07

163 20 1
                                    

Ayu POV.

Ya tuhan, kenapa gue selalu ngelakuin hal bodoh sih. Waktu itu diajak pulang Sastra nurut aja kayak bocah dikasih permen. Sekarang, malah narik Sastra ke kamar.

Bodo banget sih! Kalo gini sih gue lebih bodo dari malaikat pencabut nyawa yang magang itu. Siapa namanya? Martin ya?

Eh Ayuuu, bisa - bisanya ada Sastra di kamar malah yang dipikirin si malaikat magang.

"Uhuk uhuk, heuum. Ayu?"

Sastra terbatuk. Mungkin untuk memecahkan keheningan yang sedari tadi melingkupi kami berdua.

Posisinya, kami berdua masih berdiri kikuk di balik pintu.

Tapi, yang membuatku bingung adalah Mama Lita tak langsung datang ke kamarku dan menarik Sastra keluar. Apa karena wanita itu menganggap aku dan Sastra akan menikah ya?

Tadi pagi setelah adzan subuh aku bangun dan melakukan banyak hal. Salah satunya adalah membantu Mama Lita memasak untuk anak kos yang lain. Hanya aku yang membantu wanita itu. Selalu begitu.

Mungkin karena aku merasa sudah tinggal lama disini maka harus banyak membantu Mama Lita karena wanita itu ditinggal sendiri oleh suami dan anaknya mengurus usaha mereka di Amerika.

Setelah membantu Mama Lita menyiapkan makanan, aku langsung bersiap untuk lari pagi karena matahari belum terlihat sepenuhnya. Saat hari sudah cukup terang, aku menyudahi kegiatan lari pagi dan langsung membersihkan diri. Setelahnya, aku bergabung dengan anak kos lain yang masih sarapan dan mengobrol sebentar dengan mereka di ruang makan. Setelah sarapan, aku masuk ke kamar dan melanjutkan pekerjaanku. Tak lupa, aku juga menggunakan masker wajah yang ku beli secara online beberapa hari sebelumnya.

Kira - kira jam 9 pagi, terdengar Mama Lita yang membukakan gerbang untuk seseorang. Rasa penasaran pun membuatku keluar kamar setelah membasuh bersih wajahku dari masker wajah yang menempel. Aku melihat dari teras kamarku yang posisinya paling dekat dengan gerbang depan.

Aku kaget bukan main. Mama Lita membukakan gerbang untuk Sastra. Terlihat lelaki itu dengan tampannya tersenyum manis. Ganteng banget!

Rambut ditata rapi, penampilan lelaki itu sangat sederhana dan- manly. Kaos putih dan jas coklat muda yang membalut tubuh gagah Sastra dipadukan dengan celana jeans yang meningkatkan kadar ketampanan seorang Sastra Adijaya.

Memang tidak ada yang bisa menandingi ketampanan Sastra, kecuali papa dan adiknya sendiri. Hehehe.

Aku melihat dari jauh Mama Lita dan Sastra mulai bertukar sapa dan memulai pembicaraan. Namun, akhirnya hanya Mama Lita sendiri yang terus mengoceh dan mengabaikan Sastra yang berdiri kikuk tanpa tahu harus melakukan apa.

Aku tahu betul sifat Sastra seperti apa.

Ya iya dong, pacaran dari lama ngga saling tau sifat mah mending main gaplek aja lo pada.

Sastra sangat pendiam. Tidak pandai memulai obrolan sama persis sepertiku. Melihat Sastra yang mencoba mengimbangi pembicaraannya dengan Mama Lita mendorongku untuk membawa Sastra pergi dari kecanggungan.

Hingga, disinilah aku sekarang bersama dengan Sastra. Di kamarku sendiri. Hanya berdua. Berdua!

•••

Ayu sedari tadi menunduk diam. Terlalu larut dalam pikirannya dan tidak tahu juga apa yang harus dilakukan ketika dirinya terjebak berdua saja bersama Sastra.

"Ayu,"

Sastra menggoncang tubuh Ayu karena khawatir akan gadis itu. Sastra memang selalu khawatir akan Ayu.

EX:TENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang