Prolog

66 6 1
                                    

Untukmu Kim Hanbin, laki-laki yang datang menolongku bak pangeran bermahkota saat itu. Saat dimana aku sedang dalam fase menyerah dan sangat berputus asa. Kenyataan bahwa aku tak memiliki hak hidup di suatu negara asing yang baru aku tempati selama beberapa hari, terlalu merusak mentalku. Mbin, ternyata dunia sangat kejam, ya? Mereka bilang, aku berbeda. Mereka bilang, aku tak punya hak apa-apa. Mereka bilang, aku hanyalah makhluk kecil yang tak pernah dianggap ada. Dan bodohnya, aku percaya dengan  kata-kata mereka. Aku percaya bahwa aku adalah manusia tak berguna, manusia paling rendah di mata dunia. Semua pemikiran itu selalu berputar-putar di kepalaku, sehingga aku sudah tak sanggup untuk bertahan lagi dan hampir memutuskan untuk 'mati'.

Mbin, Kamu datang di saat yang tepat. Kamu hadir di saat aku butuh rangkulan seseorang. Kamu selalu ada untuk membela saat semua orang mulai menghina. Mereka selalu merendahkanku, dan itu membuatku ingin menghilang dari hadapan mereka semua sejak hari pertama aku memasuki gedung sialan itu. Mereka selalu mendorong keinginanku untuk mati, agar manusia tak berguna sepertiku tidak ada lagi. Aku terpojok. Seolah-olah tak punya pilihan lain, aku akhirnya benar-benar memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupku sendiri.

Tapi, akhirnya keinginan itu menghilang begitu saja, Mbin. Itu karena kau selalu bisa meyakinkanku bahwa mereka tak lebih dari sekumpulan kotoran bau yang harus dihindari, bukan dituruti. Begitulah, kau bawa aku keluar dari rasa 'ingin mati itu'.

Mbin, jika hadirmu tak pernah ada di sampingku kala itu, mungkin aku sudah mengiris denyut nadi, atau mungkin aku sudah mati lemas karena menggantungkan diri.

Terima kasih, Mbin, karena kamu selalu bersedia menjadi bahu sebagai tempatku bersandar. Selalu mau menjadi pawang agar aku bisa berlindung padamu. Selalu ada saat aku butuh tempat untuk melampiaskan segala perasaanku.

Mbin, terima kasih telah hadir sebagai sosok yang membantuku berdiri. Membantuku mengangkat kepala dan menyadari kalau nasibku tak sedekat itu dengan tanah, dan bahwa aku mampu melampaui semuanya. Terima kasih telah membuatku yakin bahwa masih ada orang baik yang hidup di dunia yang penuh dengan ketidakadilan ini.

Terima kasih, Mbin, karena kamu pernah hadir dalam hidupku sebagai orang yang paling berharga, orang yang selalu ada, dan orang yang selalu menjaga.

Terima kasih, karena hadirmu membuatku bahagia.

Sekali lagi, terima kasih untuk semuanya. Walaupun aku tahu, jutaan kata 'terima kasih' tak akan pernah cukup untuk membalas segala sesuatu yang pernah kamu lakukan untukku dulu.

NB: Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Mohon jangan sangkutpautkan kehidupan nyata sang idol dengan cerita ini. Tolong bedakan cerita dengan dunia nyata:)

Terima kasih.

The Moment With 131Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang