[ 6 ] : Boronan Saranjana

171 19 17
                                    

Tujuan Rian ke kota Saranjana adalah untuk mencari keberadaan Riana. Ia pun keluar dari apartemen itu dan berjalan ke pusat kota. Banyak kendaraan yang berlalu-lalang, gedung-gedung mewah yang menjulang tinggi serta orang-orang yang tampan nan cantik.

"Ini kota yang di maksud dengan Riana?" Rian menatap sekeliling, ia melihat betapa indahnya kota itu.

Namun, anehnya orang-orang di sekitar terus menatap Rian dengan tatapan yang tidak bisa diartikan dan cenderung aneh.

Rian 'tak mau ambil pusing dan terus berjalan di kota itu, ia masih menatap kagum atas keindahan kota Saranjana ini. Padahal hanya pulau kecil yang sangat mustahil terdapat kota sebesar dan secanggih Saranjana. Benar-benar suatu hal yang 'tak disangka.

Tiba-tiba Rian merasa lapar, perutnya keroncongan karena sejak kemarin belum makan. Ia pun terus berjalan untuk mencari makanan di sekitar. Cacing-cacing di perut sudah berbunyi minta diisi.

"Di daerah sini ada 'kan, ya, tempat makan? Warung-warung kecil aja nggak papa deh." Rian bermonolog pada diri sendiri sembari terus berjalan.

Hingga akhirnya, manik matanya yang legam menemukan tempat makan kecil yang ia cari sedari tadi. Rian berlari kecil menuju warung makan itu, dan setelah sampai, ia segera memesan makanan yang tertera di menu makan warung itu.

Dahi Rian mengerut. Menunya aneh banget. Gak ada ayam goreng apa? Walaupun menu yang tertulis di sana aneh dan tidak satu pun ia ketahui, tapi mau tidak mau ia tetap membeli demi mengisi perutnya yang sudah kelaparan.

Ya, setidaknya dia tidak akan mati hanya karena memakan makanan-makanan aneh ini.

•••

Lima belas menit kemudian Rian sudah menghabiskan semua makanannya. Meski rasa makanan itu agak aneh, tapi semua habis karena ia sangat lapar. Selain itu ia juga harus mengisi energi sebagai bekal untuk mencari keberadaan Riana.

Setelah membayar, Rian segera pergi. Ia bingung sebenarnya mau berjalan ke arah mana untuk mencari Riana, tetapi ia terus melangkah.

Jika dihitung-hitung, saat ini mungkin Rian sudah berjalan sejauh 300 kilo meter. Peluhnya menetes dari dahi. Entah ada di mana saat ini sosok Riana. Namun, Rian 'tak mau menyerah.

Lo di mana, sih? Gue udah di Saranjana, tapi tetap belum bisa nemuin lo.

"Tangkap dia!"

Rian terbelalak saat lelaki bertubuh tegap nan besar menunjuk ke arahnya. Ia tidak tahu siapa lelaki itu. Namun, pakaiannya terlihat seperti seorang aparat pelindung negara lengkap dengan senjata aneh di pinggangnya. Mungkinkah itu polisi?

Kenapa mereka kejar gue? Rian reflek berlari sekencang mungkin untuk menghindari tangkapan lelaki itu beserta rombongannya.

Rian benar-benar 'tak paham mengapa tiba-tiba ia dikejar begitu bak seorang buronan. Atau mungkin ....

... karena gue melanggar aturan pria itu? Sialan! Gue mandi dan makan di kota ini.

Bagaimana dengan Riana? Apakah perempuan itu juga bernasih sama sepertinya?

Gue gak mau tertangkap. Gue harus ketemu lo gimana pun ceritanya.

-tbc-

Kira-kira Rian bakalan ketangkap gak, ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira-kira Rian bakalan ketangkap gak, ya?

Pruja SaranjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang