[3] Padang Ilalang

109 9 0
                                    

-Kamu bebasin aku ya a, tebus aku ke Mamih, nikahin aku mau kan a?- beberapa hari tanpa kabar, tiba - tiba Riani mengirimkan pesan ini ke Ardan. ini masih ditengah jam kerja di hari senin. kenapa harus di waktu seperti ini Riani mengirim pesan yang begitu sakral. Ardan terlalu sibuk hari ini, tidak ada kompromi untuk sekedar membalas pesan secara singkat sekalipun. Ardan meletakkan lagi hp nya di laci meja kerjanya.

Hari senin yang sibuk akhirnya selesai sudah. setelah sampai di kos dan mandi, Ardan kembali pada hp nya dan tidak ada notifikasi pesan baru lagi dari Riani. Ardan sering bertanya - tanya sedang apa Riani jika tidak berkirim pesan dengan Ardan. mungkin lagi tidur sama laki - laki yang ada di pernikahan didalam mimpi Ardan kemarin ya. menggelitik tapi sakit.

Saat sedang melamun, hp Ardan tiba - tiba berdering pertanda ada panggilan telepon yang masuk. nomornya tidak dikenal. mungkin sales kartu kredit, pikir Ardan malas menerima panggilan tersebut. dua menit kemudian suara notifikasi pesan berbunyi di hp ardan.

-Aa Ibu tadi telepon kenapa gak diangkat si. Ibu tuh mau ngomong sama kamu-, Riani mengirimkan pesan.

-Waduh maaf aku gak tau, nomornya gak dikenal-, balas Ardan mengirim pesan. Ardan kemudian melihat kontak hp nya berusaha mencari nomor Ibu dan menelepon balik. tapi tidak diangkat. beberapa kali diulang, panggilan telepon Ardan masuk, tapi tidak diangkat juga. akhirnya Ardan mengirim pesan ke Riani,-aku coba telepon balik Ibu kok gak diangkat ya.-

Setelah beberapa menit barulah Riani membalas pesan Ardan,-sudah, coba telepon lagi sekarang a, Ibu udah nungguin.-

Ardan langsung menelepon dan tidak lama kemudian diangkat. rasanya aneh, seperti akan berhadapan dengan calon mertua. ah bodohnya, bagaimana mungkin itu terjadi, mendengar suara Riani saja tidak pernah jadi kenyataan setidaknya sampai saat ini.

"Assalaamualaikum", ucap suara seorang perempuan dengan logat sunda kentalnya diseberang telepon.

"Waalaikumsalam Ibu, ini Ardan. salam kenal ya Bu", balas Ardan berusaha berbicara tetap tenang meskipun detak jantungnya jedag jedug mirip dangdut koplo. "Ibu apa kabarnya, damang? alhamdulillah bisa ngobrol sama Ibu meski cuma lewat telepon. gimana jantungnya masih sakit Bu?"

"Ibu baik Nak Ardan Alhamdulillah. Nak Ardan sehat kan. terima kasih ya untuk kiriman uang obat buat Ibu, maaf ngerepotin Nak Ardan. ngomong - ngomong sudah kenal berapa lama sama Riani ya, kok Riani baru cerita tentang Nak Ardan ini.", sepertinya Ibu memang belum kenal dengan Ardan. yah mau bagaimana lagi, baru kemarin sandiwara hubungan Ardan dan Riani dibuat dan disepakati.  mau tidak mau Ardan berbohong kepada Ibu sesuai kemauan Riani.

Disinilah Ardan mulai melihat kenyataan pahit dimana Ibu tidak tau kenyataan bahwa Riani menjadi pelacur selama ikut Mamih. Ibu hanya paham kalau Riani ikut Mamih bekerja di warung makan milik Mamih yang ada di Sawangan, Depok. memang benar saat ini Riani berada di Depok, namun untuk menjadi budak seks para laki - laki hidung belang. bahkan berdasarkan penuturan Riani bahwa setelah dibawa ke Klaten, Mamih sempat membawa Riani melacur di Surabaya, Karawang, dan Tangerang. bisa dibayangkan berapa banyak laki - laki yang sudah dia layani. Riani bahkan mengaku pernah ditangkap polisi yang menyamar jadi pelanggan di Karawang dan mengirimkan foto saat di kantor polisi, namun Ardan masih curiga karena tidak nampak jelas foto Riani di foto tersebut.

Kembali ke Ibu. Ibu menjelaskan kalau Riani adalah anak kesayangan dan kebanggaan Bapak. Bapak  mengajarkan semua ilmu agama kepada Riani, bahkan Riani juga disekolahkan di MI dan Mts agar ilmu agamanya semakin luas. makanya Riani pandai mengaji dan hafal hadits - hadits. melalui sambungan telepon, Ibu mengungkapkan ketidaksabarannya untuk dapat momongan dari Riani. disini Ardan berusaha waspada menangkap detail - detail kebohongan yang mungkin disampaikan Ibu, namun semua terasa nyata dan benar adanya. Ardan juga berkilah agar Riani tidak terburu - buru menikah karena usianya yang masih 22 tahun. suara Ibu sebenarnya sangat menyejukkan hati Ardan. entah mengapa, mendengarkan suara Ibu membuat Ardan tenang. hipnotiskah ini? ah sulit rasanya untuk benar - benar percaya, pikir Ardan.

LACOERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang