2

17 2 0
                                    

Hari ini lea tak menangkap bayangan ralin dimanapun. Ia berusaha tak peduli namun bagaimana pun ia tetap menyayangi sahabatnya itu. Dari awal kuliah pertemuan sampai kebersamaan dengannya tak pernah ada yang terlupa satupun.

Sementara itu hari ini Ralin tak berniat melangkahkan kaki ke kelas. Ia hanya berdiam diri di luar dan duduk dibangku taman. Karena tiba tiba hujan ia akhirnya masuk dan terpaksa berteduh. Ternyata ruangan yang ia masuki adalah tempat latihan boxing. Melihat samsak ralin tertarik dan menyentuhnya, ia perlahan menghujamkan kepalan tangan ke samsak. Karena ruangan cukup gelap tanpa ia sadari ternyata dibelakang sudah ada orang yang mengamati namun ia kemudian pergi keluar. Terkejut karena mendapati orang lain ralin akhirnya keluar, namun ia berjalan tergesa gesa dan menabrak punggung orang yang pertama keluar dari sana.

"Ah, maaf.." ucap ralin karena telah menabrak punggung laki-laki itu.

Laki-laki itu berbalik dan kemudian menyadari siapa orang yang bicara. "Hmm.. kamu boleh lebih lama kok disini, ruangannya kosong.. oh iya, aku juga sekali lagi minta maaf buat yang kemarin.."

Ralin menyadari laki laki yang ada di depannya ini orang yang menjatuhkan buku kemarin. Kris, kakak tingkat sekaligus seniornya. Karena tak sengaja bertatapan suasananya menjadi sangat canggung.

"Ohiya ralin kan? sepertinya kamu dicari pak ardi beliau ada jadwal di fakultas hari ini jam 1.."

"Mm.. ok."

Ralin pergi. Ditengah hujan gerimis Kris, hanya bisa memandang punggung ralin yang mulai menjauh.

---

Hari menjelang sore ralin berniat pulang. Ia berjalan pulang sambil sesekali memikirkan kejadian tadi siang..

Ternyata beasiswanya ditarik. Harus bagaimana ia tak tahu.. setelah menerima kabar itu ia keluar dari ruangan secara tiba-tiba. Ia mengeratkan kepalan tangannya. Ia menarik nafas dan kembali ke dalam untuk mengambil berkas yang tertinggal dengan tenang. Namun perkataan seseorang menahannya.

"ralin, apa kamu sudah pulih betul dari kecelakaan itu?"

Ralin hanya menjawabnya dengan kata "permisi" kemudian pergi meninggalkan ruangan.

Ralin berjalan gontai di trotoar tiba tiba ada motor yang mendekat.

"mba.. eh.. kak.. maaf soal yang kemarin.." ujarnya sambil melepas helm. Karena hampir saja kemarin ralin terserempet oleh nya.

Ralin berusaha menghindar namun tangannya ditahan laki laki berseragam itu. Ralin memandangi anak sekolah itu.

---

"Oh iya kak kenalin.. felix.." ia mengulurkan tangannya.

"Gak nanya.." jawab ralin acuh tak acuh. Pertama dengar, namanya mirip karakter kucing. Anak itu menahan ralin untuk pergi ke halte sesaat kemudian ralin mendengar suara perut orang didepannya itu. Entah kenapa ralin jadi iba, meski anak itu punya postur tinggi tapi dia cukup kurus. Felix hanya bisa tersenyum kaku karena menyadari suara perutnya. Akhirnya ralin minta diantar kerumah, dengan sukarela felix mengantarnya dan berujung dimasakkan mie oleh ralin.

Diteras mereka berdua makan mie. Karena tidak disambut baik, Felix mengurungkan niatnya untuk menyalami beralih melahap mie nya hingga habis.

"Makasih kak makanannya.."

"Lu kelas berapa?" ralin bicara asal sebenarnya.

"Dua belas, btw kak titip motor disini ya.. habis nanti takut dijabel bokap.." Ujar felix.

Orang mana yang  percaya nitip motornya cuma gara gara takut ditahan orang tua. Anak aneh.

Ralin berfikir sejenak.

"kalo lu yakin, boleh.. tapi gapapa kan gue pake motorlu?" ralin menebak pasti anak ini ragu kalo dia menyebutkan permintaan seperti itu, dan beralih urung untuk menyimpan motornya.

"Kopling loh.. lu beneran bisa? Kalo lu bisa terserah deh, gue titip kuncinya juga disini.."

"Hah? Trus lu pulang gimana?"

"Mau jalan aja.. orang cuma kehalangin satu blok doang.. pergi dulu ya.." felix tersenyum kemudian pergi. Sementara Ralin bingung sendiri melihat sikap anak itu.

---

Vomment ya :) thanks~

Only You || BangchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang