Happy Reading Guys!!***
Degg
"Haii, salam kenal." Cowok bernama Arsenio Zildan yang sudah menjulurkan tanganya kearah Indy yang sedang terdiam membatu.
Tiba-tiba saja Indy nervous, namun ia usahakan untuk bersikap normal tanpa ada kegugupan. Mereka berdua saling berpandangan kemudian Indy tersenyum menampakan deretan giginya.
"Indy Pramesta, ya salam kenal Zii..ldann,"
"Gantengkan Ndy? Padahal gue ngak kenal dia, cuman asal sebut nama aja," tanya Adry saat melihat Indy seperti terpesona melihat Zildan.
"Ahh, ohh. Ngakk kok," dan benar saja Indy sudah mulai menunjukkan kegugupannya.
"Mas-mas, mbak-mbak ini makananya udah matang. Silahkan dinikmati," seorang ibu-ibu datang menyelamatkan kegugupan Indy itu menaruh satu persatu piring diatas meja. "Bu tadi pesanan saya taruh disini aja ya," suruh Rendra.
"Ya Mas, itu sebentar lagi matang kok pesanannya mas," ujar penjualnya sambil pamit meninggalkan mereka berempat.
"Ndy!"
"Hah, iya ada apa?" tanyanya karna sedikit kaget. "Itu buruan dimakan keburu dingin," ujar Zildan sambil melihat kearah sampingnya.
"Oh tunggu punya kalian dulu. Ngak enak kalo kalian cuman ngelihatin gue makan."
"Eh Ndra, itu Zildan tumben kayak gitu biasanya cuek bebekkan?" bisik Adry di telinga Rendra meski didengar Indy dan Zildan. Zildan yang mendengar ucapan Adry sepontan melotot memberi isyarat untuk menjaga mulutnya.
"Ini mas makanannya udah matang, silahkan dimakan." Kali ini Adry diselamat makanan dari amukan Zildan.
Dan akhirnya mereka memilih makan makanan yang sudah tersaji didepannya dalam diam.
Selesai makan dan tak lupa mencuci tangan, suasan dimeja itu menjadi awkward.
"Habis ini lo mau kemana Ndy?" tanya Adry setelah terdiam lima menit.
"Rencana mau keliling kebeberapa tempat lagi kalo belum capek," jawab Indy sambil memainkan tangannya.
"Sama kayak kita dong, barengan aja mau ngak? Lagian lo sendirian kan? Apa sama temen? Apa jangan jangan sama pacar lo?" beberapa pertanyaan keluar begitu saja dari mulut Adry.
"Kalo tanya itu satu satu bego!" tangan Rendra memukul bahu kanan Adry.
"Ya ngak papa. Iya gue kesini sendirian, soalnya temen gue ngak ada yang bisa nemenin gue. Dan gue single kok,"
"Wah single ya?" Rendra yang mendengar pernyataan Indy pun tersenyum lebar sambil menaik turunkan alisnya kearah Zildan.
"Kenapa? Gue doain tu alis ngak bisa berhenti," Zildan yang mengerti maksut Rendra hanya bisa memalingkan kepalanya.
Selesai membayar makanan, kaki mereka melangka menjauhi tempat yang menjadi saksi pertemuan pertama mereka. Akhirnya mereka berempat hanya berkeliling sambil mengobrol hingga tak terasa waktu sudah hampir pukul lima sore.
"Eh ngak terasa ya udah mau magrib aja, padahal cuman muter muter," Ujar Indy. Dan mereka bertiga menjawab dengan menganggukan kepala.
"Tinggal dimana Ndy?" tanya zildan. "Tinggal di Jakarta, kalian?"
"Maksut gue tuh tinggal disininya di rumah mana, biar kita anterin. Dan kebetulan tempat tinggal kita juga di Jakarta."
"Ohh, di Rumah Tulip."
"Wah kebetulan lagi dong. Kita juga nginep di Rumah Tulip," seru Rendra.
"Oh ya? Banyak yang kebetulan ya?" Indy tersenyum manis meski terlihat lelah diwajahnya. "Berarti kita Jodoh Ndy," kata Adry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye-DAN
Подростковая литература"Sesuatu yang lama itu berarti, dan kenangan akan selalu menanti!!" - Indy @kaktusyaa