ByDn - Rencana

53 12 0
                                    


Happy Reading guys!!

***

Angin bertiup ditengah sore hari, suara bising dari kendaraan masih terdengar cukup jelas. Seorang cewek menggendong tas yang cukup besar berdiri menunggu kedatangan KRL, Kereta Rel Listrik. Berdiri dalam diam sesekali kepalanya menengok kekanan dan kiri.

Nampak terlihat wajah kereta dari kejauhan, membuat seulas senyuman terbit di wajah Indy. Namanya Indy Pramesta cewek berumur 22 tahun. Bekerja menjadi perancang banggunan terpaksa membuatnya harus pergi bolak balik keluar daerah tempat tinggalnya.

Ia merelakan kaki jenjangnya berdiri lama di KRL, menatap kepenatan manusia yang saling berdesakan. Tangan kanannya sibuk memegang erat hand strap diatasnya agar tetap bisa menjaga keseimbangan badan. Hiruk pikuk penumpang KRL sudah biasa dilihatnya. Aroma dari semua orang menyatu sehinga membuat sulit dijelaskan. Ia merelakan tubuhnya menyatu dengan masyarakat dari latar belakang dan pekerjaan yang berbeda. Merelakan hidungnya mencium aroma tak sedap dari ketiak seorang bapak yang berdiri tepat disampingnya.

Berhenti di stasiun kota kelahirannya, membuat semangatnya yang sempat meredup kembali menyala. Melangkah menjauh dari stasiun sambil sesekali mengecek ponsel digengaman tangannya. Menunggu grab car yang sudah ia pesan saat masih berada didalam KRL.

"Mbak Indy" sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat didepannya, terlihat kaca mobil bagian kiri perlahan turun menampakan bapak bapak berjengot sedang menatapnya. Merasa namanya disebut membuatnya terpaksa sedikit membungkuk agar terlihat jelas wajah sopir grab car itu. Selain berjengot ternyata kepalanya mengkilap bahkan juga bercahaya. Silau.

"iya, betul" segera dibukaknya pintu sebelah kiri dan dimasukan tas disusul dengan Indy.

Ia lebih memilih menikmati perjalanan munuju rumahnya, mengamati satu persatu gedung pencakar langit yang terlihat berjalan mundur. Menikmati gemerlap lampu jalanan yang amat menarik bagi matanya. Dua puluh menit perjalanan terlewati dengan cepat. Begitu sampai dirumah Indy, segera ia masuk kedalam tak lupa untuk membayar ongkos.

"Bunda, anak semata wayangmu pulang!" Teriakan mengema diseluruh penjuru rumah. Melemparkan tasnya ke sofa, dan menjatuhkan badannya disamping tas.

"Bukannya salam, malah teriak kayak dihutan." Sebuah suara dan bergeraknya sofa disamping, membuat mata terpejamnya terbuka kembali.

"Eh Bunda, Assalamualaikum." Menghadap Bundanya yang sedang mengomel akan kebiasaannya membuat Indy hanya terkekeh.

"Waalaikumsalam, sini peluk Bunda. Anaknya Bunda Tutik udah pulang." Tutik, Bunda Indy merentangkan kedua tangannya diudara yang disambut pelukan dari Indy.

"Capek, tapi kangen Bunda."

"Ya udah. Sana mandi dulu terus makan baru istirahat. Besok pagi masih ketemu Bunda kok." Tangan tutik sibuk mengelus kepala anaknya pelan.

"ya udah Indy ke kamar dulu mau naruh tas sekalian mandi." Indy berdiri dan meraih tasnya kembali untuk dibawa kekamarnya.

***

"Good Morning Bunda." Sapa Indy saat melihat Tutik sedang sibuk bertarung didapur. Selesai mandi, Indy memutuskan untuk kedapur membantu Tutik menyiapkan sarapan.

"Morning, sayang," Tutik menyajikan tempe kering pedas yang baru selesai ia masak disamping menu sarapan yang sudah matang.

"Yah telat. Sarapannya udah matang semua, ngak jadi bantu deh."

Jangan salah meski sudah berumur 22 tahun dan sudah bekerja yang membutuhkan konsentrasi penuh tak menghilangkan sikap manjanya. Meski terkenal tomboy oleh orang lain, sikap manja hanya diketahui keluarga dan sahabatnya.

Bye-DANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang