part 7

8 0 0
                                    

Assalamualaikum,
Aku masih lanjut ya gatau suka apa nggak... Aku sendiri ga yakin kek ada yg kurang trs gitu jadi mls nulisnya tpi sebisa mungkin dah nulis.




"Ini akan baik-baik saja, setelah anda memakai salepnya secara rutin tidak akan menimbulkan bekas."

"Terimakasih dokter."
Melisa keluar dari rumah sakit dengan wajah sayu, karena jarak rumah sakit tidak jauh dia memilih untuk berjalan, lagi pula juga masih pagi.

Dengan langkah yang sedikit lemah, atensinya yang pudar otaknya seolah traveling khawatir soal kebodohan Marvin, hati yang terasa perih bahkan melebihi wajanya.

'Marvin dasar psikopat sialan' gertaknya berbicara sendiri disepanjang jalan.
___________

Kini dia tengah sampai di rumah bertingkat dan paling besar disana, tapi didalamnya hanya tersimpan hawa dingin yang tak kunjung hangat.

"Caca, apa Naditha sudah tidur?" teriaknya pada seorang baby sitter berambut pendek dan mengenakan kaca mata.

"Nona sudah tidur nyonya, emm nyonya tadi tuan menitipkan paket ini untuk nyonya!" ucapan polos caca membuatnya mengerutkan keningnya.

Melisa menghela napas seraya memejamkan matanya kemudian menerima paket dari Marvin, tanpa berpikir ia membalikkan tubuhnya lalu berjalan pergi menuju kamar.

Diapun langsung duduk diranjang kemudian memeriksa isi dari paket itu.

Matanya membola ketika ia membaca tulisan pesan dalam surat yang menempel pada box hampers, luka dihatinya bertambah parah matanya terpejam untuk mengeluarkan air dari pelupuknya.

"Apa maksudnya dengan membelikanku perawatan kulit, sampah aku membencimuu..." teriak Melisa sembari melempar paket perawatan kulit itu ke lantai.

Kini dia mengubah posisinya menjadi berdiri, lalu melangkah perlahan menuju cermin.

"Gladien, kumohon maafkan aku,"

"Aku harus cepat meninggalkan lelaki biadap itu, bagaimana jika dia juga menyakiti anakmu?"

Ocehan itu memberi nada pada tangisannya,  hati yang hancur hampir tak tersisa rasa sakit yang terasa keseluruh jengkal uratnya, rasa benci yang menyatu dalam aliran darahnya.

______________

"Jev aku akan mencari wanita bernama Gladien itu, jadi bantu aku menemukannya!" perintah lelaki tampan dan kejam itu pada Jevon.

Apakah otaknya tersingkirkan, apa memang sudah tidak ada otak dalam kepalanya...
Saat Gladien mengejarnya dia malah sibuk mengejar Melisa, ketika Melisa sudah ia dapatkan malah ingin mencari Gladien yang sudah ia campakkan dulu.

"Apa katamu, ini tidak sesuai naskah!"  tandas Jevon. Jevon yang dari tadi hanya duduk dan menikmati rokoknya, kini meninggalkan aktivitasnya.

Marvin malah menatapnya tajam, Jevon menggidik melihat tatapan mengerikan Marvin.

"Aku hanya ingin tahu tentangnya, aku banyak berhutang budi padanya!" Marvin mengalihkan pandangannya kemudian bangun dari duduknya dan berjalan menuju jendela kaca berukuran besar.

"Hay berpikirlah, kemana alurmu? Itu hanya masalalu, lupakan saja oke!" didik Jevon yang sama sekali tidak dihiraukan oleh  lelaki itu.

Lelaki yang dulu hangat dan tidak pernah melukai fisik seseorang kini telah menjadi psikopat yang tak tertolong.

Sifat egoisnya yang semakin menjadi, seakan segala hal dikendalikan olehnya.

Cinta memang membuat seseorang bertindak bodoh tanpa disadari,

Seperti api yang sangat jernih, indah dan sejuk... Tapi akan menenggelamkan jika terlalu dalam.

Jika kamu bisa mencintai tanpa mengorbankan dirimu, maka cintamu juga takkan melukai dirimu.

Meskipun gaada yang baca tapi tetep coba buat ending in, mungkin setelah end. Ad yg mo bca, tpi klo gaada jg gpp kok... Gamaksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not A PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang