Happy Reading Guys!!
***
Cafe cafe kecil seperti ini menjadi tempat nongkrong paling nyaman bagi Indy. Selain bisa menikmati minuman favoritnya, terdapat jaringan wifi juga membuatnya betah di Kedai berjam jam. Eittt, bukan hanya Indy saja mungkin semua orang juga sama. Ya ngakk?
Sebagai orang yang mempunyai rasa penasaran yang tinggi, sering kali membuatnya men-kepoin suatu tempat yang ingin dikunjunginya. Pulau sebrang indah ini adalah pulau kecil yang sudah diubah menjadi tempat pariwisata. Selain memiliki pantai yang cantik, tempat untuk objek foto banyak. Suasana pantai yang berdekatan dengan hutan kecil inilah yang menjadi daya Tarik tersendiri bagi Indy.
Menjadi mantan pencinta Pramuka membuatnya sering menjelajahi alam. Apalagi yang mengharuskannnya mengotori bajunya. Orang lain mungkin senang pergi ke mall atau bioskop, beda halnya dengan Indy. Ia senang menerapkan pelajaran yang dulu ia pelajari saat masih menjadi anggota pramuka. Misalnya saat berpergian sering mambawa barang barang yang sekirannya butuh saat di alam nanti. Anggap aja sama kayak camping gitu.
Mungkin anak manja dan takut kotor tidak akan pernah bisa merasakan bagaimana senangnya menjelajahi alam. Indy terlahir menjadi anak yang mandiri dan tangguh, mungkin saat bersama kedua orang tuanya sikapnya menjadi sedikit manja, tapi manja yang wajar ya.
"Ini mbak kopi Mochanya. Sesuai pesanan, ngak terlalu panas." Jojo meletakkan segelas kopi Mocha pesanannya Indy disamping leptop. Yaps nama Waitress itu bang Jojo.
"Makasih ya Jo." Ucap Indy yang masih sibuk memandangi laptop yang tertulis "pantai sebrang asri".
"Orang ngomong itu mbok ya ditatap to mbak iin." Jojo masih menunduk sembari tangannya sibuk memainkan nampan bermana coklat, sesekali matanya melirik kearah Indy.
Indy hanya membalas dengan deheman yang membuat Jojo penasaran dengan apa yang dilihat oleh Indy sampai ngak mau menengok wajah ganteng miliknya.
"Owalah, si Asri to. Cantikkan tapi sayangnya dia tertutup mbak, dulu saya pernah mau ngedeketi dia tapi banyak orang yang melarang saya. Katanya kalau cinta itu harus dikejar, tapi apa. Saya ngak dibolehin."
Ngak ada orang yang ngak terpesona sama yang namanya pantai yang berada disalah satu pulau besar. Jujur saja pulau sebrang Asri atau si asri itu lebih cantik dari pada si indah. Tapi ya itu, sama seperti kata bang Jojo, Tertutup. Tapi kenapa Jojo ceritanya seolah olah si Asri itu cewek yang ditaksirnya, bodo amatlah.
"Gue setuju kali ini sama lo Jo,"
"Wishh, makin hari makin deket aja lo ndy sama bang Jojo. Gimana udah jadian apa belum, kalau udah. Jangan lupa makan makan." Suara melengking milik seorang cewek yang bernama Zara, cewek berkacamata tapi normal. Beda sama Indy yang noteben cewek tomboy tapi normal juga sih, ngak ada yang gila.
"Ra, ngak usah mulai lagi. Gue udah capek ndengerin ocehan lo tentang jadian." Kesal Indy.
"Tapi mbak, ngak papa loh kalo kita pacaran. Kita itu udah sehati sama sama suka si Asri," celetuk Jojo yang masih betah ngegoda Indy.
"Udah sana balik kerja , nganggu orang aja. Eh sekalian pesen minuman buat Zara." Titah Indy mengusir Jojo dari pandangannya.
"Udah balik aja lo dari tuh kota kembang," Zara menatap kearah Indy sambil merentangkan tangannya diudara, yang langsung dibalas Indy.
"Gila ya, ngak ketemu sebulan aja gue kangen lo ndy." Pelukan mereka terlepas saat sama sama merasakan sesak didada.
"Gue bilang juga apa kalau gue itu nganggenin," sembari duduk dengan posisi seperti angka 4.
"Terserah deh, ngomong ngomong lo ngapain ajak ketemuan. Gue juga sibuk kali," cibir Zara.
"Sok sibuk lo, baru juga dipersunting ma Fahmi bulan kemarin. Terus lo ngak kerja lagi, kalo sibuk, sibuk apaan emang?" Indy hanya memutar bola matanya sambil menyeruput kopinya.
Cewek berambut pendek berkacamata itu hanya bisa terkekeh mendengar kekesalan sahabatnya karena ulahnya.
"Nyerah deh, yaudah ada apa?"
"Besok weekend mau ikut gue ngak ke pulau sebrang indah, sesekalilah lo ikut gue gitu," ujar Indy cemberut.
"Weekend? Gue ngak bisa. Mau ikut Fahmi tugas keluar kota," Nampak raut kecewa dari kedua wanita berumur 22 tahun itu.
"Yah gitu ya, gagal lagi deh kita buat pergi bareng," jawab lesuh Indy. Semakin dewasa seseorang semakin sulit untuk meluangkan waktu dengan para sahabatnya, termasuk mereka sendiri.
"Ya mau gimana lagi. Tapi gue janji deh setelah itu gue bakal pergi bareng lo buat ngikutin kisah sang penjelajah alam." Celoteh Zara menyindir Indy dengan kalimat "sang penjelajah alam".
"janji ya," mendengar kalimat yang diucapkan Zara membuat semangatnya kembali Nampak.
"Iya deh janji," Zara mengangkat tangan kanannya sembari menekuk keempat jarinya membentuk tanda "janji".
***
Hari ini adalah hari terakhir sebelum Indy berangkat ke Pulau sebrang esok hari. Satu hari sebelum berangkat, selalu ia gunakan untuk mempersiapkan diri baik fisik maupun mentalnya. Sudah sekitar lima kali, ia mengecek keperluan yang selalu ia bawa saat pergi untuk liburan.
"BUN AKU BAWA BAJU DUA AJA NGAK PAPAKAN?" teriakan Indy meminta pendapat dari Tutik dari kamarnya.
Tak lama kemudian seorang wanita berumur 47 tahun muncul dari balik pintu berwarna putih. Tutik berjalan lebar lebar menghampiri anak semata wayangnya yang sedang jongkok samping kasurnya sambil berkacak pinggang.
"Bunda udah bilang berapa kali sih. Kamu itu udah besar, udah dua puluh dua tahun. Kalo bicara jangan teriak teriak, beda kalo dihutan. Disetiap rumah pasti memiliki aturannya Ndy, kalau dihutan emang udah gitu. Teriak sana teriak sini udah biasa, karena udah mirip sama manusia kera."
Omelan dari Bundanya tidak semuanya terdengar sampai telinga milik Indy. Karena sekarang telinga miliknya sudah agak mulur kebanyakan ditarik sama Bundanya.
"Awh.. sakit Bunda. Iya Indy juga tau, orang aku juga teriak teriak waktu dihutan. Tapi tadikan mager buat jalan keluar tanya kebunda, ya udah Indy teriak aja. Tenang, kalau teriak hanya menguras suara saja, bun." Celoteh Indy sambil mengelus elus telinga miliknya yang sudah berwarna merah.
"Gitu aja kok mager. Ya udah tadi kamu Tanya apa?" Tutik menduduki kasur dibelakangnya sambil mengelus elus dadanya. Sabar bu, namanya juga Indy...
"Bajunya berapa?"
"Hah kamu ngomong apa? Yang jelas, kayak lagi nawarin dagangan baju aja."
"Bawa baju berapa aku, buat dibawa besok?" Indy mendudukan badannya disamping Tutik, bundanya.
"Ya itu terserah kamu. Emang mau berapa hari disananya lama apa enggak?" Tanya Tutik sambil membantu Indy melipat kembali bajunya yang berserakan.
"Rencananya Cuma tiga hari, soalnya disana ngak terlalu banyak yang bisa dieksplor."
"Yaudah kamu bawa yang simple simple aja, jangan yang berat berat. Bawa lima atau enam pasang ditaruh ditas jinjing itu." Usul Tutik setelah selesai membantu Indy merapikan bajunya.
"Makasih Bunda sayang, lope u," Indy mendaratkan kecupan dipipi kiri Bundanya.
"Love sayang," percakapan mereka berakhir dengan pelukan hangat, berpelukan.
Bersambung
***
Coba tebak besok Indy bakal ketemu siapa? penasaran tunggu besok yak! Jangan lupa vote dan coment dari kaliann. Kutunggu yaaa
good bye
kaktusyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye-DAN
Teen Fiction"Sesuatu yang lama itu berarti, dan kenangan akan selalu menanti!!" - Indy @kaktusyaa