ten

2.4K 322 28
                                    

"Bin, serius lo mau nemenin gue disini?" Tanya jay. Soobin yang sedang duduk bersandar di sofa sambil memainkan game di ponselnya hanya mengangguk tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Serius?" Tanya Jay lagi. Kali ini Soobin menghentikan gamenya lalu mengalihkan pandangannya pada temannya yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Menurut lo? Emang siapa lagi yang mau nemenin lo disini?"

"Ya, gue bisa sendiri kali"

"Oh, kalo gitu coba berdiri terus ambil nih gelas" Soobin menyodorkan gelas kopinya di atas meja. Menatap remeh tangan dan kaki temannya yang di balut gips. Yang ditatap hanya tersenyum bodoh.

"hehe, kan gue gak enak aja sama lo"

"Gak enak gak enak. Tapi pagi-pagi telpon gue." Cibir soobin.

Tadi pagi-pagi sekali Soobin mendapat telepon dari rumah sakit yang mengabarkan temannya kecelakaan. Karena itu soobin berangkat lebih awal untuk mengurus Jay dirumah sakit.

"hehe, tapi beneran gak papa kan?" Tanya jay lagi.

"Apanya? Balas Soobin.

"Lo temenin gue"

"Ya gak papa lah lagian cuma sampe orang tua lo dateng besok pagi gue langsung pulang" ucap Soobin, kembali memainkan gamenya lagi. Jay hanya mengangguk.

Hening, sampai suara pintu dibuka mengalihkan perhatian mereka. Jungwon masuk diikuti Jeno dibelakangnya sambil menarik ke atas kerah belakang Jungwon.

"Jay! Gue bawa bayi kelinci buat lo" Jeno setengah berteriak.

"Akhirnya pacar gue dateng juga" ucap Jay.

"Bilang apa lo sama gue?" Jeno mendudukkan dirinya disebelah Soobin.

"Makasih om Jeno. Kok lo bisa sama pacar gue datengnya?"

"Sembarangan panggil om. Kita ga bereng sih sebenarnya gue nemu didepan lobi tadi"

"Hehe, bagus deh. Sini sayang" Jay menyuruh Jungwon duduk di dekatnya.

"Sayang sayang, emang udah jadian?" Tanya Soobin yang sudah mematikan gamenya.

"Enggak. Siapa juga yang mau jadian sama dia" ucap Jungwon sambil menunjuk Jay.

"Kok gitu sih sayang" Jay menunjukan wajah sedihnya.

"Apasih sayang sayang. Nih buah dari halmoni. Katanya cepat sembuh biar bisa anter halmoni ke pasar lagi" Jungwon meletakkan paper bag nya diatas nakas lalu duduk di kursi sebelah ranjang Jay.

"Dari halmoni aja? Kamu gak?" Tanya jay.

"Gak" jawab Jungwon ketus membuat Soobin dan Jeno yang sedari tadi menyimak tertawa puas tidak merasa iba dengan temannya.

***

"Hyung, bagaimana? Sudah bisa?" Jungkook bertanya pada suaminya, wajahnya menyiratkan kekhawatiran menatap Taehyung dan mendapat gelengan dari suaminya.

"Mungkin mereka sudah tidur, lagi pula ini sudah larut malam" Taehyung berusaha menenangkan istrinya.

Tadi Jungkook terbangun tiba-tiba lalu menghampiri Taehyung diruang kerjanya. Meminta suaminya mengecek keadaan anak-anaknya.

"Hyung perasaanku tidak enak, aku takut Soobin sakit lagi atau yeonjun kenapa-kenapa. Aku ingin pulang sekarang." Matanya berkaca-kaca, sungguh perasaannya tidak tenang sekarang. Ia sangat khawatir dengan kedua anaknya dirumah. Terlebih Taehyung bilang Yeonjun mudah sakit, ia juga khawatir dengan Soobin. Ia takut anaknya itu berbuat ulah selama ia pergi.

"Tidak, aku yakin mereka baik-baik saja. Tenangkan dirimu oke?" Memeluk istrinya agar tenang. Walaupun ia juga merasakan hal yang sama. Entahlah perasaannya tidak tenang dari sore tadi.

***

Yeonjun mengeratkan pelukan pada tubuhnya sendiri. Air matanya terus mengalir tersamarkan guyuran hujan. Dengan sisa tenaganya ia berjalan dari sekolah menuju rumahnya yang lumayan jauh.

Sudah hampir pukul dua belas malam. Bus sudah tidak ada lagi di tengah malam seperti ini. Beruntung tadi penjaga sekolah yang sedang bertugas menemukan tasnya didekat wastafel dan mendengar suaranya. jadi yeonjun tidak akan bermalam di toilet yang sempit dan gelap dengan baju yang basah sampai besok. Itu menakutkan baginya. Ia ingin menelpon Soobin atau seseorang yang bisa dimintai bantuan untuk menjemputnya, tapi ponselnya mati.

Yeonjun berusaha menahan rasa takutnya saat melewati kompleks rumahnya. Jalannya hanya disinari lampu jalan yang sedikit remang dan jalan yang sangat sepi karna hujan.

Yeonjun merogoh tasnya mencari kunci rumah miliknya tapi tidak ada. Ia berusaha menenangkan diri berusaha mengingat letak kuncinya disimpan.

"Astaga ya Tuhan, kuncinya ada di kamar. Bagaimana ini" gumamnya putus asa. Tubuhnya menggigil.

Yeonjun berdiri perlahan dengan kakinya yang bergetar mendekati pintu. Sebenarnya ia tidak enak mengganggu Soobin. Ini sudah tengah malam pasti Soobin sudah tidur. Pikirnya.

Tangannya terulur untuk mengetuk pintu rumah dengan sisa sisa tenaganya.

"Soobin, ini aku. Tolong buka pintunya" suaranya bergetar.

Ketukannya melemah, tapi tidak ada pergerakan dari dalam. Apa mungkin suaranya tersamarkan dengan suara hujan jadi Soobin tidak mendengarnya?

Maka Yeonjun menarik nafas dalam untuk memaksimalkan suaranya. "Soobin tolong bukakan pintunya" tetap tidak ada tanda-tanda Soobin yang membukakan pintu.

Tubuhnya merosot kebawah, kaki-kakinya tidak sanggup lagi menopang tubuhnya. Tenaganya terkuras habis, tubuhnya bergetar, bibirnya membiru, wajahnya pucat dengan nafas tersendat karena kedinginan. kepalanya pusing, pandangannya mengabur sebelum semuanya berubah menjadi gelap.

***
TBC

Maaf makin aneh ceritanya:(
Maafin kalo ada typo~

Cape dapet banyak asupan(╥﹏╥) Kalian masih bisa nafas kah? ai sih nggak ಥ‿ಥDahh bye~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cape dapet banyak asupan(╥﹏╥)
Kalian masih bisa nafas kah? ai sih nggak ಥ‿ಥ
Dahh bye~~

Brother ; Soojun/binjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang