Menemukanmu

5 0 0
                                    

Dinding-dinding penuh dengan poster seorang idola maupun foto-foto kebersamaan para sahabatnya, jendela yang terbuka lebar di ruang lima kali lima meter itu.


"Randu... Ayo bangun, udah siang ini. Katanya mau ada OSPEK, harusnya bangun lebih awal." "Nanti dulu saja, ma... Lagian juga kita keluarga berada gak mungkin aku dihukum."


Mama Widya yang menarik selimut Randu akhirnya berhasil membuat terbangun dan barulah sekitar lima belas menit menemui keluarganya di bawah, ia sedikit masih kesal bahkan wajahnya cukup muram.


Papa Dandi yang sudah selesai menyantap sarapan lebih dulu selalu tidak pernah menyempatkan diri untuk mengobrol dengan anaknya, tetapi lain halnya mama Widya tak pernah absen memberikan candaan maupun menyiapkan segala kebutuhan tiap dibutuhkan. Dengan mengenakan sepeda motor ninja yang baru dibelikan papanya itu sebagai hadiah kelulusan,wajah yang dioles-oleskan cream wajah sebelum berangkat itu membuat mama Widya tertawa melihat tingkah anaknya.


Perjalanan yang memakan waktu cukup lama masih membuat Randu bersantai-santai begitu saja, ini tidak cukup juga memasang earphone di telinganya dengan volume cukup keras. Randu yang mengendarai motor dengan kecepatan sedang tiba-tiba saja ia melawan arus di persimpangan jalan raya, dan ada seorang perempuan mengendarai sepeda tua ditabraknya. "Kalau naik motor itu mikir dong, lihat kamu itu ngelawan arus!" Perempuan itu terus menerus mengomel ke arah Randu, tetapi tak mendengar dan malah justru bangun dari jatuh langsung mengelap kendaraannya.


Tanpa sedikit banyak waktu dia pergi dengan sombongnya dan melanjutkan perjalanan ke sekolah, tetapi dalam sebuah pemikiran Randu memikirkan perempuan yang baru saja mengalami jatuh karenanya.


"Bego sekali aku, kenapa aku tinggalkan dia? Seharusnya aku minta maaf ya, meski kurus dia cantik juga." Randu yang masih di parkiran sepeda dan duduk di motornya melamun begitu saja. "Hey bro, ngalamun melulu dari gue kenal sampai sekarang mana tadi lo duluan yang berangkat," "Kampret, ngagetin aja." "Lagian lo juga pagi-pagi juga udah ngelamun, mikirin cewek ya? Yang mana ini? Atau jangan-jangan ada mangsa lagi? Bagi satulah."


Disaat semua diminta untuk segera ke aula melakukan acara ospek sekolah, Randu terus menerus memikirkan perempuan yang ditabraknya pagi tadi. Sahabatnya itu telah merasakan aneh disaat lamunan temannya itu baru dirasa pertama kali.


Acara yang sudah dimulai itu tetap saja membuat Randu dalam lamunannya, sahabatnya sudah menegur berulang-ulang tetapi masih mengeyel.


"Aku tidak bisa terus-terusan begini, tadi aku salah tahu, To." "Kenapa sih bro? Tito gak paham." "Aku tadi nabrak orang." "Terus mati?" "Ngawur, belum juga selesai." "Ya dah lanjut, bro." "Aku nabrak dia tapi aneh langsung main cabut gitu aja, ya cuma lihat sedikit sih dia gak papa." "Body, body semok gak ni? Cantik banget pasti, secara mata ranjang lo itu gak pernah lewat kalau pasal begituan." Mereka yang bercerita panjang tiba saja sambutan meriah dengan greget tepuk tangan, hal itu membuatnya kebingungan sendiri dan melihat kiri kanan lalu mengikuti lainnya. "Ada apa sih?" "Gak tahu bro."


Tak disangka-sangka kemunculan perempuan yang berada di depan telah membuat teman-teman laki-laki semua menertawakan dan membuat suasana gaduh tawa, sementara itu hanya satu laki-laki tak tertawa.


Seorang perempuan yang memiliki rambut panjang dengan ikatan dikepang, mengenakan kartu identitas dari kardus berisikan nama; kelas; hobi; dan cita-cita.

LATHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang