꒰ 🧸 ❛ 𝓑𝗜𝗡𝗧𝗔𝗡𝗚

390 48 11
                                    

「 ✿ 」❝ bintang
" ‧₊˚ ❥ question | bagaimana? ༄
⎯⎯ ୨ ☆ ୧ ⎯⎯

Matahari perlahan tergantikan oleh bulan, acara mereka luar biasa sukses dan sekarang mereka baru saja selesai untuk beres-beres panggung. Seorang gadis bersurai [H/c] memegang sapu dengan tangan kirinya, tangan kanannya ia gunakan untuk menepis peluh yang ada di keningnya, ia bernapas lega karena selesai juga akhirnya ia menyapu panggung.

"Nee, [Name]-kun, Tsukasa-kun, aku duluan," kata seorang pria bersurai ungu dengan sedikit warna toska dirambutnya, ia melambaikan tangannya dan pergi menyisakan Tsukasa dan [Name] disana.

[Name] balas melambai. "Hati-hati di jalan Rui-kun!"

Tsukasa berjalan mendekat ke arah sang gadis dan memegang pundaknya. "Ayo, [Name], sebaiknya kita pulang juga. Yang lainnya juga sudah pulang."

Sang empunya nama mengangguk mengerti, ia segera mengambil tas ranselnya dan meletakkan sapu kembali ditempatnya semula. Sang pria bersurai pirang itu menunggunya di kursi penonton barisan paling depan, ia tersenyum ketika melihat sang gadis berjalan mendekat ke arahnya.

Tsukasa berdiri, ia membukukkan badannya dan bertingkah seolah ia adalah pangeran. "Silahkan tuntun jalanku, tuan putri."

Gadis itu hanya terkekeh pelan. Ia berjalan duluan disusul oleh Tsukasa, perlahan-lahan Tsukasa menyelaraskan langkahnya kepada langkah sang gadis dan juga menggandeng tangannya. Gadis itu hanya bisa bersemu merah karena diperlakukan begitu oleh Tsukasa.

[Name] menengadah ke langit, memandang warna ungu, merah muda, dan jingga bercampur di atas sana. Sebuah ide terlintas di pikirannya.

"Chotto, Tsukasa, bisakah kita singgah disuatu tempat sebentar?" pinta gadis itu.

Tsukasa menyerngit bingung, ia sempat ragu karena harinya sudah mau malam, Tsukasa tidak mau membuat orang tua [Name] cemas namun wajah memelas [Name] membuatnya menghela napas karena tidak bisa menolaknya.

"Baiklah, namun janji hanya sebentar ya? Aku tidak ingin membuat orang tuamu cemas." Sang pria menangkat jari kelingkingnya.

[Name] tersemyum bahagia, ia mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Tsukasa. "Baiklah, aku janji.... "

*

Gadis itu membawa mereka ke bukit yang penuh dengan rumput dan bunga-bunga liar. Selagi Tsukasa memandang gadis itu bingung, [Name] bebaring di rumputnya dan memandang ke dirgantara yang perlahan-lahan di taburi bintang.

Sebuah senyuman terlukis di wajah Tsukasa, ia ikut bergabung dengan gadis itu berbaring di rumput dan melihat bintang. Bagaimana pun, Tsukasa tidak paham kenapa gadis itu mengajaknya melihat bintang di bukit.

"Nee, Tsukasa, kamu ingat kenapa kamu ingin menjadi bintang kan?" Gadis itu angkat bicara.

Pria itu meletakkan tangannya di belakang kepalanya, menjadikan tangannya itu sebagai bantalan. Ia kembali tersenyum ketika mendengar pertanyaannya [Name], tentu saja ia mengingatnya; Tsukasa tidak akan pernah melupakannya.

"Tentu saja, aku tidak akan pernah melupakan itu."

Suasananya sangat tenang, hanya ada beberapa jangkrik yang saling bersahut-sahutan dan beberapa kunang-kunang yang terbang menghiasi bukit itu. Tsukasa melihat ke arah sang gadis, mendapati mata gadis itu yang sangat terpesona dengan bintang-bingang di atas sana, menambah satu lagi alasan kenapa Tsukasa ingin menjadi bintang.

Itu untuk adiknya, Saki dan kekasihnya, [Name].

"Kenapa kamu mengajakku kesini, ngomong-ngomong," tanya Tsukasa.

Sang gadis mengubah posisinya menjadi duduk. "Akhir-akhir ini, Tsukasa kelihatan stress, aku takut kalau Tsukasa bekerja terlalu keras hingga jatuh sakit."

Gadis itu menyadari ada yang salah dari perkatannya."M-maksudku, WonderlandxShowtime sibuk akhir-akhir ini jadi-"

Ia tidak menyelesaikan kalimatnya karena Tsukasa tertawa mendengar alasannya itu, tawanya terdengar sangat... nyata; [Name] tidak pernah melihatnya begitu, bahkan mungkin orang lain juga tidak pernah mendengarnya.

Pria itu bangun, mengubah posisinya menjadi duduk. Ia mengelus pucuk kepala [Name] dengan lembut. "Kamu bisa bilang kan kalau aku membuatmu takut."

"A-aku tidak takut! A-a-aku mengk-khawatirkanmu!" [Name] bersemu merah, begitu juga dengan Tsukasa. Keadaannya menjadi sunyi, namun bukan sunyi yang canggung; gadis itu berdiri dan bersiap untuk segera pergi, mereka sudah lama berada disana. Tsukasa ikut berdiri, tanpa kata-kata apapun mereka berdua meninggalkan bukit itu dan kembali berjalan ke rumah.

"Terima kasih, [Name]."
"Huh?"

Netra mereka bertemu. "Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Kita harus melihat bintang-bintang lagi lebih sering."

⎯⎯ ୨ END ! ୧ ⎯⎯

a/n

ini fluff banget aksmsjsjks
aAAAAA AKU GEMAS /plak

dan selamat datang di bab terakhir!
semoga kalian menikmati semwa
cerita di buku ini ヾ(。>﹏<。)ノ゙✧*。

sebenarnya aku mau ngebacot
tapi aku lupa maw ngebacot apaan :((

yasudala, terima kasih sudha
membaca buku ini.
sampai berjumpa lagi (^^♪

 sampai berjumpa lagi (^^♪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Question┊T. Tsukasa ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang