Slide Two.

576 69 43
                                    

Dentuman musik menggema memenuhi ruangan bernuansa gelap itu. Ke-empat gadis yang memfokuskan diri dengan standbook partitur di depannya masing-masing tidak menyadari kehadiran seseorang yang kini berdiri tidak jauh dari mereka.

Laki-laki berambut kecoklatan itu mengulum senyum, matanya tidak lepas pandang dari salah satu ke-empat gadis di depannya. Gadis bertopi baret dengan rambut blonde nya yang digerai indah sukses membuat Beomgyu tidak berhenti berdecak kagum, belum lagi suara indah gadis itu yang mengalun lembut di telinganya.

"Gorgeous." gumamnya.

Senyumnya kembali mengembang kala gadisnya menyadari kehadiran dirinya. Lengkungan bibirnya melebar, membalas senyuman sang gadis yang tampak girang mendapati dirinya datang ke tempatnya berlatih.

Siapa yang tidak kegirangan ketika sosok yang dirindukan tiba-tiba muncul dihadapannya. Kekasihnya yang beberapa hari ini hanya dapat ia jumpai melalui telepon seluler karena kesibukannya, kini datang menemuinya. Rasa lelah Rosé seakan terbayar melihat kekasihnya berada di sini.

Bibir Beomgyu yang terus menggumam kata 'Hwaiting' membuat energi Rosé terasa penuh kembali, seperti baterai ponsel yang baru selesai di isi ulang.

Mata elang itu menatap takjub Rosé ketika gadis itu kembali mengeluarkan suara emasnya. Ia tersenyum lagi saat Rosé menyanyikan beberapa penggalan lirik dengan mata terpejam, seperti benar-benar menghayati setiap makna lirik tersebut.

"Sedang apa kau di sini?"

Beomgyu menoleh ke samping kanannya ketika sebuah suara yang terdengar tidak bersahabat menegurnya. Hanya hembusan napas yang Beomgyu keluarkan setelah tahu siapa orang itu. Ia memilih memperhatikan kekasihnya lagi daripada menjawab pertanyaan dari orang di sampingnya ini.

"Kau dengar tidak?"

Beomgyu mendesah jengah. Badannya sedikit menyerong untuk berhadapan langsung dengan laki-laki cungkring di depannya.

"Tentu saja memberi semangat kekasihku. Seharusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa kau di sini?"

Laki-laki cungkring dan berambut gondrong itu mendecih mendengar Beomgyu mengucapkan kata 'kekasihku'. Tatapannya semakin menunjukkan ketidaksukaan pada Beomgyu.

"Aku produser di sini. Tentu saja aku berada di gedung ini."

Beomgyu tersenyum sinis. "Ya di gedung ini, bukan di studio ini." sarkasnya.

Loren, laki-laki itu mengepalkan tangan dengan matanya yang menyorot tajam. Beomgyu yang menyadari itu hanya memberikan senyuman mengejek.

"Apa kau ke sini berharap Rosé akan memintamu untuk mengiringinya bernyanyi dengan gitarmu lagi?"

Beomgyu mengalihkan tatapannya pada kekasihnya lagi, gadis itu masih terlihat fokus dengan latihannya sehingga tidak mengetahui kehadiran Loren.

"Aku tahu kau menyukai kekasihku. Tapi berhentilah mengejarnya karena dia hanya mencintaiku. Jangan salah artikan perhatiannya selama ini padamu, itu hanya sebatas dukungan sebagai rekan kerja."

Loren menggertakkan gigi dan itu bisa didengar oleh Beomgyu, tetapi Beomgyu tidak peduli itu, ia hanya memfokuskan perhatiannya pada sosok jangkung di depannya.

Loren diam sejenak. Otaknya berputar, memikirkan kata-kata yang pas untuk membalas perkataan Beomgyu barusan. Sedetik kemudian senyuman tipis terpampang di bibirnya. Ia beringsut mendekat pada laki-laki di sampingnya itu, mendekatkan wajahnya di samping kepala Beomgyu lalu membisikkan sesuatu yang sukses membuatnya naik pitam.

Rahang Beomgyu mengatup rapat, tangannya mengepal kuat. Di sebelahnya, Loren tampak mengembangkan senyuman liciknya. Beomgyu melempar tatapan tajamnya, mati-matian menahan diri untuk tidak melayangkan tinjunya, mengingat ia sedang berada di keramaian sekarang.

Let It Be. - [Beomgyu x Rosé]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang