6

2.8K 129 1
                                    

Maysa TS

   Setelah lelah berguling-guling di atas kasur ber seprai biru langit, Maysa memutuskan untuk berhenti dan berbaring telentang menatap langit-langit kamar sambil mengingat apa perkataan Romi tadi siang di lobby sekolahnya. Ia bangkit dan meminum segelas air yang ada di meja sebelah ranjangnya untuk meredakan hawa panas yang terkumpul di kepala cantiknya.

Romi udah gak waras kali

*

"Jadi..."

Maysa mengangguk antusias menunggu perkataan Romi selanjutnya karena ia berfikir itu pasti penting dan sangat rahasia, jarang-jarang kan' ia bisa di beri tahu sebuah rahasia, biasanya ia adalah orang yang paling tak bisa di percaya, you know lah karena apa.

"Gue mau minta tolong sama lo" ujar Romi sambil kembali bersender di sofa lobby itu.

"Ogah ah lo kan kalo minta tolong ke gue yang aneh-aneh" sungut Maysa mengingat apa saja yang ia lakukan untuk membantu Romi. Ia menggelengkan kepalanya.

Ia tak akan mau membantu Romi lagi kali ini.

Pundak Romi langsung meluruh badannya lemas seketika melihat Maysa menolaknya "ayolah May.. bantu gue kali ini aja" tak lupa Romi memasang wajah melasnya, hanya ini jurus terakhir untuk membujuk Maysa kawan lamanya yang cantik juga menurutnya.

"Gimana gue mau bantu lo! Terakhir kali aja gue bantuin lo, gue harus berdiri di pinggir jalan make kostum badut"

"Tapi kan itu juga buat galang dana buat korban bencana alam May.."

Setelah hening beberapa saat diantara mereka berdua, akhirnya Maysa mengangguk walau ia juga menghela nafas berat. "Jadi apa yang mesti gue lakuin buat lo?" Tanya Maysa acuh.

"Nah tugas pertamanya--"

Maysa membulatkan matanya tak percaya "Hah! Tugas pertama! Sebenarnya gue punya berapa tugas huh" Ia mendengus frustasi Romi ini adalah teman yang menyenangkan hanya pada ada kalanya saja.

"Banyak sih kayanya. Yang penting sekarang lo kelamatin seseorang yang lagi disana." Romi bangkit dan menarik tangan Maysa untuk pergi meninggalkan lobby tersebut.

*

   Dua orang siswa laki-laki sedang duduk bersebelahan, yang satu ber wajah lebam sedangkan yang satu lagi sedang melihat langit-langit ruang BK sekolah barunya itu. "Jadi Delvin kamu punya saksi kalau yang di katakan wibi itu salah?" Tanya seorang guru BK dihadapannya.

"Mm, engga bu" jawab Delvin santai sedangkan Wibi yang berada di sebelahnya hanya mendecih meremehkan ia merasa kalau Delvin itu meremehkan hukuman dari guru BK disekolahnya ini. "Jadi kamu mau nerima hukumannya aja?"

Delvin sebenarnya tak ingin di hukum seperti yang sudah-sudah di sekolah terdahulunya. Ia sudah merasakan berbagai macam hukuman mulai dari yang mainstream sampai yang anti mainstream. Jadi, ya buat apa ia mengelak toh juga nanti hanya mukjizat yang akan bisa menolongnya.

Tiba-tiba pintu ruang BK tersebut terbuka memunculkan sosok perempuan yang wajahnya nampak gugup yang kentara. Dengan langkah pasti ia mendekat ke arah sang guru, menghiraukan pandangan dua orang lelaki lainnya.

"Mau apa kamu kesini Maysa? Mau konsul lagi?"

Seketika langkah Maysa terhenti. Baru mau ngomong aja udah ditanyain.

"Eh, itu bu saya mau jadi saksi buat... dia!" Maysa pun menunjuk Delvin dengan seketika dan dia berdoa semoga kali ini ia melakukan tugasnya dengan benar.

"Baiklah, silahkan tuurkan kesaksian kamu"

Detik demi detik menit demi menit akhirnya terlewati, terhitung 15 menit sudah Maysa mengutarakan kesaksian untuk Delvin dan membuat bocah itu terbebas dari hukuman walau sebaliknya untuk Wibi.

Mereka pun keluar bersama dari ruang BK dengan wajah sumringah untuk Maysa dan datar untuk Delvin. "Kesaksian lo aneh" seru Delvin tiba-tiba.

"Ya, tapi kan lo bisa bebas intinya gitu aja kan"

"Tapi kalo kaya gitu mending lo gak usah bantuin gue deh bikin image gue jelek nantinya" Delvin dan Maysa pun saling bertatapan tajam tak peduli ada siswa yang lain di sekitarnya.

Ya, kalian bayangin aja masa si Maysa bilang kali mereka berantem gara-gara ledek-ledekkan siapa yang paling ganteng? Gausah ditanya juga gue lah jawabannya fikir Delvin dalam hati.

"Seharusnya lo tuh berterima kasih sama gue!" Teriak Maysa pada akhirnya yang sudah tak kuasa menahan emosinya. Dengan pelan Delvin mendekati maysa yang dihadapannya dan berucap pelan yang mungkin hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya "gue gak butuh bantuan lo"

Mulut Maysa terbuka tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan, sementara Delvin sudah berbalik meninggalkannya dengan cara berjalan yang sangat percaya diri dan senyum yang mengembang ia merasa bangga terhadap dirinya sendiri. Kali ini misi pertama Delvin, selesai.

Akting yang bagus Delvin


***

Gimana, udah dilanjut kan...
Jadi, vote commentnya please
Kurang panjang? Bilang aja, keluhan ditampung kok

Bad School BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang