Bibi Emma keluar dari kamar Viania, ia menuruni anak tangga, mengambil telepon rumah seraya membuka buku tebal berisikan banyak nomor.
Bunyi dering di seberang sana menggema dipendengaran Bibi Emma, sampai dering ketiga baru ada suara yang menyahut.
"Halo?"
"...."
"Saya pelayan keluarga Aldrich ingin memberitahukan bahwa nona kami tidak bisa hadir mengikuti kegiatan di sekolah seperti biasa." Bibi Emma menjelaskan dengan lembut.
"...."
"Ah ..., begitu? Baik pak, saya mengerti."
Bibi Emma menutup teleponnya, ia meletakkan telepon rumah itu kembali ke tempatnya. Bibi Emma keluar dan memanggil Andrian sopir pribadi di rumah itu.
"Andrian! Andrian."
Paman Andrian berlari mendekat ke arah suara Bibi Emma yang memanggil dirinya.
"Ada apa?"
"Sekolah di liburkan, kenapa tidak memberitahuku?"
"Ah, itu. Saya tidak tau juga, nona tidak mengatakan apa-apa semalam."
Bibi Emma mengangguk paham, ia kemudian menyuruh Paman Andrian kembali ke pekerjaannya, paman andrian mengangguk dan kembali bekerja.
Bibi Emma melirik ke atas, ia melihat pintu kamar Viania yang tertutup, "dasar nona kecilku." Ucapnya.
Bibi Emma kembali ke dapur mengerjakan pekerjaannya, di sana ia bertemu dengan kepala koki dan pelayan lainnya. Mereka berbincang-bincang sambil bekerja, canda tawa mereka semua mengisi kekosongan di dapur. Pelayan lain mulai masuk ke dapur, pekerjaan mereka sudah selesai.
"Bibi Emma!" Seorang pelayan yang masih muda mendekati Emma, ia terlihat ketakutan dan wajahnya penuh keringat.
"Ada apa lucy?"
Gadis itu diam, ia sibuk mengatur nafasnya yang memburu, ia lelah berlari dari belakang rumah. Gadis yang bernama lucy itu menatap Emma nanar.
"Bi, apa bibi tau apa yang kulihat dan ku alami barusan?"
"Bicaralah yang jelas, aku tak mengerti." Bibi Emma mengerut heran mendengar ucapan lucy.
"Awalnya aku menghiraukannya tapi lama-kelamaan ini semakin menjadi-jadi bi." Lucy meremas lengan Bi Emma kuat.
"Apa yang semakin menjadi-jadi?" Tanya Bi Emma penasaran.
"Semalam saat aku ingin mematikan lampu, saat nona masih makan malam di bawah aku mendengar suara nona dari dalam kamarnya, dia meminta tolong dan juga ada suara seorang pria, aku pikir itu hanya halusinasi ku, tapi itu semua nyata bi, tadi saat aku dibelakang membersihkan taman di sana, aku melihat-"
"Melihat apa?" Bibi Emma semakin penasaran."
"Aku melihat ada seorang pria di kamarnya dan dia berdiri di belakang nona dqn memeluknya, nona berdiri di depan jendela kamarnya dan saya melihat itu, pria itu memeluknya dan nona terlihat ketakutan, dia tak berani menoleh ke belakang sampai Bibi datang pria itu baru menghilang begitu saja, aku melihat Bibi menyapanya, itu terlihat dari balik kaca." Bibi Emma tertawa, ia menatap herna ke arah Lucy.
"Jangan bicara yang aneh Lucy, saat aku masuk tak ada siapa pun di sana, berhenti membual dan kembali lah ke pekerjaanmu." Bibi Emma menggap Lucy sendnag membual.
Lucy menggelengkan kepala, menolak spekulasi Bibi Emma, "saya melihatnya! Ada orang selain nona di sana!" Lucy berteriak.
"Lancangnya kau! Apa kau pikir kau Nyonya di sini sehingga bisa berteriak sesukamu?!" Bibi Emma marah, ia menunjuk-nunjuk wajah Lucy.
"Saya benar-benar melihatnya, ada orang lain di sana dan nona ketakutan akan hal itu. Kita harus mengajaknya bicara dan menanyainya tentang itu." Lucy masih tetap pada pendiriannya.
"Cukup lucy, atau kau akan kehilangan pekerjaanmu saat ini juga? Kembalilah bekerja dan lupakan pembicaraan ini." Bibi Emma mengusir Lucy.
Lucy hanya diam, ia menatap sekitarnya. Dia menangis, tak ada yang mempercayai dirinya, semuanya menganggapnya aneh, tapi ia benar-benar melihat semua itu dan ia tak berbohong, nona muda nya itu ketakutan akan kehadiran sosok oranhg itu.
Lucy keluar, kembali ke pekerjaan sebelumnya di belakang rumah tepatnya di taman itu, ia melirik ke atas, melihat jendela kamar Viania. Ia terkejut melihat seorang pria berpakaian hitam berdiri di sana dan sedang melihatnya, dan ada kertas putih yang ia pegang bertuliskan, TAK ADA YANG MEMPERCAYAIMU, BODOH.
Lucy diam, ia malah menantang balik sosok itu, "aku akan menjaga nona!" Teriaknya.
Sosok itu hanya tersenyum meremehkan dan menghilang begitu saja. Lucy masih memantau jendela itu menanti sosok itu muncul lagi, ia tak bisa melihat wajahnya.
"Dasar makhluk aneh, akan ku jauhkan kau darinya." Gumam Lucy.
Waktu terus berjalan, Lucy selesai dengan pekerjaannya, ia kembali masuk ke dalam rumah untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, saat di depan pintu belakang, ia mendengar teriakan Paman Andrian yang keras. Lucy berlari mendekat ke arah sumber suara, di sana ia melihat nona mudanya Viania terbaring dengan darah di dahinya, dan sososk pria berbaju hitam itu juga ada di sana tapi ada sosok lain bersamanya.
"No-nona?!" Lucy terkejut, ia hanya terduduk lemas dengan apa yang ia lihat, gadis malang itu sedang berdarah.
Manik mata Lucy tertuju ke arah kedua sosok itu, Lucy melihat mereka bertengkar, sosok pria yang Lucy lihat di kamar nonanya itu terlihat sedang mencekik sosok lainnya, ia terlihat ingin membunuhnya.
"Cepat buka pintu mobilnya, Emma." Lucy tersadar, ia berlari mendekat ke arah Paman Andrian dan ikut membantu menggendong Viania untuk dimasukkan ke dalam mobil, Viania diletakkan dibelakang bersama dengan Bibi Emma.
Paman Andrian masuk dan mengemudikan mobil, dia tak sadar sosok pria berbaju hitam itu sudah duduk di sebelah paman Andrian.
"Kalian tak menyadari kehadirannya." Gumam Lucy.
"Lucy tolong bereskan semuanya ya? Kami akan kembali secepatnya, nona hanya mendapat luka ringan, jangan khawatir." Bibi Emma menatap Lucy dan memberinya tugas.
Lucy mengangguk dan kembali masuk ke dlaam rumah, ada sedikit noda darah di lantai. Ia kembali ke dapur mengambil kain pel untuk membersihkan noda itu.
"Ke mana makhluk satunya lagi?" Gumam Lucy.
"Nona, tenang saja. Saya akan menjaga anda dari makhluk seperti itu, saya janji Nona." Lucy bergumam lagi.
Lucy pergi ke dapur, mengambil alat yang dia perlukan dan kembali. Ia membersihkan noda di lantai, air yang ia bawa berubah jadi sedikit merah.
"Aku harus meluangkan waktu untuk pulang dan meminta nenek menyiapkan benda itu agar nona selalu di jaga dan keadaannya baik-baik saja." Lucy menganguk-angguk dengan apa yang ia bicarakan sendiri.
Selesai dengan pekerjaannya membersihkan noda darah itu, ia kembali ke dapur mengembalikan peralatan yang ia pakai ke tempatnya semula.
"Lucy ...." seseorang memanggilnya dan dia menoleh.
"Apa yang terjadi tadi di dapur? Kenapa kau bertengkar dengan Bibi Emma?." Seoranh pelayan yang seumurnya dengan Lucy menanyainya perihal kejadian yang baru saja terjadi antara dia dan Bibi Emma.
"Itu bukan apa-apa, sebaiknya aku melupakannya, aku tak mau ada yang terlibat. Itu urusan kami berdua."
"Baiklah." Pelayan itu mengangguk mengerti tan da Lucy tak mau bercerita.
Jan lupa follow akunnya y.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love With Monsters
Mystery / Thriller"Viania Aldrich~" Kali ini nama lengkapnya, Viania menghiraukannya. Ia mau pulang dan secepatnya sampai di rumah. Setidaknya di sana ada Bibi Emma yang akan menjaganya. Viania berdoa semoga cepat sampai ke rumah nya, semoga Bibi Emmanya ada di rums...