2 'Second Lead'

8 1 0
                                    

"Oke, cukup sekian pelajaran hari ini..." Ucap Guru Bahasa setelah mendengar bel istirahat menggema.

Kemudian ia segera bergegas meninggalkan kelas, membuat seisi murid turut berhambur keluar.

"Yuk kantin. Gue laper." Ajak Raya setelah memasukkan buku-buku nya kedalam tas.

"Gue mau ke toilet dulu." Sunny menyahut seraya memperlihatkan deretan giginya yang tampak rapi.

Raya memutar bola mata, malas menanggapi kebiasaan sahabatnya tersebut.

"Lo duluan aja... Jangan lupa pesenin gue." Tukas Sunny seraya bangkit dan berlalu dari sana. Meninggalkan Raya yang akhirnya mau tak mau harus menuju kantin seorang diri.

Langkah Sunny yang sedikit terburu-buru membuat ia hampir saja menabrak tiga orang yang hendak keluar dari dalam toilet. Yang rupanya adalah sosok Venus, dan kedua dayangnya.

"Ck." Venus berdecak. "Lo nggak punya mata ya?" Semprot nya kesal, yang bahkan tertabrak saja tidak.

"Punya nih dua." Sunny menyahut santai seraya menunjuk tepat pada kedua matanya. "Lo kali yang nggak punya, makanya nggak bisa liat mata gue."

Sekarang giliran kedua dayang Venus, yaitu Resi dan Vega yang tampak kesal dengan jawaban Sunny barusan.

"Jangan mentang-mentang lo ceweknya Sky, jadi bertingkah ya!" Sulut Resi berapi-api.

"Gue heran sama Sky. Kenapa bisa suka cewek kaya gini, sih?" Vega ikut menyambung. "Nggak ada apa-apa nya kalo dibanding Venus." Lanjutnya sarkastik.

Sunny menghela nafas panjang. Mendadak telinganya terasa berdengung mendengar ocehan ketiga cewek dihadapan nya yang tidak penting untuk ia tanggapi. Lagi pula, ada yang lebih mendesak saat ini.

"Ngocehnya lanjut ntar lagi deh. Gue udah kebelet." Tutur Sunny seraya buru-buru menyeruak masuk kedalam salah satu bilik toilet.

Entah disengaja atau tidak, Sunny bahkan menutup pintu dengan cukup kencang hingga Venus, Resi, dan Vega terlonjak kaget. Membuat ketiga cewek itu pun akhirnya pergi dengan perasaan dongkol.

Sekarang langkah Sunny terasa begitu ringan setelah keluar dari toilet. Seolah beban hidup telah sirna usai buang air kecil, yang ia tahan sejak setengah jam lalu.

Disepanjang koridor menuju kantin, cewek itu tanpa sungkan memberikan sapaan ramah pada setiap orang, yang bahkan tidak ia kenali sekalipun. Tapi memang begitulah kebiasaan seorang Sunny, hingga membuat ia dikenal sebagai sosok yang selalu ceria.

Ternyata suasana kantin sudah begitu ramai saat Sunny memasuki pintu. Hampir semua meja sudah terisi penuh oleh para murid yang mungkin tengah kelaparan.

Untung saja Raya menjadi salah satu dari sekian banyak penghuni kantin, yang menepati meja di bagian sudut. Membuat Sunny tak perlu lagi repot-repot mencari tempat, karena tentu saja ia akan bergabung dengan cewek itu.

Langkah Sunny yang hendak menuju ketempat Raya tiba-tiba terhenti saat seseorang menarik tangannya. Sunny menoleh, dan mendapati sosok Sky yang tengah duduk bersama para anggota Foxer, plus Venus dan kedua dayangnya.

"Gabung sini aja." Ajak Sky. Rupanya cowok itu sudah menunggu kedatangan Sunny sejak tadi.

Sesaat Sunny mengedarkan pandangan pada orang-orang yang duduk dimeja tersebut. Dan tentu saja tatapan tidak suka-lah yang ia dapatkan dari mereka.

"Nggak usah deh. Aku udah ditungguin sama Raya." Tolak Sunny dengan lembut.

Meski ingin menghabiskan waktu istirahat bersama kekasihnya, tapi ia cukup sadar diri untuk tidak menjadi seseorang yang tidak diinginkan disana.

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang