Dua hari berlalu telah melakukan sebuah pencarian yang tak kenal lelah, beberapa korban kecelakaan terus ditemukan dan sementara Rindu belum mendapatkan kabar sedikitpun.
Randu yang seperti kehilangan semangat itupun tak tahu lagi perasaannya dan mogok tidur maupun makan, Putri yang datang seusai pulang sekolah bersama Jono membawakan makanan untuk temannya.
Mereka semua yang berkumpul telah makan tetapi Randu enggan memakan kebutuhan mentah, dia yang tak mau mendengarkan ocehan Putri terus berusaha melanjutkan pencarian.
"Ada baiknya kamu makan terlebih dahulu, memang kita sejauh ini bermusuhan tetapi urusannya mengenai sebuah kehidupan nyawa gak bisa lagi."
"Ya, tapi aku gak tahu di mana itu Rindu. Jujur kita bisa aja makan di sini, tetapi gimana dia? Apakah dia bisa makan atau enggak? Tinggal di mana?."
"Sekarang, kalau kita gak makan. Bagaimana mau cari Rindu jika kita sakit seperti ini? Justru kalau seperti ini kita malah sakit bakalan susah mencarinya, paham?"
Randu yang akhirnya menurut akan kemauan Danu untuk makan, dirinya yang berharap pencariannya itu membuahkan hasil. Tito yang sudah mencari pagi buta hanya berbekal beberapa tenda maupun perlengkapan berkemah saat ia pulang.
"Pak, kula ajeng pamit malih. Rindu rencang kula niku ical mboten wonten kabar."
"Ya ampun, le... Lah kabar ning tv kae sing angkutan jegur ning alas kae?"
"Nggih, pak. Kados pripun, Tito? Tim sar kaliyan sanese."
"Le... Gusti iku mboten sare, kabeh mau urusanmu ana jawabane ning Panggone Gusti. Sak susah-susahe manungsa gak bakal di tulung manut Kersane."
"Nggih, pak. Tito budal nggih, pangestunipun mugi-mugi rencang Tito asmane Rindu kados inggal kepanggih."
"Iya, le... Ati-ati, tapi weling bapak kowe ya sekolah. Bubar mulih salin goleki neh."
"Nggih, pak."
Tito yang sebelum melanjutkan perjalanan melakukan ritual doa terlebih dahulu, dia yang berkeyakinan temannya kali ini akan ditemukan mencoba mencari jalan lain.
Disamping dirinya telah usaha untuk mencari dengan menyewa sebuah drone, celengan yang seharusnya ia gunakan sebagai bekal memasuki bangku kuliah tapi harus dibongkar.
Tito yang memilih jalan hutan berlawanan dengan teman-temannya langsung menaiki sebuah pohon tinggi, dia yang mencoba mencari dengan drone tersebut.
"Rindu... Rindu... Rindu...."
Sebuah pelacakan semua juga dikerahkan polisi menggunakan anjing pelacak maupun lainnya, bahkan tak ada kesempatan bagi Randu untuk terus berusaha hingga larut malam.
"Apa aku meminta pertolongan pakai cincin ini saja ya? Lebih cepat pastinya, tapi bagaimana mungkin bisa?"
Randu yang berlari menjauh dari gerombolan tersebut mencoba menjilat-jilat cincinnya itu, keluarlah laki-laki tua itu bertubuh kekar.
"Ada perlu apa, bos?"
"Aku butuh pertolonganmu untuk mencari Rindu, sudah dua hari ini dia tidak ada kabar dan katanya ada angkutan masuk ke jurang ini."
"Apa yang bakalan kamu kasih ke aku? Tentunya semua itu tidaklah gratis."
"Apapun saja bakalan aku turuti, asalkan satu temukan dia."
"Baiklah, aku ingin kamu mencarikan aku anak kecil yang masih gadis. Aku akan menuruti kemauanmu."
"Gimana bisa? Ini di hutan bukan jalan biasa, gila aja kamu. Yang lain, kenapa sih?"
"Aku tunggu akan itu dan baru akan kucari setelah semuanya kamu berikan, gak peduli seberapa mudah atau sulitnya kamu."
Randu itupun tidak ada jalan lain untuk menemukan perempuan yang ia kagumi maupun cintai, sosok Rindu lah yang berhasil membuatnya jauh berbeda dengan sebelumnya.
Ketika semuanya sudah kembali ke tenda yang tersedia dari tim sar ia memberanikan diri pergi dari jalur yang telah diberi tanda silang untuk tidak diperbolehkan ke sana justru dilawannya, bahkan tak sengaja dia menemukan ponsel masih aktif dan meminta salah satu kontak di dalamnya untuk bertemu yang tak jauh dari hutan.
Orang yang dihubungi Randu itupun berhasil dikelabui untuk bertemu, tak disangka ternyata ada perawakan dua gadis cantik dan usianya masih terbilang perawan.
"Kau harus membuatnya hamil."
"Bagaimana bisa? Aku tidak tahu."
"Lakukan seperti biasanya jika kamu mau orang yang kamu cintai itu kembali."
"Baiklah."
Randu yang langsung menarik kedua gadis tersebut dan diikat maupun dibungkam rapat-rapat, tak ada rasa ampun nafsunya juga timbul.
Dia yang melakukan dengan membabi buta tak memedulikan sedikitpun, tak hanya itu saja Randu juga berhasil mengumpulkan beberapa perempuan untuk cadangan memuaskan nafsu maupun permintaan dari cincinnya.
"Kalian berdua jika masih mau hidup kumpulkan anak kecil yang seusia maupun dibawah kalian, jenis kelamin yang sama dan masih gadis. Mengerti?"
Sebuah anggukan petanda iya telah juga Randu lepaskan, dua orang perempuan yang selesai melepaskan kehausan Randu dibiarkan untuk mencari lainnya.
"Tunggu, aku akan mengawasi kalian. Sekarang, aku ikut kalian."
Randu bersama kedua perempuan itu terus mencari gadis yang diinginkannya hanya mendapatkan lima, tak lama berselang mereka disekap di hutan terlarang dan kebetulan dia membuat rumah gubuk sederhana.
Keberadaan tersebut berlawanan dengan Tito yang melibatkan kesederhanaan sekaligus Tuhan lebih bersemangat untuk proses pencarian, ketika rembulan jelas-jelas di tengah dan suara burung berkicau dan embus menusuk hingga membuat bulu kuduk berdiri tetap terus mencari tanpa lelah. Berbekal tenda kemah didirikannya sembari menyeruput air putih.
Randu yang menyekap tujuh perempuan termasuk yang sudah digrayahi itu mencoba menuruti segala kemauannya dan bahkan ketika bulan purnama para gadis satu per satu harus merelakan keperawanannya untuk dijadikan santapan kekuatan cincin merah delima tersebut dan membuat pemilik atau pemakai pusaka tersebut merasakan kemampuan diatas rata-rata, Randu yang mengikuti arahan yang pernah ia baca di internet jauh hari dan mengikuti ajian tersebut berhasil memperdaya jin-jin maupun setan yang di hutan untuk membantu proses pencarian Rindu.
"Wahai pemilik hutan baik jini maupun setan, aku Randu Wisanggeni pemilik dan pemakai raja cincin merah delima. Aku perintahkan kalian untuk mencari perempuan yang aku cintai dan aku ingin miliki. Jika kalian berhasil mendapatkannya akan kuberi sepuluh gadis untuk sesajen setiap malam jumat maupun malam bulan purnama, apabila aku melanggarnya aku siap dihukum raja kalian ki cincin merah delima."
Perkataan yang keluar dari lidah seorang Randu membuat suasa gelap dengan padang rembulan menjadi gelegar petir dan angin ribut tanpa hujan, para perempuan yang dijadikan tumbal tujuh masih dirasa kurang dan tetap keinginannya masih bersisi kukuh untuk menemukan Rindu dengan cara apapun termasuk berkorban dengan dirinya sendiri.
"Aku akan menemukanmu sayangku, Rinidu. Tak akan kubiarkan lidahku berhenti untuk melakukan sebuah ajian sebelum kamu benar-benar menjadi milikku seutuhnya baik menjadi kekasih maupun menjadi istri dikemudian hari. Lidahku akan kaku seperti bongkahan es jika tak berhasil mendapatkan kegadisan dari paras wajah cantikmu sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LATHI
Terror(Kowe ra iso mlayu saka kesalahan, ajining diri ana ing lathi) "Kamu tidak bisa berlari meninggalkan sebuah kesalahan, harga diri seseorang terletak pada lidahnya." Seseorang yang melakukan sebuah kesalahan fatal berharap kekuatan, kewibawaan, kekay...