It's been a while guys
How's life??
Hope it's okayy"Jen?" Anya kembali memanggil Jeno. Mereka berdua sedang di rooftop. Meninggalkan pelajaran.
Sebenarnya Anya dipaksa untuk ikut dengan Jeno. Tapi sesampainya disana Jeno hanya menyalakan rokok dan diam tidak memperdulikan Anya.
Tahu begini Anya tidak akan meninggalkan pelajaran. Kalau ujung ujungnya ia diabaikan oleh Jeno
"Dont talk to me. Gue masih marah." Jeno kembali menghembuskan asap rokoknya.
Anya sebenarnya tidak suka Jeno merokok ia benci asap rokok. Dan Anya tahu betul Jeno tidak akan menggubris Anya.
"Terus gue harus gimana? Gue baliklah." Anya beranjak dari duduk nya menuju pintu yang menghubungkan rooftop dan tangganya.
"Stay right there, atau gue nggak akan nganterin lu lagi." ancam Jeno. Sejujurnya Jeno hanya ingin ditemani tanpa ditanyain apa apa.
"Tapi, lo tuh gak ngapa ngapain daritadi pake ngerokok segala lagi. " Anya mengomel. Ya bagaimana lagi pria di depannya ini batu sekali sih.
"Gue bosen. Gue pengen balik tapi waktu gue mau balik lo selalu nahan gue. Lo tuh maunya Apa sih?" Jeno tak manggubris sama sekali ocehan Anya. Ia malah sibuk menyalakan rokok lagi.
Cess!!
Anya mengambil rokok Jeno dan mematikannya dengan tangannya. Kelakuannya membuat Jeno panik. Bagaimana tidak Anya mematikan hanya dengan dua jari. Padahal rokoknya itu sudah menyala.
"Lo gila? Tangan lo melepuh bego." Jeno langsung membuang rokok beserta korek dari tangannya.
Jeno langsung mengecek tangan Anya yang tadi digunakan untuk mematikan rokoknya.
"Jen, stop gue mau balik. Jadi jangan nyegah gue lagi." Anya menarik tangannya dari genggaman Jeno. Bersamaan dengan itu bel pergantian pelajaran berbunyi.
"Nya tunggu." sayangnya Anya sudah tak mau mendengarkan Jeno lagi.
Perempuan itu sudah berlari menuruni tangan dan kembali ke kelasnya.
Anya mengintip ke dalam kelas, gurunya sudah keluar, ini pergantian pelajaran. Itu artinya Anya aman kalau masuk sekarang.
Anya membuka pintu kelas perlahan. Bisik bisik mulai terdengar sejujurnya Anya tak suka dengan keadaan ini. Ia tak suka menjadi yang di digosipkan. Semua orang pasti begitu.
"Oh dia kan yang rebut lili dari Jeno."
"Bukan njir lili yang rebut Jeno."
"Hooh dari awal kan Jeno udah sama Anya."
Setidaknya itulah percakapan yang Anya dengar.
Anya berpikir mungkin lebih baik ia menjauhi Jeno dan menyendiri lagi. Seperti saat Jeno belum datang ke hidupnya.
Tapi Anya tahu ia tak bisa. Ia membutuhkan Jeno lebih dari apapun dan siapapun.
Sudahlah memang lebih baik menjauh sebentar dari Jeno. Anya perlu mengistirahatkan hatinya sebentar.
Jeno tak tahu apa yang terjadi, entah itu karena Jeno mengabaikannya atau Jeno yang tidak mau menuruti Anya. Anya menjauh, Jeno tau itu, bukan hanya Jeno mungkin seluruh sekolah tau."Lu ada masalah sama Anya?." Tanya Esa. Lelaki satu ini memang doyan gosip. Apalagi yang menyangkut dirinya dan temannya. It's not over react if we say that he have too much confident.
"Enggak tuh." Sebenarnya Jeno juga tidak yakin. Antara iya dan tidak. Karena dari kemarin Anya terus saja menghindarinya.
"Yaelah brooo... orang sesekolah bahkan udah tau kalo lo ada apa apa sama Anya." Memang benar apa yang Esa katakan. Orang orang di sekolah merasa aneh dengan perilaku Anya dan Jeno ini.
Jeno melamun ia sebenarnya juga tak tahu apa yang harus dilakukan untuk membujuk perempuan. Ia tak punya pengalaman soal perempuan. Ia sepertinya harus tanya ke Aldi.
"Yah pokoknya selesain masalah lu sama Anya dulu, aneh Anjir rasanya gak ngeliat kalian barengan. Oh ya jangan tanya ke Aldi dia gak tau apa apa tentang Anya karena cuman lu doang yang tahu mendalam soal Anya." Setelah mengatakan itu Esa beranjak dari sebelah Jeno. Lagipula rokoknya sudah habis.
Jeno memikirkan ucapan Esa, benarkah dia tau soal Anya lebih dari siapapun? Jeno harus kembali mengingat semua tentang Anya. Ia harus berbaikan dengan Anya bagaimanapun caranya.
Jeno sedari tadi mencari Anya yang entah ada di mana. Jeno sudah memutari satu sekolah. Tapi Anya sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Anya memang ahli dalam hal bersembunyi dulu Jeno dan Anya sering memainkannya.
Jeno lelah, bagaimanapun juga ia manusia ia berhak untuk merasa lelah. Jeno memutuskan untuk beristirahat sebentar. Tapi tak sengaja ia melihat seseorang yang mirip Anya sedang berjalan di tengah lapangan ia sepertinya menuju ke belakang sekolah. Dan ya, Jeno memutuskan untuk mengikutinya.
Anya duduk di tanah berpasir. Sepertinya permainan hide and seek yang Jeno dan dirinya mainkan akan segera berakhir. Anya berpikir untuk segera mengakhirinya, lagipula tidak mungkin Jeno merasakan dia menjauh darinya. Dia kan lelaki yang sangat tidak peka terhadap situasi.Anya menghela napas sekali lagi sebelum dirinya memakan bekal buatannya sendiri, Anya berpikir apakah Jeno sudah makan lelaki itu jarang sekali ke kantin. Katanya sih malas.
"Kok, disini?" Lenyap sudah harapannya untuk makan dengan tenang. Lelaki yang sedari tadi memenuhi pikirannya sekarang telah berdiri di depannya.
Anya menutup bekalnya. Lalu beranjak dari duduknya. Membersihkan seragam sekolahnya yang tertempel sedikit daun dan pasir.
Anya sebenarnya tidak berniat untuk membalas pertanyaan Jeno. Tapi ia harus berpura pura seakan tak terjadi apa apa belakangan ini. Ia ingin bersikap seperti biasanya. Tapi harapannya pupus ketika melihat wajah tak bersahabat milik Jeno.
"Nya gue tanya kenapa kok lo disini?" Anya takut dan Jeno juga tak mengubah ekspresinya. Padahal jika Jeno melihat keadaannya yang sekarang ia akan langsung melunak.
"Nya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Desideratum - Lee Jeno
Fanfiction"in the end, we discover that love and let go can be the same thing" - Jack Kornfield Cerita tentang Jeno dan Anya yang mencoba berlari dari kenyataan pahit yang dialami keduanya. Cerita tentang dua insan yang mencoba menyembuhkan diri mereka denga...