-07-

22 2 1
                                    


Hey, hey, hey.
I'am back!!






















"Ke markas bentar mau ambil sesuatu." ucap Jeno sedikit berteriak. Mereka masih di atas motor, dan Jeno yakin Anya tak akan mendengarnya jika ia tak berteriak.

"Gosh, Jeno again? Udah berapa kali gua bilang berhenti, lo kok ngeyel sih?" Anya geram. Ini bukan pertama kalinya Jeno seperti itu.

"Iya maaf nya. Gue gak bisa ngelepas ini gitu aja." suara Jeno memelas.

"Ya soalnya lo udah ketergantungan Jen, You should stop before its too late." Entah berapa kali Anya mengatakan hal ini kepada Jeno.

Jeno menghela napas. Ia sebenarnya juga ingin berhenti. Dan sepertinya Anya benar soal ketergantungannya itu.

"Hah... Maaf nya." Jeno memelas lagi. Dan itu membuat Anya jengah. Jeno selalu seperti itu. Meminta maaf dan terus mengulangi.

"Jen lu yakin?" Anya turun dari motor milik Jeno.

Mereka berdua telah sampai di markas. Markas Rebellion itu julukannya, tapi nama asli markas nya adalah Obelia. Entah siapa yang memberi nama. Anya tak tahu dan tak mau tahu. Bukan urusannya.

"Iya, lo tunggu sini apa ikut masuk?" Jeno menawari. Jeno tahu Anya tak nyaman berada di dalam sana, dan Jeno tahu apa jawaban Anya.

"Ikut masuk lah, gila aja gua disini sendirian." persis seperti Jeno duga. Dan itu membuat Jeno tertawa kecil. Sepertinya ia sudah tahu seluk beluk pikiran gadis di depannya ini.

"Ayo." Jeno menggandeng tangan Anya dan mereka berdua masuk.

"Jangan lepasin tangan gua." Jeno memerintah. Karena ia tak mau gadis kesayangannya disentuh orang lain.

"Iya."

Saat masuk ke dalam Anya tahu, bahwa ini adalah tempatnya orang yang bermasalah. Dan Anya juga tahu karena masalah itulah mereka jadi dekat.

"Jen." Anya takut dan Jeno sangat mengerti tentang itu. Ia mengeratkan gandengannya pada Anya.

Di depan sana Jeno melihat orang yang berniat ia temui. "Bang!!" panggilnya.

Orang yang dipanggil pun menoleh, dan membalasnya dengan lambaian tangan menyuruh Jeno untuk mendekat.

"Oh, lo bawa Anya ternyata." ucap seseorang yang kalo tidak salah namanya Tristen Adellard Ettan salah satu lelaki yang selalu Jeno temui ketika butuh suatu barang. Panggilannya Ten.

"Pesenan gue udah ada bang?" Jeno mengeluarkan tiga lembar uang berwarna merah, lalu menyodorkannya ke arah seseorang yang dipanggil "bang" olehnya.

"Udah lah. Nih." Ten memberikan barang yang berada di sakunya, dan menerima lembaran uang yang Jeno sodorkan.

"Anya nggak mau beli juga?" tanya Ten yang dibalas gelengan mantap dari Anya.

Anya sama sekali tak tertarik dengan barang apapun yang ditawarkan Ten. Karena lelaki itu tidak seperti orang yang dapat dipercaya.

"Yah, padahal enak lo ini." ucapan Ten yang langsung di balas tatapan tidak mengenakkan dari Anya.

"Hihihi." Ten tertawa kecil, Anya memang menggemaskan semua yang ada di markas tau itu.

"Canda cantik. Besok besok kalo ditawarin kayak ginian jangan mau ya? Entar kamu rusak, biar Jeno aja yang rusak kamunya jangan." Ten sebenarnya ingin mengelus kepala Anya saat berbicara seperti itu. Tapi ia urungkan, tatapan Jeno lebih seram.

"Siap kak." wow. Ini pertama kalinya Ten mendengar suara Anya.

"Awhh lucunya." fanboy detected.

Sudahlah memang lebih baik Anya tidak diajak kesini lagi. Yang ada nanti malah ditikung yang lain.

"Ayo pulang nya." Jeno menggenggam tangan Anya dan berjalan keluar gedung.

Saat sudah di luar Jeno menyuruh Anya memakai helm dan segera naik motornya. Ia akan mengajak Anya ke tempat biasa.

 Ia akan mengajak Anya ke tempat biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jen ayok pulang. Nanti gue dicariin mama papa." Anya sedikit menarik jaket bomber milik Jeno.

Sekarang mereka berdua sedang berada di bawah jembatan. Jembatan ini sudah lama tidak digunakan. Banyak pohon pohon dan tanaman yang tumbuh dengan liar.

"Nya kenapa sih, lu tuh selalu nyimpen semuanya sendiri?" celetuk Jeno tiba tiba.

"Lah? Nape lu? Kesambet?" Anya tak paham. Kenapa Jeno tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Nya.. Kalo lo ada masalah bilang ya? Jangan dipendem." Jeno yang tadinya sedang merokok mematikan rokoknya dan menghadap Anya.

"Lo tau kan, gue bakalan selalu ada buat lo?" Jeno memegang kedua tangan Anya.

Anya terpaku. Gadis itu terdiam. Tak tahu harus menjawab apa.

 Tak tahu harus menjawab apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Desideratum - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang