Author pov
' Sekuat tenaga aku melepaskan rasa ini. Nyatanya tetap saja bertahan, walau sudah bertahun - tahun berlalu. Kamu yang kerap hadir dihidupku, begitu menyiksa keadaan saat aku sadar rasaku terhadapmu masih ada sedangkan kita tidak bisa bersama.
Sosokmu yang masih berkeliaran disekitarku, membawa banyak ketakutan akan sebuah perubahan. Aku takut tidak bisa menerima orang lain karena aku teringat perihal kamu. Aku takut mereka yang datang tidak bisa ku lihat sisi baiknya, karena aku kerap melihatmu.
Aku tidak tahu harus bagaimana. Proses melepaskan kita ternyata sangat sulit, saat aku kembali ditampar kenyataan, perasaan kita ini tidak bisa disatukan kembali.
Apa yang membuatmu pergi dariku bahkan masih belum aku terima sepenuhnya, tidak adil rasanya. Aku hanya ingin tahu, apakah cinta bagimu hanya main - main saja ?
Lalu jika memang begitu, kenapa harus aku yang menjadi korbannya. 'Batin Kian, langit pantai sore itu menemani kesedihannya. Apa yang Bian ucapkan semalam masih terngiang - ngiang ditelinganya.
Tapi inilah kian, walau Bian kembali menyakiti hatinya, perasaannya terhadap Bian begitu besar. Rasa sayangnya itu membuatnya harus terluka untuk kesekian kalinya.
Kian menatap jauh kearah matahari terbenam, suara ombak menjadi pengisi kesendiriannya. Harus dengan cara apa agar Kian bisa melupakan perasaanya untuk Bian. Hari ini, ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Karena memang itulah yang Bian harapkan darinya, pergi jauh dari hadapannya. Tapi Kian kembali teringat akan janjinya pada Pak Gilang untuk tetap setia bekerja padanya, karena bagi Kian Pak Gilang adalah sosok seorang ayah setelah kematian ayah kandungnya. Orang yang begitu berjasa baginya. Apa yang akan ia katakan nanti, rasanya Kian masih tidak siap jika bertemu dengan Pak Gilang. Tapi disatu sisi lagi, ia tidak mau menyakiti Bian jika tetap bertahan. Kian tidak ingin kehadirannya membuat siapapun merasa terluka, walau sebenarnya ia sendiri pun tidak tahu hal apa yang menyebabkannya dibenci seperti sekarang.Kian memeluk lututnya, menahan air matanya agar tidak kembali keluar.
" Apa aku seburuk itu dimatamu ? "
" Apa aku tidak boleh bahagia ? Apakah.. " Akhirnya ia tidak kuat membendung air matanya, ia menggigit bibir bawahnya. Tangannya meraih dadanya menahan sesaknya rasa sakit yang ia alami.
Kian tidak menyesal telah mengenal Bian, yang ia sesali adalah tidak bisa menjadi orang baik hingga akhirnya Bian harus membencinya seperti sekarang.Hari mulai gelap dan udara dingin perlahan mulai terasa menyelimutinya.
Ia melihat jam yang ada pada tangannya, sudah cukup lama ia berada disini. Bahkan Kian tidak menyadari kalau hanya tinggal ia yang berada disini, tapi bukankah itu memang yang ia inginkan. Berada ditempat sepi untuk meluapkan semua kesedihannya. Dan tempat ini memiliki banyak sekali kenangan indah bersama Bian, tempat dimana mereka sering menghabiskan senja bersama. Tapi itu dulu, setelah kepergian Bian dan selama itu pula Kian tidak pernah datang lagi ketempat ini. Banyak tempat indah dan waktu yang mereka habiskan bersama tapi hanya ditempat inilah Kian tidak pernah mau kembali mengunjunginya. Kenangan indah ditempat ini hanya akan membuatnya kembali merasakan sakit, sakitnya kehilangan seseorang yang telah dianggapnya sebagai rumah untuk pulang.Tidak lama kemudian terdengar suara gemuruh langit, menandakan akan segera hujan. Ia harus segera kembali pulang sebelum hujan benar - benar akan membasahinya.
Kian bergegas meninggalkan tempat ini, menarik napas panjang lalu melangkahkan kakinya.
Perjalanan dari rumah ke pantai memerlukan waktu sekitar dua jam, dan dari tadi Kian tidak menemukan taksi untuk mengantarnya pulang. Beberapa saat kemudian rintik mulai turun, Kian sedikit berlari ke halte bis untuk berteduh karena pasti hujan akan turun dengan deras.Sesampainya dihalte, dia memeriksa handphonenya. Ada beberapa pesan masuk dan beberapa panggilan tak terjawab, salah satunya adalah pesan dari Jojo. Dari semalam Kian tidak menghubunginya, atau bahkan sekedar membalas pesannya. Karena Kian hanya ingin sendiri, ia tidak ingin membagi rasa sakitnya kepada orang lain apalagi kepada Jojo. Kian membaca pesan yang dikirimkan oleh Jojo, terlihat ia sangat mengkhawatirkannya dan itu membuat perasaan bersalahnya muncul. Jari jemarinya mulai bergerak untuk membalas pesannya tapi tiba - tiba panggilan masuk muncul dilayar handphonenya. Nama Jojo tertera jelas, kian menatapnya sejenak. Ia tidak segera menjawab panggilannya, ada keraguan untuk menjawab panggilan itu. Jawaban apa yang harus ia berikan pada Jojo, karena ia menghilang tanpa kabar. bagaimana jika ia tahu kalau Kian kembali bersedih karena Bian. Beberapa saat kemudian Jojo kembali menelponnya, mungkin Kian harus berbohong kali ini agar Jojo tidak merasa khawatir padanya.
" Halo " ucap Kian sesaat setelah jarinya menggeser tombol hijau pada ponsel miliknya.
" Kian, kamu dimana ? Kamu baik - baik ajakan ? Kenapa dari semalam kamu menghilang ? " Rentet pertanyaan dari Jojo, Kian hanya diam. Ia bingung harus mengatakan apa padanya.
" Ki ? Hallo ? " Sambung Jojo." I iyaa Joo, aku baik - baik aja kok. Lagi banyak tugas dikantor makanya aku tidak sempat membalas pesanmu " bohong Kian.
" Yakin ? Aku mencarimu dari tadi, berkali - kali mencoba menghubungimu tapi tidak bisa. Tadi siang aku pergi ke kantormu dan aku tidak menemukanmu disana. Bahkan mereka bilang kamu tidak masuk kerja hari ini " Kian tidak tahu harus menjawab apa lagi, rupanya Jojo benar - benar mengkhawatirkannya.
" Kamu ada masalah Ki ? "" Jo, aku.. aku baik - baik saja " Kian tidak menlanjutkan ucapannya karena tiba - tiba saja ponsel miliknya mati. Sekarang yang ada dipikiran Kian adalah pasti Jojo akan sangat khawatir dan Ia harus segera kembali kerumah, tapi hal itu menjadi tidak mungkin karena cuaca semakin buruk. Hujan turun dengan sangat deras bersamaan dengan gemuruh petir dan disertai angin yang begitu kencang.
Kian berdiri termenung menatap langit yang entah sampai kapan akan berhenti mengeluarkan air hujan. Suara gemuruh petir seakan memaksa kian ikut berteriak mengeluarkan semua isi hatinya.
' Banyak yang bilang, aku ini bodoh. Karena rela menunggu kamu yang sudah jelas - jelas meninggalkan aku. Banyak yang mengatakan untuk apa lagi ? Disaat aku tetap menganggapmu kekasihku, sedangkan kamu tidak begitu.
Entah, aku juga tidak benar - benar tahu apa yang membuatku tetap yakin bahwa kamu akan kembali mencintai. Yang pasti aku tetap menyebutmu, menyebut namamu dalam doa. Meminta pada Tuhan agar segala kebaikan semesta melindungi perjalananmu sejauh apapun itu. Aku juga memohon, agar kelak pertemuan kembali menyatukan kita.
Kerelaanku menunggu, tak hanya karena cinta. Tapi sebuah keyakinan. Dimana aku menyadari bahwa sejauh apa pun dirimu pergi, tempat pulangmu tetaplah aku. Dengan siapapun kamu jatuh cinta, yang bisa menerima kurangmu tetaplah aku. Seyakin itu, sehingga aku rela menanti dengan isi hati yang masih sama, dipenuhi dengan cinta.
Tapi keyakinanku itu kini mulai hancur. Harapanku terhadapmu, perlahan mulai menghilang. Bukan karena cintaku yang terbagi, atau karena cintaku yang telah hilang untukmu. Tapi karena cintaku yang tidak bisa kamu terima dan cintamu yang tidak bisa kembali kumiliki. Harapanku selama ini seperti hanya sia - sia saja melihat apa yang telah kamu lakukan kepadaku. ' Batin Kian, tak terasa air matanya kembali mengalir. Rasa sesak itu kembali muncul. Kian hanya terus menunduk, ia memeluk lututnya. Kini hidupnya telah benar - benar kembali dalam dilema. Kian terus menangis, tidak tahu apa yang harus ia perbuat sekarang." Kian ? " Kian menengadah saat namanya itu disebut. Tubuhnya ditarik dalam pelukan yang begitu dalam. Kian menangis dalam pelukan itu, meremas erat punggung yang menjadi pelampiasannya sekarang.
" Kenapa pertemuan ini harus begitu menyakitkan ? " Tangis kian dalam pelukan seseorang.
Hi makasih banyak udah setia nunggu cerita aku ya, maaf banget karena jarang update :(
Sebisa mungkin aku luangkin waktu buat bikin ceritaku ini, dan semoga kamu yang baca terhibur ya.Alurnya mulai ga jelas ? Maaf banget yaa ada sedikit perubahan. Karena sekarang bukan dari sudut pandang tokoh lagi tapi dari authornya hehe maaf banget.
Kalau kamu suka atau mau kasih saran boleh banget kok voment !
Salam hangat, jangan bosen - bosen buat nunggu ya. Yaa walau nunggu hal yang ga pasti itu sakitnya astogeh xixi
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk duka
Teen FictionSaat cinta dan luka menjadi sahabat baik. Ketika waktu menjadi penentu. Aku yang mencoba meniadakan rasa sakit yang diakibatkan oleh luka ternyata membuatku semakin terluka. . . . Ini cerita tentang boyxboy jadi bagi siapapun yang tidak suka dimoho...