ByDn - Welcome to the Pulau Indah

32 12 1
                                    


Happy Reading Guys!!

***

Cuaca hari ini tak begitu mendukung akan rencana keberangkatan Indy ke pulau sebrang. Langit yang berwarna begitu kelabu menutupi teriknya matahari. Langit yang mendung tak mengurungkan niat Indy untuk berangkat hari ini.

Menatap dirinya dalam cermin membuatnya tersenyum puas akan pilihan kali ini. Celana jin hitam dipadukan dengan kaos berlengan pendek berwarna abu abu dilengkapi dengan rajutan benang berwarna hitam ditubuhnya. Rambut hitam kecoklatannya ia biarkan terjatuh kebawah tanpa ada ikatan.

"Ndy udah siapkan? Atau ditunda aja," Tutik selesai dandan untuk mengantar anaknya untuk berangkat.

"Siap dong Bun. Mendung ngak jadi alasan untuk menunda keberangkatan aku, karena mendung bukan berarti hujan." Indy berjalan keluar setelah menggambil tas ranselnya.

"Yaudah yuk, cepetan. Keburu hujan." Segera dipakainya sepatu berwarna hitam bertali dikedua kakinya.

Diperjalanan menuju ke pelabuhan, ternyata langit sudah tak kuat membendung air. Tetesan air mulai jatuh satu persatu membasuhi bumi. Menikmati rintikan hujan dari dalam mobil, melihat begitu padatnya kendaraan dipagi hari.

Terpesona membuat keheningan diantara mereka tak terasa. Ya terpesona akan hiruk pikuk masyarakat yang berbodong bondong pergi bekerja dipagi hari meski cuaca yang tak begitu bagus.

"Tiketnya udah kamu bawa? Jangan sampe ketinggalan. Jauh kalo harus bolak balik." Sampe dipelabuhan, mereka segera menuju kearah pintu masuk. Tak lupa Indy membawa tas jinjing yang berisi beberapa potong pakaian dan makanan.

"Kayak baru pertama kali pergi aja. Nyatanya udah kerap pergi tapi ngak pernah lupa ," sombong Indy yang mengeluarkan tiket dari saku jaketnya.

"Siapa tau lupa, manusia itu pasti lupa loh. Apalagi kalo tambah tua," cibir tutik.

"Ngak nyadar kalo ngomogin diri sendiri, situ udah mau tua. Naruh ponsel aja lupa dimana," gumamnya sambil melihat kearah lain, takut mata Bundanya tiba tiba copot.

"Apa? Bunda tua? Gini gini banyak yang ngelirik Bunda, kamu sama Bunda cantik Bundalah." Balas tutik dengan mata melotot.

"Ya ya, Bunda emang tercantik deh. Ya udah aku berangkat dulu ya," pamit Indy sambil menggunakan kacamata hitamnya.

"Ya hati hati dijalannya, jangan lupa ngabarin Bunda kalo udah sampe. Jaga keselamatan juga, sering sering doa. Zara ngak jadi ikut?"

"Enggak, dia mau ikut fahmi tugas katanya. Yaudah good bye bunda, jaga kesehatan ya.."

Semakin menjauh, tubuh indy semakin tak terlihat. Tak lama kemudian kapal sudah mulai bergerak meninggalkan kerumunan para keluarga yang mengantar dipelabuhan.

Angin di pagi hari begitu sejuk untuk dihirup. Apalagi angin setelah hujan turun yang terasa hingga ketulang tulang. Setelah hujan berhenti, matahari mulai menampakkan dirinya dibalik awan. Menyinari kapal yang mulai berlayar. Ternyata hujan hanya lewat untuk sementara, entah sekarang ia berhenti dimana.

Menatap birunya air laut dari balik kaca berwarna hitam, tak membuat birunya air menjadi gelap. Air semakin terlihat cantik saat langit perlahan mulai menampakkan kecantikaanya menghapus keburaman.

"Yah, lihat disana ada ikan kecil pada berenang," suara anak kecil membuyarkan lamunan Indy.

"Mana? Coba dihitung ada berapa ikan yang berenang!" pria tua yang dipangil 'ayah' oleh anak perempuan berumur sekitar tujuh tahun.

Indy memandang kearah ayah dan anak yang tepat berada disampingnya, tak sadar bibir Indy sedikit keanggkat keatas. 'jadi kangen papa' batin Indy.

Bye-DANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang