5 'Back side'

11 1 0
                                    

Sunny mengamati bayangan diri lewat pantulan cermin dihadapannya. Sekali lagi memastikan bahwa penampilannya sudah rapi, sebelum kemudian beranjak keluar tepat ketika jarum jam menunjukan pukul 06:00.

Kaki Sunny terhenti sedetik setelah ia menutup pintu kamar. Menatap sebuah ruangan yang tepat berhadapan dengan kamarnya, dengan perasaan yang begitu berkecamuk. Kemudian beralih menatap ruang diujung lorong, yang tak lain adalah kamar orang tuanya.

Sekelebat bayangan-bayangan kehebohan suasana pagi beberapa tahun lalu melintas dalam ingatan. Seolah memberi tamparan keras tentang bagaimana nuansa sepi yang hanya tersisa saat ini.

Sunny segera mengalihkan pandangan. Selalu saja hatinya terasa lara ketika berhadapan dengan situasi ini. Dengan cepat Sunny segera bergegas menuruni anak tangga, sebelum ia benar-benar terhanyut.

Waktu baru menunjukan pukul enam lewat. Tentu saja masih terlalu pagi untuk Sunny pergi ke sekolah. Ia memang sengaja bangun lebih awal untuk menyiapkan bekal yang diminta oleh Sky. Katanya cowok itu merindukan sandwich buatannya.

Dengan semangat Sunny meracik sandwich menggunakan bahan-bahan yang memang sudah tersedia di dapur. Dan tidak butuh waktu lama, makanan kesukaan Sky tersebut pun kini sudah tertata rapi didalam lunch box, yang segera ia masukan kedalam tas.

Sekali lagi Sunny menghela nafas ketika ia berbalik, menatap meja makan panjang yang berada dihadapannya. Dulu setiap pagi ruangan ini selalu terisi dengan kehangatan. Namun kini, hanya sepi yang teronggok disana.

Tak ingin berlama-lama, Sunny pun kemudian beranjak meninggalkan dapur. Melewati setiap jengkal ruangan yang menyisakan bayang-banyang bahagia. Berusaha dengan keras menyingkirkan segala bentuk duka meski dengan langkah tertatih.

Memang, butuh perjuangan lebih agar Sunny bisa terus bertahan melawan keadaan. Bahkan dadanya terasa sesak seolah oksigen yang ia hirup semakin menipis, setiap ia berada dititik ini. Namun sekali lagi, ia harus tetap menjadi kuat agar tidak benar-benar kehilangan segalanya.

"Kak, Ayah, Bunda... Senja berangkat dulu..." Ucap Sunny pelan, sebelum ia membuka pintu dan keluar dari rumah.


Bel istirahat menggema diseluruh penjuru sekolah. Membuat para murid segera berhambur keluar dengan begitu semangat. Meski matahari tengah berada tepat diatas kepala, namun untuk tetap berada didalam kelas bukanlah pilihan yang tepat.

Sky merapikan buku-buku diatas meja lalu memasukkannya kedalam tas. Kemudian tangannya beralih mengambil sebuah lunch box dari dalam tas tersebut. Mendadak perut cowok itu semakin lapar karena tidak sabar untuk menyantap makanan favoritnya.

"Sky ayo ke kantin." Tiba-tiba Venus berseru seraya menyentuh lengan Sky cukup keras. Membuat bekal yang dipegang cowok itu jatuh dan menumpahkan isinya.

Venus tampak terkejut, begitupun dengan Sky. Menatap sandwich yang sudah tergeletak dilantai dengan tidak berdaya.

"So-sorry, gue nggak sengaja..." Ucap Venus dengan menunjukan ekspresi yang begitu menyesal.

Sky segera tersadar. Lalu mengalihkan pandangan pada Venus yang masih tampak penuh penyesalan. "Iya, nggak pa-pa." Kata cowok itu seraya tersenyum.

Tentu saja Sky tidak merasa kesal pada Venus, karena memang ia tidak sengaja. Meski harus merelakan bekal dari Sunny yang berharga.

Rupanya sedikit kegaduhan tersebut membuat Resi, Vega, dan Benua yang juga masih berada di sana segera menoleh.

"Kayaknya Venus laper banget deh, sampe pengen cepet-cepet ke kantin." Resi bergumam, membuat Vega justru terkekeh karena tingkah lucu Venus.

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang