Luka

7 2 0
                                    

"Melisaa," teriak Marvin setelah datang bekerja yang berjalan menghampiri meja makan yang masih kosong, tanpa ada nasi sesendokpun. Melisa yang sedang sibuk dengan baby girlnya sedikit terburu-buru turun untuk menemui Marvin yanh berteriak memanggilnya.

"Apa yang kau teriakkan?" jawab Melisa menuruni anak tangga.

"kenapa tidak ada makanan?" tanya Marvin yang geram dengan istrinya itu. "a-aku tidak memasak," ucap Melisa gelagapan. "oh." Marvin hanya menjawab dengan satu kata yang dilanjutkan oleh Melisa "tadi Nadhita sedikit rewel, aku akan memasak untukmu sekarang." Melisa bergegas berjalan menuju dapur dengan langkah besarnya, namun dihentikan oleh langkah Marvin yang lebih cepat mendorongnya ke arah tembok.

"apa kau mencintaiku?" tanya Marvin yang mendekatkan wajahnya ke wajah Melisa, wajah Melisa mulai memerah dibuatnya.

"Mar-marvin, ini ... ini terlalu dekat!" ucap Melisa menolehkan kepalanya ke samping kanan bawah.

"lalu kenapa ... kita sudah menikah, sedekat apapun tidak akan ada masalah bukan," ucap Marvin dengan senyuman sinis menatap Melisa.

"tapi kita menikah karena ... " ucapan Melisa terputus saat dia menyadari bahwa jika dia melanjutkan ucapannya hanya akan membuat Marvin Semakin kesal dan marah padanya.

"karena apa? karena kau hanya ingin memanfaatkanku?" dengan entengnya lelaki itu menghempaskan tubuh kecil Melisa ke lantai. Tanpa disengaja dahi Melisa membentur kaki meja makan disebelahnya.

Dengan langkah berat Marvin melangkah mendekati Melisa dan duduk didepannya. Lelaki itu tersenyum sinis melihat Melisa yang memegangi luka di dahinya akibat benturan tadi.

"kenapa sayang? Apakah itu sakit ...!" lelaki itu berdecak menatap Melisa yang takut beserta kaget dengan perlakuannya.

"baiklah, biar kutolong." tanpa menunggu persetujuan dari Melisa, Marvin segera mengangkat tubuh Melisa lalu berjalan membawanya ke kamar pengantin mereka.
Marvin menurunkan Melisa diranjang dan meninggalkannya untuk mencari kotak P3K.

"apa sangat sakit?" tanya Marvin setelah menemukan barang yang dicarinya, dan berjalan kembali pada Melisa yang masih memegangi kepalanya.

"tidak apa-apa," sahut Melisa.

"Mari biar ku obati." Marvin duduk disebelah Melisa untuk mengobati luka Melisa yang dibuat olehnya.

Selesai mengobati Marvin pergi ke ruang rahasianya untuk menenangkan dirinya. Apalagi yang bisa membuatnya tenang kalau bukan sebotol wine dan tempat sepi yang gelap, yaitu ruang rahasia yang tidak pernah dimasuki siapapun. Bahkan Melisa sendiri tak pernah tau tempat seperti apa ruang rahasia yang Melisa saja tidak berhak memasukinya.

Hay sayang, jangan lupa bantu vote, like dan komen ya...🤗

Not A PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang