Sebelumnya saya ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada kak @kanonaiko yang telah membantu saja dalam membuat cerita ini.
Dan ini adalah cerita pertama saya yang menggunakan tokoh-tokoh dari anime/manga Inuyasha.
Semua tokoh-tokoh di cerita ini milik Rumiko Takahashi saya hanya meminjamkannya saja. cerita ini milik saya di bantu oleh @kanonaiko.
Happy reading. ^^
Kelelahan di rasakan oleh seorang wanita manis dengan rambut panjang bergelombang. Sebut saja Kagome - Higurashi Kagome.
Hidup di kota metropolitan tidak lah mudah. Berangkat pagi buta, di saat matahari belum menampakan sinar, begitu pun saat pulang — sang surya telah tenggelam, kembali ke peraduan.
Lelah, sangat lelah tapi mau bagaimana? Dirinya bukanlah anak orang kaya yang dengan mudah meminta warisan orang tua.
Higurashi Kagome lahir dari keluarga sederhana. Sang ayah sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama dengan ibu, kakek dan adik laki-laki. Sang ibu adalah ibu rumah tangga biasa, sedangkan kakeknya seorang pendeta Shinto. Sejak dulu, ia dan sang adik sekolah menggunakan bea siswa.
Hanya mengandalkan uang sumbangan dari kuil apakah cukup? Beruntung ia dan sang adik memiliki otak yang cerdas sehingga mereka bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi.
Saat ini ia berusia 32 tahun sedangkan sang adik berusia 25 tahun. Adiknya yang bernama Souta telah menikah dengan teman kuliahnya. Biarlah dirinya di dahului sang adik, ia tidak keberatan toh sampai saat ini, ia belum menemukan pendamping yang cocok, biarpun tak sedikit pria yang ingin meminangnya.
Misalnya saja Hojo, teman sekolahnya. Pria itu mengaku sudah lama menyukainya, namun sayang Kagome tidak menyukainya. Biarpun Hojo adalah pria yang baik dan penyayang, tapi ia tidak bisa menerima cinta dari laki-laki itu. Ia tidak ingin memberikan harapan palsu padanya. Sampai usianya yang telah menginjak kepala tiga. Ia belum menemukan sosok yang bisa membuatnya jatuh cinta.
.
.
Waktu menunjukan pukul sembilan malam. Kagome tiba di apartemen yang ia beli menggunakan uang tabungan. Bekerja di salah satu perusahaan terkenal di Tokyo sebagai Admin, dengan gaji yang lumayan sedikit demi sedikit ia mengumpulkan uang untuk membeli sebuah apartemen.
Sebuah apartemen kecil tidak begitu luas hanya ada sebuah meja kecil. Meja tersebut berfungsi sebagai meja makan, meja tamu atau sekedar menonton tv.
Disudut sana terdapat dapur berukuran kecil, hanya memuat satu orang saja. Kamar pun menggunakan tirai sebagai pengganti pintu. Untunglah ada futon cadangan sehingga apabila keluarganya menginap dapat beristirahat.
Kamar mandi berada di samping, dekat pintu masuk. Di Samping kamar mandi terdapat satu buah mesin cuci.
Dua payung tergantung di belakang pintu dan di sampingnya terdapat rak sepatu untuk menyimpan sepatu dan sandal.
Setelah masuk ke apartemen, ia memutuskan untuk mandi, setelah itu istirahat. Hari ini tubuhnya sangat lelah. Beberapa hari ini dirinya lembur, mengerjakan laporan bulanan untuk di serahkan kepada sang atasan.
'Sungguh hari yang melelahkan.'
.
.
.
Sinar matahari mengenai wajah mengganggu tidur Kagome. Wanita itu perlahan-lahan membuka mata.
"Hms... Dimana aku.. Di hutan..." Igaunya. Dirinya masih setengah tertidur. Kelopak mata belum sepenuhnya terbuka, dalam hitungan detik ia telah tersadar. Dirinya terbangun tergesa. Ia tak menyangka tengah berada di tengah hutan. Hanya berbalut piyama biru navy tanpa alas kaki.
"Apakah ini mimpi?" Monolognya.
Seakan tidak percaya, ia pun mencubit pipinya."Sakit, Ini bukan mimpi?" katanya sekali lagi.
Tubuhnya berputar seakan mengamati. 'Dimana aku?' batinnya.
Masih teringat jelas di ingatannya. Semalam ia berada di apartemen. Tidur bak putri Aurora yang sangat lelap. Mana mungkin setelah terbangun ia berada di tengah hutan yang ia sendiri tidak tau, hutan apa ini. Apakah ia di culik? Lalu tubuhnya di tinggalkan begitu saja oleh si penculik.
Seketika mata biru cemerlangnya tertuju pada sebuah pohon yang tak asing dilihat. Pohon Akasia yang ada di kuil nenek moyangnya.
Ia ingat, sang kakek mengatakan jika pohon kramat ini adalah pohon waktu. Ia tidak percaya dengan cerita itu.
"Pohon waktu, Konyol." Monolognya lagi.
Tapi jika di lihat pohon ini tak sebesar dan selebat dirumahnya. Satu yang sangat mirip, terdapat lubang di tengah pohon tersebut. Lubangnya tidak begitu dalam namun lebar, ada bekas tusukan benda tajam. Ia yakin jika itu bekas busur panah.
Dulu, ia pernah masuk klub memanah. Ia sangat suka memanah, tak ayal jika saat SMA dulu, ia masuk klub panahan. Ia sempat mengikuti lomba tingkat nasional. Bahkan menjadi juara pertama. Ia awalnya tidak tau, mengapa ia bisa mahir menggunakan alat tersebut.
Awal mulanya ia hanya tertarik lalu mencoba. Percobaan pertama berhasil mengenai sasaran. Ia sungguh terkejut, lalu ditawari masuk klub memanah sampai ia mengikuti lomba namun semua itu tak direstui oleh sang kakek. Sang kakek menentangnya untuk masuk klub memanah. Tak ingin membuat sang kakek marah dan cemas, akhirnya ia berhenti.
Jika di suruh memilih, ia akan memilih menjadi seorang atlit panahan daripada menjadi seorang Admin di salah satu perusahan ternama.
Tapi karena ia adalah Kagome yang mementingkan keluarga. Ia memutuskan mengubur semua itu. Ia tidak menyesal memilih keputusan yang ia buat. Toh sekarang hidupnya cukup mapan.
Karena bingung, Kagome memutuskan untuk keluar dari hutan aneh ini. Ia juga menemukan sumur tua yang ia yakini ada di rumahnya. Namun bentuk sumur ini berbeda dengan di rumah sang kakek. Sumur itu tak terawat, di setiap sisinya terdapat lumut dan rumput liar.
"Ini dimana? Apakah aku masuk ke dimensi lain? Tapi bagaimana mungkin?" Monolognya lagi.
Disaat ia tengah bingung dan putus asa, terdengar suara memanggilnya.
"Kagome."
Suara itu terdengar berat nan dalam. Suara baritone yang sangat menggelitik.
Ia pun berbalik, dilihatnya sosok pria memakai kimono dengan jubah besi. Rambutnya panjang berwarna silver, menjuntai laksana sutra yang berkibar. Mata emasnya menatapnya penuh kerinduan.
Melihat sosok pria yang aneh tersebut, membuatnya membatu. Ia seakan-akan terhipnotis akan ketampanan sosok tsb. Baru pertama kali ini ia melihat sosok setampan itu. Bahkan idol grup K-pop yang ia lihat di stasiun tv saja kalah.
Sosoknya sangat indah. Badannya tegap, nan perkasa.Sosok asing itu berjalan perlahan-lahan ke arahnya. Mata emasnya tampak berkaca-kaca. Kedua tangan kokohnya terkembang. Direngkuhnya tubuh mungil Kagome. Ia menghirup wangi tubuh yang selalu ia rindukan.
"Akhirnya kau kembali, penantian Sesshoumaru ini tak sia-sia."
End.
Maaf jika terdapat kata, atau kalimat yang kurang berkenan.... Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih pada para reader yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini. Salam kata, sampai bertemu di cerita lainnya. ^^