4

16 1 0
                                    

Reno tidak terlalu berniat kuliah bahkan mungkin ia tidak mau. Hanya saja orang tuanya memaksa. Orang tuanya susah payah melakukan sedikit profiling (hampir seperti penyelidikan tentang karakter biasanya ditemui di satuan khusus polisi) hanya untuk mengetahui minat dan bakatnya. Dilahirkan di keluarga berada memang tampak menguntungkan, orang tuanya bisa melakukan apa saja karena bergelimang harta. Termasuk untuk menyekolahkannya. Pilihan orang tuanya jatuh pada tempat kuliahnya sekarang. Reno akan bekerja keras apabila ia tertarik. Rasa tertariknya memang jarang muncul, ia lebih pasif dan melakukan apa-apa semaunya.

"Ren.. berangkat?" Ucap ibunya sambil seraya menuangkan air di meja makan.

"Hmm.."

"Si bungsu masih aja tidur.. ah, ibu gak sanggup kalo harus bangunin dia lagi.. bisa gak ka--?"

"aku pergi.."

"Hmm ok hati hati ya ren.." ibunya masih bisa melihat anaknya pergi dengan senyum.

Reno makin sering bolos karena ia tak menjumpai orang yang ingin ia temui. Sudah 3 hari Ralin tidak menampakkan batang hidungnya. Ia hanya pergi ke perpustakaan meskipun sebetulnya ia jarang menghabiskan waktu untuk membaca disana. Hanya sebagai pelarian. Terkadang ia pergi ke lapangan tenis fakultas karena tempat itu tidak ramai dan ada bangku panjang yang bisa dipakai berbaring di pinggir lapangan. Rooftop? Ia tak berniat melangkahkan kaki kesana lagi setelah ia melihat ralin pergi dengan tergesa gesa. Ia benci ketinggian.

Sementara itu seharian ralin mencari lowongan kerja part time setelah beberapa hari kemarin ia pergi keluar kota untuk pergi ke makam orang tuanya dan mengunjungi kerabatnya. Seperti biasa ralin menyempatkan diri ke kampus karena tidak mau pulang lebih cepat.

Entah kenapa kakinya menuntun ke tempat latihan boxing. Lagi.

Seperti biasa ruangan itu gelap, agak menyeramkan, karena cahaya hanya bisa masuk jika membuka pintu gerbangnya yang lebar. Seperti biasa ralin tertarik pada samsack dan memukulnya sembari bermonolog dimana ia bisa mendapatkan pekerjaan

"Kamu.. ralin?"

Ralin kaget dan melihat sekeliling namun terlalu gelap. Seseorang menyalakan lampu ternyata kris yang ada disana. Kris yang tadi bertanya.

"Bener ternyata.." ujar kris kemudian ia duduk

"Tempatnya mau dipake? Kalo gitu--"

"E-enggak kok.. kapan pun kamu boleh kesini.."

Situasi mendadak hening ralin merasa sangat canggung.

"Hook"

"Iya kak?" Ralin refleks menjawab.

"Pukulan kamu tadi.. itu hook."

Ralin mengiyakan dalam hati karena ia tak tahu dan tak mengerti.

"Kamu bisa diam disini lebih lama.." kris keluar meninggalkan 3 selebaran di tempat duduknya. Karena melihatnya dan menduga itu benda yang penting ralin mengambil dan bermaksud mengembalikannya. Ternyata itu brosur lowongan kerja. Ralin berteriak memanggil kris dan berlari keluar. Kris sudah tidak ada disana. Ralin menebak kris tidak membutuhkannya, ia merasa terbantu dan berharap bisa bekerja. Sementara itu Kris mengamati ralin yang tersenyum dari jauh. Kris merasa puas, tak sia sia tadi ia menyimpan selebaran yang ia terima kemarin. Kemudian ia pun pergi.

Ralin melangkah dengan ringannya ke arah halte. Kris memperhatikan ralin yang mendekat kearahnya.

"Heh.. ralin."

Seseorang menghampiri ralin melihat wajahnya yang tertutup topi dan membuka topi hitam yang selalu ralin pakai.

"Bener tenyata.." Reno memakai topi ralin dan pergi berjalan terburu buru berlawanan arah sambil tersenyum.

"Reno.. apaansi lu?"

Mau tak mau ralin pergi untuk mengejarnya.

Kris yang hanya bisa melihatnya dari jauh terpaksa beranjak pergi, karena bus yang ia tunggu telah sampai.

---

halo yang udah baca sampai sini.. tolong vomment ya demi kesejahteraan bersamaa :)

Only You || BangchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang