Angin semilir bertiup dari utara ke selatan. rerumputan hijau bergoyang menari sejukkan mata seorang pemuda yang tengah bergembira. pemuda itu merebahkan dirinya menatap langit luas yang ada diatas sana.
Di kejauhan nampak perbukitan yang rimbun dengan pepohonan. pemuda tersebut melihat ke arah perbukitan sambil berkata, "suatu hari nanti namaku akan setinggi bukit itu."
Lebih jauh lagi pemuda itu dapat menemukan gunung yang menjulang meskipun nampak samar, lalu berkata, "tidak tidak, suatu hari nanti namaku akan setinggi gunung itu. aku akan jadi orang sukses dan membuat bangga Bapak karo Ibu."
Nama pemuda itu adalah Ardana Putra yang berarti laki - laki kaya. keluarga dan orang - orang biasa memanggilnya Ardan. dia adalah lulusan Ilmu Hukum dari sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Bali. setelah lulus, Ardan tidak bekerja selama hampir satu tahun. selama menganggur, Ardan banyak menghabiskan waktu di bengkel motor milik Bapak. karena itulah kemampuan Ardan memperbaiki dan memodifikasi motor meningkat, namun dunia otomotif bukanlah minatnya. Ardan lebih tertarik menjadi seorang Notaris.
Sore itu Ardan mendapatkan panggilan wawancara kerja untuk posisi Legal Administrator di sebuah perusahaan manufaktur yang ada di Surakarta. kurang lebih Ardan harus menempuh satu jam perjalanan dari rumahnya di Klaten. Ardan sangat bersemangat.
-------
"Selamat pagi mbak, mau bertemu dengan Ibu Ranny bagian HRD untuk wawancara kerja", sapa Ardan sambil melemparkan senyumnya saat menemui seorang resepsionis di lobi kantor.
"Enggak ada yang namanya Ranny disini, kamu salah kantor!", jawab resepsionis tersebut ketus membuat Ardan bergeming.
"Tapi ini email benar kok alamatnya disini. saya tanya satpam di depan juga benar alamatnya dan kenal dengan Ibu Ranny bagian HRD", Ardan mencoba menjelaskan sambil meyakinkan diri.
"Kamu itu !!!", resepsionis tersebut melotot membentak Ardan sambil beranjak dari duduk cantiknya. "kalau saya bilang enggak ad . . . ."
"Susi !!!", teriak seorang wanita cantik dari arah pintu di sebelah meja resepsionis sambil tolak pinggang. Resepsionis itu terkejut dan salah tingkah setelah menoleh dan melihatnya.
"Loh Ibu sudah datang ya ternyata", resepsionis yang ternyata bernama Susi itu mencoba berkilah. "ini Bu ada kandidat yang sudah datang."
"Jam 4 nanti sore ke ruangan saya", ucap wanita tersebut melihat Susi sambil berjalan ke arah Ardan. "kamu Ardana?"
"Iya bener Bu, saya Ardan", jawab Ardan menawarkan berjabat tangan.
Wanita tersebut membalas jabat tangan sambil berkata, "saya Ranny, saya yang akan menjadi atasan kamu kalau kamu diterima disini."
Ranny menarik tangan Ardan memasuki pintu yang ada di sebelah resepsionis. Ardan keheranan kenapa Ranny langsung menggandengnya begitu saja, sangat tidak formil. Ardan dibawa masuk ke sebuah ruangan dengan meja kotak berbahan kayu di bagian tengah ruangan dan ada empat kursi besi di setiap sisinya. Ardan dipersilahkan duduk.
"Kamu isi formulir ini selengkap - lengkapnya", Ranny menyodorkan selembar formulir data diri ke arah Ardan.
"Baik Bu."
"Jangan panggil Bu, saya masih lajang dan kita seumuran lho."
"Baik Bu. eh, maksud saya Mbak."
"Ranny. panggil saya Ranny aja", ucap Ranny dengan nada dan tatapan yang sama genitnya, lalu berlalu melangkah pergi keluar ruangan.
"Aneh", gumam Ardan pelan.
___________________
dukung penulis dengan menekantombol vote ⭐ di akhir chaptersaran dan kritik akan selalu penulis terima demi tulisan yang lebih baik
---------- TBC ----------
KAMU SEDANG MEMBACA
LACOER
Romance"Eh kamu sudah bangun ya Sayang", ucap Riani kepada Ardan yang sedang berusaha membuka matanya perlahan. Ardan celingak - celinguk melihat ke sekitarnya dan ingatannya mulai kembali lagi. "Aku dimana ?" "Di rumah Ibu, kamu lupa ?" Ardan tidak sadark...