12 O'clock

2.7K 135 0
                                    

when there's desire to hold on someone you love but you're never trying to be brave.




###




# Sunghoon's

Malam itu benar-benar menyiratkan keindahan dengan kilau warna warni yang tergantung sepanjang tali. Keramaiannya, entah bagaimana caranya, menenangkanku. Terduduk di salah satu bangku dengan pandangan menatap panggung lurus di depan.

Kesendirianku dalam keramaian mulanya tidak menggangguku.

Hingga kemudian, Ia melangkah menuju panggung. Mantap, melangkah naik hingga berdiri tepat di atas panggung utama.

Mataku tidak bisa berkedip. Napasku tertahan. Degup jantungku tidak bisa kukendalikan.

Ia tersenyum di hadapan seluruh pandangan mata. Menebarkan pandangan hingga kemudian matanya menatap tepat di mataku. Senyumnya sebentar memudar, namun lengkungan bibir itu kembali beberapa detik kemudian, mulai mengalihkan pandangannya dariku.

Indra pendengaranku mulai menangkap suaranya yang tidak berubah dari tiga tahun lalu. Suara yang dahulu, selalu dengan senang hati menyanyikan lagu-lagu kesukaanku.


***


"Terimakasih untuk kalian yang sudah bersedia mampir, menikmati permainan musik dari kami. Juga menikmati pantai yang berkilauan sekali malam hari ini. Jangan lupa untuk mampir lagi."

Setelah membungkuk dan mendapat tepuk tangan yang meriah, ia mulai melangkah menuruni panggung. Dan yang tidak aku sangka kemudian adalah, dia melangkah ke arahku. Aku menatapnya dengan kedipan berkali-kali—tunggu, ini sungguhan dia melangkah mendekatiku??

"Hai?"

Senyumnya bertengger disana ketika ia benar-benar berhenti di hadapanku. Aku yang masih belum percaya hanya menatapnya seperti orang bodoh. Tidak tau harus membalas apa.

"Sunghoon?"

Ia melambaikan tangannya tepat di depan wajahku yang membuat akalku seketika kembali.

"Ah, iya, hai Jay." menggaruk tengkuk belakangku yang sudah sangat jelas, tidak gatal. Jay kembali tersenyum, sedikit tertawa.

"Sudah lama sekali, ya. Apa kabar?"

Aku tau bahwa Jay bukan hanya sekedar berbasa-basi. Jika ia menanyakan kabar, maka artinya ia sungguhan menanyakan kabar orang yang ia tanyai. Dan well, kabarku selama ini tanpa kehadiran Jay?

"Tentu saja aku baik, Jay." aku mencoba tersenyum walau rasanya seperti sedikit terpaksa. Ah, sebenarnya bukan sedikit tapi ini terasa sangat terpaksa. "Kamu sendiri?"

Bukannya senyum bahagia yang terpasang di wajah Jay, senyuman itu lebih menyiratkan kesedihan. Semuanya benar-benar terlihat jelas dari matanya. Tunggu, atau aku.......salah lihat?




###




# Jay's

"Aku juga baik-baik saja."

Bohong. Entah kenapa aku memilih untuk berbohong.

Sunghoon menatapku aneh. Kenapa? Ada yang salah denganku? Oh, atau aku hanya terlalu tidak pandai dalam berbohong?

"Ada apa?"

Jawaban yang Sunghoon berikan hanyalah sebuah gelengan. Aku menghela napas. Memutuskan untuk meraih tangan Sunghoon dan menuntunnya untuk duduk di tepi pantai. Mungkin menikmati angin malam sambil melepas rindu akan sedikit melegakanku. Yah, aku memang benar-benar merindukan dia yang selalu memenangkan hatiku sejak lima tahun yang lalu, dan yang baru kusadari bahwa sampai saat ini ia masih memenangkannya.

intermittent • jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang