4

78 21 6
                                    

udah dua hari setelah insiden 'anjing gue mati.', gue masih sering liat liam ngabisin waktu di ruang musik.

bukan! bukan karena gue suka.
gue khawatir aja.

biasanya liam nongkrong di bawah pohon depan kantin bareng niall, harry, zayn, sama louis. terus nyanyi-nyanyi berisik. kalo engga, gangguin talia bareng niall. atau engga, biasanya dia jalan keliling kantin cuma buat nyapa siswa-siswi yang lagi makan sambil gossip di kantin.

gue sekarang lagi di kantin barengan talia, caca, dan eline. vio gak masuk, demam . udah dua hari.

"selamat siang, batang pohon kesayangan niall ganteng."

denger itu, gue, caca, dan eline langsung ketawa, sedangkan talia dengan cepat masukin gumpalan tissue ke mulut niall yang tadinya mau ketawa.

"PFTTTT!!" niall nyemburin gumpalan tissue tadi, "anjrit lo, ye."

talia muter mata dan lanjut makan mie gorengnya. niall tetep duduk di samping talia, ngeliatin talia makan. dua manusia ini, saling suka, tapi saling ga sadar. goblok.

louis dateng dan ngacak rambut caca, "pulang sama siapa?"

"gue," jawab eline sambil ngelirik louis dengan tatapan ngeledek.

"ya elah, lesbi lo? bareng mulu, nying," cibir louis sambil duduk di samping caca yang dibales sama jari tengahnya eline.

"liam mana?" tanya eline.

niall langsung nengok ke eline, "inget ada harry, malah nyari liam."

eline mendengus pelan, "kan, biasanya lo berlima udah kayak geng jamet."

"monyet, lo," cibir louis, "ahh! sakit, ca, astaga," lanjutnya lagi setelah caca nyubit perutnya.

"di ruang musik," jawab gue akhirnya karna gue liat niall dan louis gaada yang punya niat jawab.

talia yang tadinya masih fokus ngunyah langsung angkat kepalanya dan ngeliatin gue, yang kebetulan duduk di depan dia, "ada apaan lo sama liam?"

gue ngerutin kening, "gak ada apa-apa."

"kok bisa tau liam di ruang musik?" tanya eline.

"tadi liat," jawab gue.

"tumben merhatiin ruang musik. biasanya jalan langsung," niall mendelik ke arah gue yang langsung gue bales delikan balik.

gue berdiri dari duduk gue, "rewel lo semua ah, kayak gue abis bunuh anak orang aja."

gue ngelangkah pergi ninggalin temen-temen gue di kantin yang ngeliatin gue masih dengan tatapan penasaran. KENAPA SIH!?

"mau kemana, neng?" tanya zayn pas gue ngelewatin pohon tempat anak-anak cowok nongkrong.

"ke hatimu aja boleh, gak, mas?"

zayn ketawa, "yah, udah ada penghuninya, neng. kapan-kapan, ya."

gue pasang ekspresi cemberut, "yah, gimana sih, mas. gak nungguin eneng."

harry nyamperin gue dan jitak jidat gue pelan, "dimana-mana, eneng itu pasangannya abang, bodoh."

gue reflek cubit perutnya, "ranking lo aja di bawah ranking gue, ye, kribo. diem, deh."

sebelum harry ngebales gue lagi, gue lari kabur ke arah kantin indoor, mau beli siomay. kantin indoor siomaynya lebih enak.

"queenta!"

gue nengok dan dapetin liam di meja kedua dari ujung. gue ngelambaiin tangan sebentar sebelum akhirnya nyamperin liam.

"nih, gue pesenin siomay. baru mau ngechat lo tadi," ujar liam pas gue udah di deketnya dia.

gue duduk di depan liam dan ngangguk, "thank youuu, tau aja gue mau beli siomay," gue nyuapin satu siomay ke dalem mulut gue, "lo tumben gak di pohon."

liam nyengir, "masih berkabung gue."

gue cuma bisa geleng-geleng kepala aja denger responnya.

"anjing lo.. ce-we-ka atau ce-we-ka?" tanya gue sambil ngeja 'cwk'.

liam ngeliatin gue dengan raut malesnya, terus tangannya narik piring siomay, "nyesel gue beliin lo siomay."

gue ketawa dan narik piringnya lagi, "enak aja lo. udah dibeliin buat gue, berarti punya gue."

"anak-anak pada di pohon?"

gue ngangguk.

"lo kenapa gak sama temen-temen lo?"

gue dongakin kepala ke arah liam, "tadi gue abis dari sana. tapi siomay luar gak seenak indoor."

"ooh.."

gue balik makan lagi dan liam diem lagi sambil megangin fruit tea di tangannya.

gak lama kemudian, liam berdiri dan pergi. balik lagi sambil naro sebotol air mineral di depan gue. bertepatan sama gue selesai makan.

"thank you, lohh.."

liam duduk lagi di depan gue dan nyengir.

bzz
bzz
bzz
hape gue geter.

talia groods
ouch mau dong disamper ke kantin indoor
mau makan bareng juga nich
sekalian dibawain air mineral

gue langsung aja nolehin kepala ke sekeliling. bisa gue liat talia lagi berdiri di pintu kantin sambil ketawa-ketawa.

queenta
babi

"nanti pulang sama siapa?"

gue reflek lock handphone gue dan natap liam, "hah?"

"lo pulang sama siapa?"

"ohh," gue ngangguk, "kalo gak barengan talia, paling ojek."

"sama gue aja."

"hah?" tanya gue lagi.

"pulang sama gue, queenta. lemot banget, anjir," oceh liam.

"ya, maap, sih," bales gue, "tumben?"

liam diri dan gerakin kepalanya buat isyarat gue biar berdiri juga, "sekali-sekali sih, sewot bener."

gue langsung aja jitak kepalanya yang agak jauh dari jangkauan gue karena liam tinggi banget, "gak ada yang sewot ya, sapi."

"iya, gak?"

gue ngerutin jidat sambil nyamain langkah liam, "iya, apaan, ya?"

liam buang napas berat, "pulang sama gue, gak? buset dah, queenta. kok talia sabar punya temen begini."

gue cubit perut liam lagi.
"kekerasan dalam pertemanan, anjir!" omel liam.

"ya, lo nyebelin banget."

liam nyenggol badan gue, "lo lemot."

"lo rese."

"lo emosian."

"lo gak jelas."

"lo repot."

gue dorong badan liam ke samping, "lo yang repot!"

"bagian mananya gue repot?"

gue muter mata, "repot lah, diem di ruang musik meggangin tangan gue lima belas meni-"

"APA NIH, KOK ADA PEGANG-PEGANGAN TANGAN!?"

gue dan liam reflek nengok ke belakang.

louis.

anjing.

RUANG MUSIK ft. Liam Payne [ODS;4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang