where is the love?

189 16 0
                                    


...


Jongseong, andai saja bisa memilih, Sunghoon akan gunakan kesempatan itu untuk kembali saat masih berada di rumah miliknya, menjawab tidak bersedia dengan ajakanmu yang meminta bertemu dan berakhir dengan kamu, berada di hadapan Sunghoon, dengan tatapan yang jarang sekali kamu tunjukkan itu.

Tidak, tatapan itu sama sekali tidak ingin Sunghoon ketahui maksud yang ada di baliknya.

Butir-butir seputih susu yang mengelilingi sekujur tubuhnya tidak lagi terasa dingin pada kulitnya. Ada dingin lain yang membuatnya mati rasa.


"Maaf ya, Hoon."


Kepala milik Sunghoon rasanya mendadak berputar, pejamkan matanya sekali lagi.

Mencoba untuk mencerna setiap patah kata yang baru beberapa detik lalu melewati indera pendengarannya.


"Kalau misal mau pindah, nanti deposit rumahnya bisa diambil aja. Terserah kamu ke depannya mau diapain, atau misal masih mau tinggal disitu juga, i'm fine with it."


Sebenarnya Sunghoon bisa saja membenci kata maaf, terserah, maupun kata acuh yang barusan diucapkan tepat di depan wajahnya itu. Tapi, apa yang ia lebih benci adalah nada dari kalimat yang rasanya ringan sekali terucap dari bibir orang terkasihnya.

Orang yang baru saja kemarin ia kira, masih mengasihinya.

Semuanya terlalu tiba-tiba.

Apa yang terjadi dari menit lalu masih bergaung dalam pikirannya.

Dalam benak, Sunghoon hanya bisa mereka ulang apa saja yang sebelumnya ia lakukan hingga akhirnya mencapai tempat ini.

Tempat ia pertama kali jatuh cinta.

Yang saat ini juga menjadi tempat kamu, orang terkasihnya, mengajak berpisah.


"Jongseong, kalau misal bercanda ini nggak lucu sama sekali, ya."


Padahal Sunghoon juga kelewat sadar kalau memang tidak ada sirat candaan dari nada bicaramu.


"Aku nggak lagi bercanda, Hoon."


Sunghoon tahu.

Ia hanya ingin percaya bahwa di kalimat yang akan kamu katakan setelahnya ada kata candaan. Mungkin kalian hanya akan tertawa. Mungkin Sunghoon hanya akan memukul lengan milik kamu pelan.

Namun ia hanya kembali disadarkan bahwa adegan yang ia bayangkan tidak akan terwujud sama sekali.

Kamu yang hanya menghela berat napas itu, menghabiskan detik berikutnya untuk memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar. Menunggu pertanyaan lain dari Sunghoon, mungkin. Membiasakan diri dengan keheningan di antara kalian.


"Kenapa?"


Kali ini Sunghoon sungguhan berharap kalimat yang selanjutnya akan kamu ucapkan dapat menyakiti perasaannya. Setidaknya, kalau kalian memang harus berpisah untuk saat itu, Sunghoon tidak akan terlalu menyesal karena tidak mempertahankan kamu yang selalu bersikap baik padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

intermittent • jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang