Hidup dengan masalalu yang tidak kamu inginkan hanya akan membuatmu terus terjebak dalam keadaan yang mungkin tidak baik - baik saja.
Berulang kali dirimu harus meyakinkan bahwa kau baik - baik saja, mencoba kuat disetiap harinya. Bersikap seolah tidak pernah terjadi apa - apa, selalu berpura - pura kalau kau baik - baik saja dengan keadaan seperti itu. Dan saat kau mulai merasa kalau kau mampu untuk menghadapinya, masalalu itu kembali membuatmu terjatuh. Masalalu itu seperti sedang menghinamu, melucutimu dan menjatuhkan dirimu sejatuh - jatuhnya.
Lalu kaupun akhirnya menyadari bahwa berpura - pura kuat adalah satu hal bodoh yang pernah kau lakukan. Dan yang harusnya Kau lakukan hanyalah kau perlu mengungkapkannya, mengungkapkan apa yang saat ini kamu rasakan kemudian melawannya. Mungkin melupakan bukanlah hal satu - satunya, tapi kau bisa membawa masalalu itu sebagai acuan bahwa luka dimasalalu tidak akan terjadi kembali dikemudian hari.KIAN'S POV
" Kian, Pak Gilang memanggilmu keruangannya " Suara Feny mengejutkanku.
" Pak Gilang ? " Tanyaku lalu Feny mengangguk. Aku menatapnya sejenak lalu pergi berlalu menuju ke ruangan Pak Gilang.
~
" Permisi Pak, anda memanggil saya ? " Kataku saat masuk kedalam, pak Gilang mempersilahkanku duduk.
" Apakah kau sedang sibuk Kian ? " Tanya pak Gilang padaku.
" Saya hanya sedang menyibukkan diri dengan tugas - tugas saya di kantor pak. Maaf, ada apa ya ? Apakah ada yang bisa saya bantu pak ? " Kataku. Pak Gilang terlihat berbeda saat ini, wajahnnya begitu cemas, seperti menandakan ada hal yang sedang terjadi. Tidak seperti biasanya, pak Gilang menatapku dan tatapan yang tidak biasa itu seperti menandakan ada sesuatu yang salah.
" Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu Ki " ucap pak Gilang.
Ada apa, biasanya pak Gilang selalu membicarakannya tanpa harus bertanya seperti ini. Firasatku sedikit tidak nyaman, semoga saja ini tidak ada hal buruk." Bicarakan saja pak, saya siap mendengarkannya " kataku sedikit tersenyum, karena aku benar - benar bingung.
" Sebenarnya.. "
Cklek..
Terdengar suara pintu sedang dibuka dan hal itu sontak membuat pak Gilang menghentikan ucapannya.
" Ayah " mataku melotot mendengar suara itu, kenapa dia harus ada disini. Disaat aku sedang ada diruangan ini. Aku menahan diriku agar terlihat biasa saja.
" Bian, ada apa ? " Ucap pak Gilang. Aku sama sekali tidak memalingkan tubuhku. Karena aku tau ia tidak akan senang jika aku menunjukan wajahku dihadapannya.
" Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu " kata bian sembari berjalan menghampiri kami. Aku memberanikan diri untuk sedikit melihatnya tapi ia sama sekali tidak menengok kearahku. Yang terlihat darinya hanyalah wajahnya yang nampak begitu serius.
" Hal penting apa yang ingin kamu katakan sampai datang di jam kantor seperti ini ? " Tanya pak Gilang.
" Aku rasa cukup aku dan kau saja yang harus ada diruangan ini yah " ucap Bian. Aku yang mendengarnya segera memutuskan untuk pergi dari ruang kerja pak Gilang.
" Permisi pak " kataku lalu hanya dijawab dengan anggukan pak Gilang.
Saat didepan pintu, aku bisa mendengar suara Bian. Jelas kalau ia tidak menyukai kehadiranku disini dan ingin aku segera keluar dari kantor ini, tapi berulang kali pula pak Gilang menegaskan kalau ia tak akan pernah mengeluarkanku dari kantornya. Terlebih dengan alasan yang tidak jelas dan tanpa kesalahan yang aku lakukan.
Sikap dingin Bian masih sangat jelas terlihat, begitu terasa menyayat hati. Orang yang dulu begitu menyayangiku justru sekarang beralih menjadi begitu sangat membenciku. Kadang aku berpikir, apa kesalahan yang telah aku perbuat padanya hingga bian bisa begitu membenciku. Jikapun ada maka aku akan bersedia meminta maaf atau bahkan sujud sekalipun agar ia tidak lagi membenciku seperti sekarang ini.
Semua bayangan masalalu terus berputar - putar dikepalaku. Semakin jelas terasa sakitnya saat aku bertemu dengannya, menatap matanya, melihat sosoknya hadir didepan mata kepalaku. Seolah kehidupanku saat ini hanya sebagai penikmat luka lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk duka
Teen FictionSaat cinta dan luka menjadi sahabat baik. Ketika waktu menjadi penentu. Aku yang mencoba meniadakan rasa sakit yang diakibatkan oleh luka ternyata membuatku semakin terluka. . . . Ini cerita tentang boyxboy jadi bagi siapapun yang tidak suka dimoho...