9

3.8K 119 11
                                    

Delvin Will

   Sebenarnya gue bingung harus bilang apa sama Maysa sekarang. Dia sudah terlanjur tau semuanya, dan yang tambah gak enak adalah dia tau itu dari mulut orang lain bukan dari mulut gue langsung.

Satu bulan kemarin saat terakhir kali gue liat dia bercanda akrab sama Romi gue fikir Maysa sudah bahagia dengannya.  Jadi, gue mutusin untuk ngejauh sebentar dari dia.

Dan kalian harus tau, itu sulit banget.

Kenapa sulit? Alasan pertama adalah karena gue selalu ngeliat dia di sekolah. Di manapun dia berada, dan yang bikin tambah terpuruk karena setiap kali gue ngeliat dia, dia pasti lagi tersenyum ceria sama teman-temannya.

Alasan kedua adalah Romi. Setiap gue lagi sama Romi pasti yang kelintas di otak gue adalah saat dia dan Maysa ketawa bareng dan gak tau gimana-- mereka bisa pegangan tangan di tangga. Susah baget buat ngelupain kejadian itu.

Dan yang terakhir yang gak bisa gue pungkiri sendiri, gue cinta sama Maysa.

Dan sekarang gue disini di hadapan dia, gue bingung harus bilang apa. Harus jelasin gimana biar dia ngerti. Sekarang, sudah ada senyum yang lebih menyejukkan hati gue.

*

Delvin menggeleng tak percaya dengan apa yang ia lihat barusan, Maysa? Romi? In relationship? Gak itu pasti gak mungkin.

Rika. Dia tengah berada di sebelah kanan Delvin yang entah sudah berapa lama dia disana. Matanya menatap lurus ke depan tidak perduli akan kehadiran orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Seketika itu juga kepala nya menoleh.

"Lo tau gak sih rasanya patah hati?" Dia ngomong sama gue?

"Akhir-akhir ini itu yang lagi gue rasain. Patah hati sama teman yang gue kira dia bakal ngebahagiain orang yang gue sayangi." Dia mengambil nafas panjang.

"Tapi nyatanya dia malah nyia-nyiain gitu aja. Dan sekarang orang yang dia sia-siain ada disini."

Delvin berfikir sejenak.

Rika bergegas bangkit dari potongan batang kayu yang ia duduki tadi, hendak bergegas pergi. Namun dengan langkah cepat Delvin menyusulnya dan menarik tangan kanan Rika. "Lo suka sama gue Rik?" Rika tersenyum masam.

"Apa ngaruh kalo gue bilang iya?" Delvin memandang Rika miris. Pikirannya baru terbuka sekarang, kalau selama ini ada seorang gadis yang tulus menyukai nya tanpa harus di minta dan di kejar. Masih ada gadis yang peduli dengannya walau tak pernah di lirik sama sekali olehnya.

Tapi kenapa dia gak bilang?

"Kenapa?"

Rika mengernyit tak mengerti. "Gue tau waktu itu lo suka sama Maysa, jadi gue biarin dulu. Dan setelah gue pantau gue kira kalian bakal jadian, karena yang gue liat kalian begitu dekat."

"Tapi setelah gue liat lo gak dapet respon berarti dari Maysa, so gue mutusin buat ngerebut  lo dari dia. Dan langkah pertama yang gue lakuin-- ya waktu lo minta izin ke bu Mar, dari situ juga gue dapet omelan lo untuk pertama kalinya."

Delvin ternganga. Ia hanya bisa menatap dan mendengar semua penjelasannya tentang perjuangannya agar bisa dekat dengan Delvin. ia gadis yang tangguh dan pemberani untuk bisa mendapatkan apa yang di inginkannya. Dan kenapa Delvin tak pernah sadar, Ya Tuhan!

"Lo mau nyoba?" Seketika itu juga Delvin melihat ekspresi Rika berubah menjadi raut wajah yang tak percaya. Ya mungkin juga karena Delvin mengatakannya terlalu mendadak, Dan cenderung tak berfikir panjang.

tapi dari pada gue harus nunggu cinta yang gak pasti gue dapet.

Senyum di wajah Rika merekah lalu dia menganggukkan kepalanya. Delvin menggenggam tangannya dan ikut tersenyum. Setidaknya Delvin juga ingin belajar melepas dan merelakan Maysa melalui Rika.

Gue harap gue gak salah milih keputusan.

*

"Yang lo bilang tadi bener May." Maysa diam. Dia hanya menatap ujung sepatunya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Dan sampai saat ini masih" gue harus bisa jujur sama dia, supaya hati gue bisa lega. " tapi gue berusaha untuk mengubah itu."

Sontak kepala Maysa terangkat dan dahinya mengernyit. "Mengubah?" Delvi  mulai pesimis hal ini akan berhasil.

"Gue sadar kalo lo gak bakal bisa nerima dengan mudah keadaan gue di sekitaran lo, jadi gue pesimis untuk memperjauanginnya."

"Maksud lo apa sih vin?" Nada bicaranya sudah terdengar tak suka akan hal ini, dalam hati Delvin meringis meratapi kisah cintanya yang ternyata serumit ini.

"Gue mutusin buat mundur May, masih banyak cowok yang lebih baik buat lo"

Hening

Delvin dapat melihat tatapan mata Maysa yang nanar dan mulai berair, Delvin menjadi tak tega untuk meneruskannya, tapi ia juga tidak bisa berhenti. "Lo tenang aja, kita masih bisa jadi teman oke!"

Delvin memutuskan untuk bangkit dan menepuk puncak kepala Maysa dengan sayang seolah ini adalah hal terakhir yang bisa ia lakukan untuk Maysa. Sementara itu Maysa hanya bisa menundukan kepalanya tak kuasa menatap mata Delvin.

Mungkin ini yang terbaik untuknya, masih ada orang lain yang bisa membuat senyumnya merekah kembali.

"Semoga lo bahagia juga vin," Delvin tersenyum lalu berjalan meninggalkan Maysa sendirian di bawah pohon yang rindang itu. Maysa pun melepas tangisannya dengan lepas tak peduli ada orang yang akan mendengar atau tidak. Yang ia fikirkan sekarang adalah bagaimana cara untuk move on.

Maaf May...

***

Gimana part yang ini?
Maaf bahasanya ancur, saya pake bahasa ini karena ini pov nya Delvin jadi mohon dimaklumi aja, masih new bie juga kan.

Vote comment please...

-az

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad School BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang