surat dari Gladien

5 1 0
                                    

"Melisa, ternyata kau tak pernah menyukaiku! kenapa aku berpikir kau perlahan bisa menyukaiku?" gumam Marvin yang terus meneguk segelas wine didepannya.

Tangannya mulai meraih foto yang ada di mejanya, membelainya dan memeluknya. foto seorang wanita berambut biru kehitaman dan seorang bayi laki-laki berumur satu tahun. Itu adalah foto ibunya dan dia saat kecil.

Di sisi lain, Melisa yang tadinya duduk segera pergi mencari ponselnya, dan menghubungi Jevon (teman dekat Marvin).

[hallo, apa kau istrinya Marvin]

"ya, itu aku,"

[ada apa, nyonya jensen]

"itu, apa kau tau tempat seperti apa ruang rahasia Marvin"

[ini rahasia, tapi aku akan memberi tahumu sedikit! ruangan itu adalah ruangan yang sering ia kunjungi saat dia butuh ketenangan... ruang itu gelap dan sunyi, dindingnya dipenuhi dengan bahan kedap suara! didalamnya terdapat beberapa buku diary, foto, dan banyak kenangan dia disana. tidak seorangpun bisa memasuki ruangan itu kecuali seseorang yang ia percayai, aku hanya pernah masuk sekali kesana!]

"semisterius itukah, lalu apa kau bisa kesana untuk kedua kalinya?"

[maaf nyonya jensen, itu mungkin sulit bagiku! sebenarnya apa yang terjadi?]

"panggil saja aku melisa, tadi dia datang sedikit siang! aku belum memasak untuknya, aku tidak tau kenapa dia terlihat begitu marah."

[jadi maksudmu dia berada disana sekarang?]

"Itu benar, tapi aku takut dia akan minum banyak! apa kau bisa membantuku, tuan Jev?"

[baiklah, aku kesana sekarang!]

Panggilan berakhir....
______________

Tok... Tok... Tok!! (Suara ketukan pintu)

Melisa membuka pintunya...

"Tuan Jev, masuklah! Maaf merepotkanmu." ucap Melisa.

"apa ini nyonya jensen? pantas saja dia begitu menyukaimu, kau sangat cantik!" jawab Jevon sembari masuk ke rumah Marvin.

"tuan berhenti memujiku disini, dan sepertinya dia-- lupakan, cepat susul dia!" ucap melisa panik.
°
°
°
°
"Apa aku memang harus melepaskan cinta ini? kenapa hatimu begitu kokoh? kenapa aku tidak bisa membukanya?" oceh Marvin yang semakin menjadi sembari membanting botol-botol wine yang telah kosong.

"aku ingat kunci duplikatnya ada di lemari kecil ini," ucap Jevon menghampiri lemari kecil di depan pintu ruangan Marvin.

Cklek... (Suara membuka pintu)

"Tak semua yang dicintai harus dimiliki. Lepaskan dia yang tidak mencintaimu agar kau bahagia," kata-kata Jevon sembari masuk ke ruang gelap itu.

Pakaian Marvin terlihat berantakan dan basah karena cara minumnya yang tidak benar. Ruangan yang terasa begitu dingin bukan hawanya melainkan suasana dingin dan sepi serta bau alkohol yang sangat pekat.

"apa yang kau lakukan?"tanya Marvin dengan sorot mata tajamnya.

" sejatinya, kitalah yang harus memaknai arti dari sebuah cinta! Karena cinta sendiri hanyalah sebuah kata," kata-kata cinta Jevon yang mengiringi langkah kakinya lalu duduk disebelah Marvin.

"kau tidak mungkin kemari atas inisiatifmu sendiri kan?" tandas Marvin tanpa menggerakkan tubuhnya.

"ya, istrimu yang memintaku!" jawab Jevon yang meraih botol wine yang masih ada isinya untuk dihindarkan dari Marvin.

"hei, lepaskan minumanku!" teriak Marvin seperti seorang anak kecil, mencoba meraih kembali minuman beralkohol itu.

"tidak boleh!" jawab Jevon menggerakkan jari telunjuknya secara berlawanan.

"dia tidak ditakdirkan untukku tapi kenapa dia datang padaku?" teriaknya lebih keras lalu bangun dari duduknya dan berjalan menghindar.

"itu artinya cinta masih berada dipihakmu!" seru Jevon yang merebahkan tubuhnya di sofa yang ia duduki.

"ini menjengkelkan!" ucap Marvin menendangkan kakinya ke lemari buku di dekatnya.
Sesuatu terjatuh dari lemari buku yang ditendangnya.

Jevon yang melihatnya pun perlahan bangun dan memungutnya.

Serrtt... (Marvin merebut sepotong kertas yang dipungut oleh Jevon)

"siapa yang mengizinkanmu menyentuh barangku, dan siapa yang mengizinkamu masuk kemari! Apa kau akan mengatakannya pada Melisa? apa kau mata-mata?" gerutu Marvin yang masih memegang erat kertas itu.

"apa yang kau katakan," ucap Jevon menyiutkan pandangannya.

Setelah dilihat ternyata itu adalah surat yang ada sejak lama.
Pengirim surat: Gladien Yeshiva tahun 2013 silam saat dia masih sekolah SMA diluar negeri, saat itu Gladien mengejarnya dengan cara yang berbeda dia tidak pernah mengganggu Marvin maupun mendekatinya, melainkan memandangnya dari kejauhan... Hanya pernah menyatakan cinta dua kali yang di tolak oleh Marvin,
Maka dia memutuskan untuk melindunginya, mencintainya, dan selalu ada untuknya, surat itupun ia taruh di buku atau mungkin dalam tas Marvin dulu, tapi sayangnya Marvin tetap tidak melihat perjuangan Gladien karena dia telah menyukai gadis di negaranya, yaitu Melisa Lovania.













Not A PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang