswa dengan berbagai kegiatan salah satunya Rayyan and the gengs yaitu bermain Truth or Dear.

"Lebay, gak usah gitu kali. Biasa aja. Kayak gak pernah nengok aku kenak hukuman aja." jawab Rayyan risih.

Mereka berlima semua menatap Rayyan, "Emang gak pernah !" ucap serempak.

Duduk di kelas dua membuat mereka dicampur isi kelasnya, hanya  beberapa yang pernah satu kelas bertemu lagi. Eitss , tapi ini bukan jodoh ya. Jam kosong menjadi waktu mengakrabkan diri dengan sesama. Mengobrol yang menjurus ghibah, atau bermain UNO hingga Truth or Dare menjadi pilihan mengakrabkan diri bagi sebagian siswa termasuk Rayyan.

Awalnya Rayyan kurang suka bermain seperti hal itu. Selain membuang waktu berharga nya, menjaga image sebagai seorang ketua kelas yang tidak meribut atau bermain saat jam kosong sangat dijaga oleh Rayyan. Namun tingkat kekepoan Rayyan yang sangat tinggi, menarik nya untuk ambil bagian dan menjadi agenda wajib hingga saat ini.

"Ini adalah momen yang benar-benar gue tunggu," gemas Imran.

"Selama ini gue terus yang kenak pertanyaan dan hukuman sadis dari ni orang, kali ini giliran gue !" lanjut Imran.

Bagi Rayyan bermain seperti ini membuat dirinya seperti Najwa Shihab yang mampu membuat kawan-kawan nya mengungkapkan apa-apa yang tersembunyi bahkan aib pun keluar mengalir tanpa hambatan.

Imran mulai mentap Rayyan lekat, "Kau pilih Truth atau Dare ?"

Rayyan terdiam dan berpikir sejenak, "Ummmm, Aku pilih jujur aja. Aku mencium bau-bau busuk kalau milih Dare," ungkapnya.

"Su'udzon aja jadi orang, ustadz itu gak boleh banyak su'udzon nanti pahala nya habis."ucap Anggi bijak.

Rayyan tidak mau menanggapi dan ambil pusing yang dikatakan Anggi,  "O. Jadi mana pertanyaannya ? Ingat satu sesi cuma 2 pertanyaan ya ? Aku cuma ambil pertanyaan yang pertama kali kalian ucapkan,"

"Iya-iya, sadis banget. Ini lagi mikir kali," sahut Anggi tak tenang.

Tiba-tiba...

"Ada gak yang kau suka di Angkatan kita ?"
Pertanyaan dengan mulus keluar dari salah satu mereka, Iwan.

"Oke, pertanyaan pertama," tukas Rayyan sesuai perjanjian, pertanyaan pertama yang terucap itu lah yang akan nanti dijawabnya.

"Bongak, jangan itu pertanyaan nya gue udah nyiapin pertanyaan lebih dari itu," ungkap Imran kesal atas kebodohan dan kepolosan kawannya satu ini.

"Kalau kau udah nyiapin, ngapain gak langsung tanya aja !?" sungut Iwan yang tak mau disalahkan.  "Udah tau aku kadang orangnya spontanitas aja,"

"Next questions ?" pinta Rayyan yang masih tenang dan merasa enteng, karena baginya menjawab pertanyaan lebih disukai.

"Ah biar gue yang nanya," Anggi menyahuti permintaan Rayyan yang menyiratkan ingin pertanyaan sulit dan menjebak.

"Sebutkan 3 Ciri-ciri cewek yang lo suka itu ?"

Rayyan terhenyak dengan pertanyaan terakhir. Pertanyaan yang sebenarnya tidak sulit dan tidak menjebak, namun Rayyan sedikit heran kenapa kawan-kawannya menanyakan about LOVE, "Oke, cukup gue jawab ya."

Famous to Love [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang