3: Demi Hansung

87 10 2
                                    


"Mulai sekarang, ini adalah prinsip yang akan kalian jalani sebagai Hwarang."

Semua Hwarang tercengang, menatap tulisan yang berisi lima perintah itu dengan seksama. Mereka menelaah satu persatu maksud dari kalimat tersebut.

"Bisa Anda jelaskan apa maksud dari ini?" Tanya Dansae setelah membaca kelima kalimat itu.

"Sebagai seorang ksatria maka kewajiban kalian adalah mengabdikan diri kepada Raja dan Silla. Sebagai seorang anak, kalian harus menghormati orang tua. Sebagai seorang manusia, hubungan antara teman harus dilAndasi kepercayaan. Sebagai pasukan perang, mundur dari pertempuran adalah hal pengecut, Hwarang tidak akan pernah mundur tanpa perintah langsung dari Raja. Dan sebagai umat Buddha, kalian dilarang membunuh nyawa makhluk hidup yang tidak bersalah, seekor semut sekalipun." Jelas Kim Wihwa. Suasana ruangan belajar hening, semua Hwarang mendengarkan baik-baik kalimat-kalimat yang diucapkan Kim Wihwa.

"Kuingatkan kepada kalian semua, tujuan didirikannya Hwarang adalah sebagai pasukan pelindung Raja. Maka dari itu kalian harus melindungi harapannya, melindungi kedaulatannya, melindungi kerajaannya dan melindungi rakyatnya. Kalian adalah akar dari Hwarang di masa depan, Hwarang akan menjadi pasukan terbaik yang pernah ada. Maka jadilah akar yang kuat untuk melindungi masa depan Silla." Kim Wihwa menatap seluruh muridnya, menurutnya Hwarang sudah banyak berkembang dibandingkan saat mereka baru pertama kali masuk. Para Hwarang kini lebih mencintai Silla dan di dalam diri mereka sudah tertanam sifat-sifat dasar seorang ksatria.

"Seharusnya aku sudah memberikan kalian tugas untuk minggu ini, tapi anggap saja aku sedang bermurah hati. Jadi kalian akan dibebaskan dari tugas untuk saat ini." Ujar Kim Wihwa yang disambut seruan sukacita oleh para Hwarang.

"Sebentar lagi akan diadakan Festival Panen Raya. Dan Yang Mulia Raja akan mengadakan pesta rakyat yang meriah karena ini adalah tahun pertamanya beliau memerintah, dan kalian akan menampilkan tarian dan ilmu bela diri."

"Pungwolju, apakah Putri Sukmyeong lagi yang akan mengawasi latihan kami?"

Kim Wihwa tertawa,"Haha...Tidak. Raja Jinheung telah menghapus Wonhwa, kalian akan dilatih para pemusik dan seniman-seniman terbaik dari seluruh penjuru negeri. Karena itu, berlatihlah sebaik mungkin dan tampilkan kehebatan kalian di festival nanti."

Pungwolju Kim Wihwa menutup kuliahnya hari itu dan membubarkan kelas. Nantinya, para Hwarang akan berlatih teknik bela diri dengan tangan kosong. Raja Jinheung benar-benar melakukan perubahan pada Hwarang. Ia mendatangkan beberapa pelatih-pelatih hebat serta seniman-seniman musik dan tari yang memang sudah terkenal di seluruh Silla. Kim Wihwa berharap Hwarang akan semakin kuat dan siap untuk ikut serta di garis terdepan pasukan perang.

.

.

Raja Jinheung masih berada di dalam ruangannya, sepetak ruangan yang telah disiapkan khusus untuknya selama ia berada di Rumah Hwarang. Meskipun sudah larut malam, ia masih memeriksa setumpuk laporan tentang perkembangan Hwarang, dan juga menyusun rencananya terkait pembentukan Resimen.

Tok Tok! Terdengar suara ketukan pintu di tengah keheningan ruangan itu.

"Masuk." Ujar Raja Jinheung mempersilakan si pengetuk pintu untuk masuk ke ruangannya.

Suk Dansae masuk dengan membawa teko berisi teh dan cangkir. Ia meletakkannya di atas meja dengan hati-hati. "Yang Mulia, saya membawakan teh atas perintah Pungwolju." Ucapnya.

Raja Jinheung mengalihkan perhatiannya ke Dansae sekilas dan kembali memperhatikan laporannya, "Bagaimana kabar Tuan Suk?"

Dansae sedikit terkejut karena tidak menyangka Raja Jinheung menanyainya, "Ia saat ini telah kembali ke kampung halamannya di Amryangju dan berfokus pada kesehatannya." Jawab Dansae yang kini telah menjadi Hwarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hwarang: King Jinheung The GreatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang