minuman manis

67 18 14
                                    

05.45

Suara percikan air panas yang dituang ke cangkir teh itu memecah sunyi pagi hari yang diselimuti mentari hangat ini. Lelehkan gula batu dan aduk. Esther menelan beberapa tegukan teh yang ia seduh barusan saja.

'krek'. Bunyi desitan pintu mengalihkan perhatian gadis remaja yang tampaknya sedang bersiap menuju sekolah itu membalikan kepala ke arah sumber suara itu.

''eh mah, udh bangun?'' tanyanya.

''loh Esther kok kamu cepet bangunnya,udah sarapan ? mau mama buatin apa? Kok tumben sih?'' jawab orang yang Esther panggil mama itu.

Esther sudah lama tinggal hanya berdua saja bersama ibunda nya itu. Semenjak kepergian sang ayahanda 3 tahun lalu disebabkan oleh kecelakan dalam bekerja. Ayahanda Esther bekerja dalam suatu perusahaan konstruksi yang biasanya membangun gedung-gedung tinggi ibu kota. Namun sialnya projek yang beliau kerjakan saat itu salah perhitugan sehingga menyebabkan rangka gedung yang niatnya menjadi gedung pencakar langit berlantai ratusan itu hancur dan salah satu korbannya ayahanda Esther.

Saat ayahanda meninggalkan mereka berdua, banyak hal mandiri yang tercipta begitunya saja dari diri gadis berumur 17 tahun ini. Mulai dari hal sederhana hingga hal rumit bisa ia selesaikan sendiri. Tak mudah memang beradaptasi dalam keadaan berkabung ini. Tapi tak apa dia masih punya ibunda dan hasrat untuk betahan hidup, dan setidakknya sesuah apapun hidup ia tidak pernah memohon pada yang maha esa mencabut nyawanya.

Esther gadis remaja berkepribadian random yang menjengkelkan bagi Tara. Exstrovet jadi jadiian. It means.. dia mudah bergaul dengan orang baru, tapi suka ragu memulai dialog lebih dalam. Cantik? Engga biasa saja namun kepercayaan diri tinggi yang membuatnya bangga menjadi diri sendiri sampai berumur 17 sekarang. Memiliki selera humor yang receh bisa dibilang receh banget. Bisa masak kadang doang kalau ga mood pasti kaga sedep tu makanan.

Dasar...cewe, tapi gapapa yang penting masak buatan sendiri makan sendiri jadi kalau sakit perut tanggung sendiri. Punya banyak sekali bakat yang tak bisa diasa lebih karena beberapa hal yang... sedikit susah dijelaskan.



Deringan handphone Esther sedikit menutup percakapannya dengan ibunda.


''udah gila ya? Dimana sih gua ketuk ga denger, budeg apa gimana sih? Cepet keluar gua tunggu 30 detik. 1...2..cepetan!''entah kerasukan setan apa lelaki bersuara bariton itu sudah menyirami Esther dengan kata kata panasnya itu di pagi hari yang harusnya indah sih.

''eh sabar Tara...mah aku beragkat dulu ya'' saut Esther sambil merangkul tas backpack berwarna tosca cerah itu.

''nih bawaiin buat tara. '' wanita paruh baya itu memberikan sekatung cake beraroma mocha itu kepada anak gadis semata wayangnya itu.

''bun kebaikan ama Tara ih, malah banyak gini lagi. Yaudah nanti aku kasih ke Tara nya, aku pergi yaa~ dadaah'' pamitnya yang dibalas gelengan kepala ibunda.

Beranjak dari meja makan, Esther langsung menuju pintu keluar rumahnya. Dan jeng jeng...

''ini mama..

''Lama. Lu beranak apa ngapain aja sih didalam, gua berlumut nungguin lu. Jajanin gamau tau. Jalan cepet.'' cocor remaja tampan yang menyenderkan punggung di dinding tepat disebalah pintu masuk rumah Eshter.

''cih iya ini, ayo jalan GRAKK!!!'' mungkin kebal aja sama semburan perkataan Tara, Esther keliatan santai saja. Toh dia tau Tara Cuma bercanda.

Alcantara, remaja lelaki 17 tahun bersuara manis itu memiliki temper yang buruk. Tak hanya itu dia dekenal dengan julukan maniac dude disekolah. Meskipun begitu ia juga punya sisi hangat se hangat kentut.g. dia punya banyak sekali prestasi akademis dan non akademis, such talented boy, isn't? Meski begitu dia tidak pernah menjadi sorot mata komite sekolah untuk menjadikannya murid pergantian. ''Belum cukup'', alasan yang dimuntahkan komite sekolah itu. Tak tahu sebenarnya tara kurang apa, tapi tara punya cara sendiri meyakinkan diri bahwa ia bisa mendapatkan apa yang dia harus dapatkan suatu saat. Tapi itu PASTI.


''gua gerah ni bangsat, minggir dikit jalannya deket pohon sini'' celetuk Eshter sambil menarik tangan baju Tara

''paansi lu goblok banget. Matahari pagi bagus coy. Yakali nikmat tuhan kita sia siain ya ngga? Lagian lu udah gelap juga ngapain sososan neduh.''

Sekkk pedih bang. Tara emang bisa aja nusuk orang pake kata kata dari congornya.

''ya gua gapakai sunscreen men. Gapapa lah gelap gua eksotis wlee''

''eksotis pala nenek moyang lu, apa bedanya lu sama monyet? mAKhlUK EkSHOTits'' ledek Tara yang berhasil memancing tawa Esther.

Jalan menuju sekolah tak terlalu jauh kalau menggunakan transoportasi umum, ya namanya menghemat mau gimana lagi. Jalanan khas ibu kota yang ramai lalu lalang kendaraan dan orang yang hanya lewat menjadi suasana khas yang mereka rasakan tiap berangkat sekolah.










''neng cendol?'' sahut pedagang cendol pinggir jalan yang menjadi langganan mereka berdua

''eh mang kok cepet banget bukanya'' tanya Esther.

''lah iya, istri mamang baru lahiran. Ntar kalau saya jualan kesiangan takut gacukup buat beli perlengkapan anak mamang'' jelas si tukanng cendol

''oh tapi mang...''

''geraaah...satu ya mang, es nya yang banyak. Dia yang bayar '' potong Tara sambil menunjuk Esther yang ada disampingnya.

''enak aja lu..''

''shhhhht lu tanggung jawab, gua nungguin lu lama tadi'' potong Tara lagi.

Perasaan gua ngomong di tikung mulu dari tadi. Dasar lu, liat aja pembalasan ku wahai Tara sialand. Esther membatin.

Jadilah mereka memegang kantung yang beriisi minuman manis itu sambil menyusuri jalan perumahan mewah yang menandakan mereka sudah dekat dengan sekolah yang menjadi tempat menuntut ilmu hampir tiap hari itu. Kaki mereka terus melangkah hingga sampai menuju gerbang Van De Eerste highschool.

Sekolah swasta elite ternama yang diapit perumahan mewah juga danau buatan yang tak main luasnya. Berisi anak anak pengusaha besar negara, berfasilitas kolam renang pribadi sekolah, pustaka seluas taman monas, lapangan golf dan ruangan gym pribadi, tak lupa lapangan olahraga reguler seperti lapangan sepak bola juga basket tersedia di sekolah mewah satu ini. Dengan fasilitas selengkap itu kalian pasti sudah mengira nominal yang harus dikeluarkan untuk terdaftar menjadi salah satu murid VDE highschool bukan? Baru datang saja sudah disambut mobil mobil mewah yang permobilnya pasti punya satu sopir keluarga murid .



''Alcantara! Mana anak itu? Kemari kamu! Straight to my office now!'' sahut salah satu staff sekolah dengan nada tinggi menjalar ke seluruh lorong kelas yang ditempati Tara dan Esther.

Satu kelas melirik Tara dengan ekspresi terkejut tak tahu apa yang terjadi. Termasuk Esther yang berada satu kelas dengan Tara pun bingung kenapa ia diteriaki seperti itu.

''ck, yes mam'' jawab Tara bernada malas sambil meninggalkan meja belajarnya.


Langkah Tara terhenti didepan sebuah pintu kaca otomatis yang membuka pintunya dan menujukan keberadaan Mrs. Irish yang menghadap jendela kaca yang luas berpemadangan danau buatan yang tak jauh dari sekolah itu.

'' SAYA SUDAH BERI KAMU PERINGATAN BERAPA KALI ALCANTARA?! .....''

It's me or not again? || on going📍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang