Kirana memilih untuk menenggelamkan wajahnya di antara kedua tangannya di meja. Hari ini dirinya merasa sangat pusing, tidak tahu kenapa.
Sang ketua kelas menginterupsi untuk berdiri, itu tandanya sang guru sudah memasuki ruangan kelas. Jam pertama kali ini adalah biologi---mata pelajaran yang Kirana sukai---tetapi, sekarang Kirana malah merasa malas untuk mendapat mata pelajaran itu.
Bukan malas, tapi dia sedang lelah dan merasa tak mampu untuk menerima pelajaran sekarang.
"Karena ibu hari ini ada workshop, jadi ibu berikan tugas saja ya, berkelompok," jelas sang guru, membuat seisi kelas mengembuskan napas lega, termasuk Kirana.
"Sesuai absen saja, satu kelompok berisi dua orang untuk membuat suatu laporan pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi kacang hijau. Oh, ralat. Hanya perlu mencatat datanya dan kalian mempresentasikan di depan kelas, tidak perlu disusun dalam bentuk laporan," jelas Bu Yasmin, guru Biologi kesayangan Kirana.
"Jika kita hanya mencatat datanya, waktu mempresentasikan apa yang perlu dijelaskan?" tanya Nana mengangkat tangannya.
"Kalian mengamati dari satu variabel, misalkan suhu ya, gelas tanaman A ditaruh dalam suhu cukup tinggi seperti belakang kulkas, dan yang satunya ditaruh pada ruangan normal. Coba kalian amati, maka kalian akan tau perbedaannya, dan ibu mau kalian mencari penyebab dari perbedaan itu. Kemudian, kalian jelaskan di depan kelas."
"Hah?" Kirana terkekeh saat melihat Sinta terlihat kebingungan. "Lo paham nggak, Na?"
"Lumayan paham kok," balas Kirana sembari tersenyum. "Nanti aku jelasin lagi."
"Aaaa, memang temanku yang terbaik!" balas Sinta mencubit pipi Kirana gemas.
"Kalian bisa menggunakan variabel lainnya selain suhu, contohnya cahaya matahari, tanah, dan lain-lain. Sampai sini paham?"
"Paham, Bu!"
"Ibu beri waktu dua minggu untuk kegiatan pengamatan. Bekerja kelompok yang baik ya! Ingat urut absen!" tegas sang guru sebelum meninggalkan ruangan.
"Bu, izin memberi saran. Coba kalau ibu ucapkan sekarang siapa kelompok satu ini itu. Karena teman-teman biasanya sih tetap bandel, ingin dengan gengnya sendiri, Bu," usul Sinta yang membuat hampir satu kelas menatap tajam ke arahnya.
"Betul juga," jawab Bu Yasmin. "Baiklah, mari kita lihat di buku absen ... absen pertama Aldrian Dewa dan absen kedua Alkirana. Kalian satu kelompok, kemudian ...."
Kirana membulatkan matanya, bagaimana bisa jika dia lupa fakta bahwa absennya dengan Dewa berdekatan.
"Loh, Kir? Gue bilangin ke Bu Yasmin ya? Gue khawatir kalau lo satu kelompok sama Dewa," ujar Sinta, belum Kirana menjawab, Sinta sudah mengangkat tangannya terlebih dahulu. "Bu, mohon maaf. Tapi apa Kirana dan Dewa dapat ditukar, em ... jangan sampai mereka satu kelompok."
"Ibu sudah tahu masalah antara Dewa dan juga Kirana. Ibu harap, kalian mengesampingkan masalah pribadi kalian ya? Tugas adalah tugas, harus tetap dikerjakan, okay?"
Kirana hanya bisa mengangguk pelan, sementara Sinta hanya bisa mengembuskan napas pelan. Masalahnya, Bu Yasmin tidak tahu jika Dewa berusaha untuk menindas atau secara kasarnya membunuh Kirana secara perlahan.
Setelah Bu Yasmin meninggalkan kelas, disusul sorakan gembira karena jam kosong hingga jam istirahat. Berbeda dengan Kirana yang tidak merasa gembira sama sekali.
Kirana menatap Dewa yang duduk di pojok belakang. Bahkan, lelaki itu terlihat acuh, setelah mata mereka bertatapan, Dewa memutus kontak matanya dengan ekspresi yang sedikit menyeramkan. Kalau begini Kirana bingung, apa Kirana harus menghampirinya terlebih dahulu? Kalau bukan karena nilai biologi sangat berharga, Kirana rasanya tidak ingin mengerjakan tugas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's not my fault
FanficBukan kesalahan Kirana jika kita mendengar kasus pembunuhan terhadap salah satu petinggi perusahaan terkemuka. Kirana juga tidak ingin ini terjadi, apa jika ayahnya yang membunuh, dia juga patut dicap sebagai pembunuh? Kirana tidak tahu apa-apa, tet...