happier.

1K 93 3
                                    


;Just started out as any other stories.


Pria itu sudah menguasai hati Jay sedari awal pertemuan mereka. Seorang teman seangkatan yang ia tidak sengaja bertemu pada semester ketiga, sedang bekerja paruh waktu ketika ia sedang mencari kafe untuk menyelesaikan tugasnya. Sebenarnya kafe itu bukan kafe yang biasa ia datangi. Hanya kebetulan tertarik dan ia masuki begitu saja tempat yang tidak terlalu ramai itu. Memperhatikan bagaimana pria itu melayani pelanggan yang datang, tersenyum ramah, pemandangan yang seketika membuatnya jatuh cinta.

Dan begitu terus hingga berhari-hari kemudian ia menyatakan perasaannya.

Kemudian diterima.

Kemudian mereka berpacaran. Benar-benar seperti kekasih pada umumnya.

Saat itu Jay merasakan apa yang orang katakan dengan kasmaran. Mencintai kekasihnya sepenuh hati, melakukan apapun untuk yang dikasihi. Seakan dunia berputar hanya di sekitar mereka saja. Hingga berbulan-bulan kemudian, seperti pasangan pada umumnya pula, cinta terkadang memudar hanya pada satu sisi saja, kan?





***




11.00

ain't nobody hurt you like i hurt you, but ain't nobody love you like i do.

Siang itu hujan gerimis. Cangkir kopi yang seharusnya menghangatkan suasana di antara dua manusia yang sedang duduk berhadapan itu mulai kehilangan tujuannya. Tiba-tiba saja pemandangan cangkir di hadapannya menjadi begitu menarik sehingga Jay terus menerus menatapnya. Asap yang mengepul di udara, deru napas yang bahkan dapat mereka dengar satu sama lain di atas keheningan yang tercipta.

"Kenapa?"

Jay yang kemudian memecahkan sedikit kecanggungan yang mulai mengganggu. Pria di hadapannya hanya menggelengkan kepalanya, "Maaf, Jay. Kamu terlalu baik...."

Klasik. Alasan yang benar-benar membosankan. Jay sebenarnya marah. Karena rasanya ia benar-benar tidak melakukan kesalahan apapun. Jay selalu mengiyakan ajakan dia, selalu berusaha memberi apapun yang dia butuhkan, selalu berusaha tepat waktu saat mereka berjanji untuk bertemu, namun yang ia dapat hanya alasan tidak masuk akal seperti itu. Ingin tertawa rasanya karena disini hanya Jay yang benar-benar merasakan cinta setengah mati.

"Oke, Hoon–"

Pria di hadapannya mengangkat kedua alisnya, sedikit terheran. Dia memang ingin menyudahi hubungan membosankan yang mereka jalani ini, namun respon Jay yang dengan cepat menyetujuinya membuat ia sedikit terkejut. Ia kira, mungkin Jay akan menahannya sebentar, menyuruhnya berpikir kembali atau apalah baru setelah itu menyetujuinya. Ia hanya tidak menyangka bahwa kemudian perpisahan mereka akan terjadi semudah ini.

"—asal dengan satu syarat."

"Syarat?"

"Kamu harus lebih bahagia, dengan siapapun kamu akan menjalani hari-hari ke depan. Karena aku akan menyesal seumur hidup kalau kamu yang tidak bahagia."

Jay mengatakan semua itu tanpa menatap mata pria di hadapannya. Ia hanya ingin kekasihnya bahagia. Dengan siapapun.

Orang bilang, semakin cinta dengan seseorang akan membuat kita semakin lebih mudah melepasnya. Kalau memang dia akan lebih bahagia jika tidak bersama Jay, Jay bisa merelakannya. Apapun asal Sunghoonnya bahagia. Walau mungkin ia merasakan sakit sendiri. Walaupun nanti itu akan melukai dirinya sendiri.

intermittent • jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang