Chapter 3.

171 18 16
                                    

Mobil Mercedes-Benz SLR McLaren berhenti di salah satu club malam. Pria dengan setelan jas warna abu, dasi merah marun dan sepasang sepatu kulit dengan merek ternama membalut kakinya. Jangan lupakan jam tangan rolex hitam keluaran terbaru bertengger manis di tangan kirinya.

"Sesshoumaru." Merasa ada yang memanggil. Ia pun menoleh ke sumber suara. Terlihat sosok melambaikan tangan ke arahnya. Seolah-olah mengatakan 'aku di sini.'
Sesshoumaru menghampiri orang itu lalu duduk di sampingnya.

"Tumben lama bro," kata orang yang tadi memanggil namanya. Nama pria itu adalah Bankotsu. Ia meninju pelan bahu Sesshoumaru. Sesshoumaru yang tidak suka disentuh langsung menepisnya. Sorot mata emas itu mendelik tajam.

"Wow.. santai bro.. aku hanya bercanda," gurau Bankotsu.

"Sudah tau ia tidak suka bercanda, masih saja kau goda," balas Naraku menanggapi.

Ketiganya sudah lama bersahabat, entah sejak kapan. Yang jelas persahabatan mereka mengalir begitu saja. Di antara mereka bertiga Bankotsu adalah pria yang paling rame. Naraku, pria itu sangat aneh. Ia suka mengoleksi benda-benda mistis dari beberapa daerah atau negara. Sampai-sampai keris buatan Indonesia ia koleksi.

"Kau ingin minum apa? Aku pesankan," tanya Bankotsu kepada Sesshoumaru.

"Cocktail," jawab Sesshoumaru singkat.

Bankotsu menyuruh salah satu bartender membuatkan pesanan sang kawan.

"Hai Maru, dari awal aku mengenalmu. Belum pernah ku lihat kau mengancani wanita," ujar Bankotsu sambil menikmati wiski-nya. "Lihatlah gadis-gadis di sini... sungguh menggoda," sambungnya.

"Tutup mulutmu Ban-Ban. Kau masih sayang nyawa tidak!" hardik Naraku memperingatkan Bankotsu. Sedangkan Sesshoumaru matanya menatap tajam Bankotsu. Ingin sekali ia memenggal kepala pria itu. Seenaknya saja berucap.

Melihat kelakuan kedua sahabatnya, Naraku hanya menggelengkan kepala. Bankotsu itu seperti ember bocor, bicaranya suka ngawur. Tapi di sinilah keseruan persahabatan mereka. Biarpun memiliki watak dan sifat yang berbeda mereka tetap akan baik-baik saja.

Bankotsu diam, ia seperti anak kecil yang di marahi kakak laki-lakinya. Merasa bosan dengan ke dua bujang lapuk di sampingnya. Ia memutuskan beranjak dari sana, hitung-hitung mencari mangsa.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Naraku basa-basi.

"Hn." Naraku mendesah. Sahabatnya itu suka sekali menjawab dengan bahasa alien.

"Aku dengar Miroku sudah menikah. Aku sempat di undang tapi tidak bisa datang ada pertemuan di Kanada."

"Hn."

Mendengar jawaban Sesshoumaru yang terlampau irit. Naraku memutuskan untuk diam. Sepertinya sang sahabat sedang tak ingin bicara.

"Kita nikmati saja minuman di sini, mungkin saja ini kesempatan terakhir kita untuk berkumpul." Sesshoumaru menoleh, seakan menanyakan maksud kata-kata Naraku tadi.

"Aku belum mengatakannya, ya.. sebenarnya aku di jodohkan. Kau tau, Kagura," Naraku menjeda kalimatnya. Pria itu malah mengaduk-aduk minumannya. "Ya, aku di jodohkan dengannya. Yang membuatku tak mengerti, kenapa aku malah bahagia. Padahal wanita itu tergila-gila padamu," Naraku tersenyum kecut.

"Kejarlah." Naraku menoleh. "Apa?" tanyanya memastikan.

Sesshoumaru menatap Naraku lalu berkata, "Kajarlah dia." Naraku tersenyum menanggapi.

"Aku tidak tau, biarpun kau sempat menolaknya tapi wanita itu berusaha keras untuk mengejarmu. Ia bahkan ingin membatalkan perjodohan ini."

"Tapi kau menyukainya, kan?" tanya Sesshoumaru memastikan. "Entahlah," jawab Naraku mengangkat bahu.

Don't Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang