4. Back Home

21 3 1
                                        

Ini adalah akhir pekan, jadi pelajaran selesai lebih awal. Saat ini, cuacanya sedikit mendung.

Aku melihat jam tangan, aku masih punya cukup banyak waktu sebelum pergi bekerja di toserba. Aku ingin jalan-jalan. Rasanya, sudah lama sekali aku tak menikmati hari seperti ini.

Bagiku, di sekolah rasanya terlalu sesak.

Aku memutuskan untuk membeli payung di sebuah toserba terdekat. Sepertinya jalan-jalan dan menari di bawah hujan akan sangat menyenangkan.

Aku berhenti sejenak untuk membuka sepatu. Aku memasukkan sepasang sepatuku ke dalam kresek yang tadi sempat kuminta dari kasir toserba.

Gerimis mulai turun, aku membuka payung hitamku dan berlari-lari kecil.

Aku pergi menuju halte. Kali ini, aku akan menaiki bus dengan tujuan yang berbeda dari biasanya. Aku ingin pergi ke toko buku, lalu mampir ke coffeshop sembari membaca buku yang kubeli.

Ah, bukankah itu rencana yang sempurna untuk hari yang sempurna juga?

Aku sampai di toko buku yang lumayan terkenal di kota ini. Aku membeli beberapa buku bergenre fantasi.

Apa kalian bingung? Aku juga.

Sebenarnya aku memang suka buku-buku logis seperti buku psikologi, tapi di sisi lain, aku masih suka buku-buku novel bergenre fantasi yang membawa otakku untuk berpetualang menuju dunia yang hanya ada di dalam imajinasi.

Menurutku, buku fantasi akan menyeimbangkan pemikiranku tentang dunia nyata.

Bukankah aku sedikit....aneh?

Tidak, bukan sedikit. Aku memang aneh.

Tapi, aku memang menyukai keduanya. Tidak salah, kan?

Lagi pula, cita-citaku ada dua. Pertama, menjadi dokter psikolog. Kedua, menjadi penulis novel bergenre fantasi. Keduanya pasti sama-sama menyenangkan jika dilakukan bersamaan.

Tapi, aku pasti tidak akan sanggup menjalankan dua hal sekaligus dalam satu waktu.

Selesai membeli buku, aku menyalakan ponsel. Aku membuka aplikasi map untuk mencari coffeshop yang banyak direkomendasikan, dan tempat itu tidak jauh dari sini.

Butir air hujan yang turun mulai membesar. Semakin lama hujan turun semakin deras. Aku mempercepat langkah dengan kakiku yang sudah basah. Aku bersenandung kecil dan menari-nari di bawah hujan.

Sudah lama aku tak merasa seperti ini. Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan dalam hidupku sejak beberapa tahun belakangan.

Aku sampai di depan coffeshop yang kutuju.

Aku membuka pintu coffeshop dan masuk ke dalam. Aku duduk tak jauh dari pintu, memesan kopi panas dan mengeluarkan buku novel yang baru saja kubeli dari dalam tas.

Aku mengedarkan pandangan, mencoba menikmati suasana, sampai akhirnya mataku menangkap sosok yang begitu kukenal. Orang terdekat dalam hidupku....

Ayah.

Tapi, siapa perempuan asing itu?

Aku berjalan menuju meja dimana ayah dan perempuan itu duduk bersama.

Saat jarakku dan ayah sudah dekat, aku melihat perempuan paruh baya itu tersenyum begitu hangat pada ayah.

Tinggal satu langkah lagi, hingga akhirnya-

"Ayah?!" Seruku dalam Bahasa Indonesia.

Ayah terkejut, karena kehadiranku yang tiba-tiba muncul dari belakangnya.

The Moment With 131Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang