O2.

2.2K 284 15
                                    

"duh dek, bunda gakuat pengen ngelepas kamu" ujar bunda kepada jaemin sambil memeluk anaknya di depan mobil mereka. Iya, hari ini jaemin akan jadi santri di sekolah barunya. Jaemin tersenyum lembut lalu menatap manik bundanya.

"Bunda, bunda jangan sedih dong~ nanti jaemin enggak akan tenang disini, bunda kan nanti bakal jenguk jaemin setiap Jumat" bunda tersenyum lalu mengangguk. Ah~ sedih juga melepas anak yang selama ini selalu berada di sampingnya.

"Ayo bunda ayah temanin Sean masuk! Nanti bunda bantuin Sean rapihin baju ya Bun hehe" tawa jaemin, bunda yang gemas langsung mengusap kepala anaknya.

"Iya sayang, ayo yah kita masuk" akhirnya mereka segera masuk ke halaman pesantren. Mereka mengantri terlebih dahulu karena akan ada pemeriksaan barang. Barang² yang dilarang dibawa akan disita oleh pihak musyrif bagian keamanan.

"Eh, kamu jaemin kan? Masih ingat aku nggak?" Tanya seseorang yang berada di depan antrian jaemin. Jaemin mengerutkan keningnya, tak lama mengangguk.

"Kamu Naufal kan? Naufal haechan ramadhan?" Tanya jaemin balik. Haechan mengangguk kecil lalu tersenyum.

"Kamu dapat sakan berapa se?" Tanya Naufal. Jaemin membuka kertas yang tadi diberi di depan gerbang.

"Sakan 12 fal, kamu?" Tanya jaemin balik.

"Ah iya? Sama jae kita se sakan berarti hehe" ah jaemin sedikit lega karena ada kenalan disakannya. Antrian terus berjalan sampai akhirnya giliran jaemin.

"Eh, halo dek Sean. Masih ingat saya enggak? Jeno" tanya Jeno kepada jaemin. Jaemin mengangguk2an kepalanya. Jaemin tentu saja tidak akan lupa wajah dan nama orang itu.

"Kakak ngapain disini? Bukannya ini bagian keamanan?" Tanya jaemin kepada Jeno. Jenis menggaruk tengkuknya lalu tersenyum.

"Sebenarnya saya ketua OSIS, jadi saya disini lagi ngehandle anak anak disini" jawab Jeno , lalu mengalihkan pandangannya kepada ayah dan bunda jaemin tersenyum lalu Salim kepada mereka.

"Oh.. aku kira kakak OSIS bagian tamu soalnya waktu aku survey kakak yang ajak kami keliling" ucap Sean, Jeno hanya terkekeh.

"Nih tasnya dek, bagus nggak bawa barang terlarang. Baik baik disini ya" tiba tiba OSIS bagian keamanan itu mengembalikan tas tas Sean sambil tersenyum. Sean hanya mengangguk lalu tersenyum.

"Ayo sini kakak anter, barangmu banyak banget" ujar Jeno lalu mengambil salah satu tas yang paling besar dan berat.

"Aduh nak Jeno, maaf ya jadi ngerepotin" itu bunda yang ngomong. Jeno menoleh lalu tersenyum.

"Enggak kok um, kewajiban saya bantu² hehe" jawab Jeno lalu kembali berjalan kearah kamar Sean.

"Nah udah sampai, kamu lihat lihat dulu gih kasur kamu yang mana. Kakak keluar dulu ya, masih harus ada yg di handle. Ummi Abi saya pergi dulu ya assalamualaikum" pamit Jeno lalu pergi meninggalkan mereka. Jaemin memanyunkan sedikit bibirnya, yah padahal dia senang sekali diantar oleh kak Jeno. Tapi gapapa deh, mungkin lain kali masih bisa ngobrol. Akhirnya bunda membantu Sean menyusun barang²nya dan juga membantu menggunakan sprei.

PENJ∆R∆ SUCI

"Sean, bunda sama ayah pergi dulu ya nak. Baik baik kamu disini, uangnya di hemat hemat ya jangan mentang mentang dikasih banyak malah dihabisin. Selalu minum vitamin biar ga sakit, jangan nakal loh ya oke?" Ayah pamit kepada Sean sembari memberikan nasihat. Sean mengangguk anggukan kepalanya.

"Iya ayah.. Sean bisa jaga diri sendiri kok, ayah bunda hati hati ya di jalan" ujar jaemin lalu memeluk kedua orang tuanya. Huh jaemin merasakan air matanya ingin mengalir. Tapi cepat cepat ia tahan.

"Hayoo mau nangis ya anak bundaa? Cup cup jangan nangis, aduuh gemasnyaa" bunda melepaskan pelukannya lalu mengusap kepala jaemin. Lalu memberikan kecupan di keningnya, begitu juga dengan ayah.

"Dadah jaemin~ baik baik disini yaa!! Assalamualaikum!!" Ayah dan bunda segera pergi meninggalkan pesantren. Jaemin mendadahi mereka, setelah mereka hilang ia berbalik badan.

"Jaemin! Sini!"


Chapter 2 end.



penjara suci • nomin •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang